Keadaan Guru, Staf, dan siswa Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Pecangaan.

orang yang berbeda agama, kepercayaan, etnik, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang budaya, politik, ekonomi dan sosial. 10 Memiliki semangat bekerja untuk kepentingan sesama. 11 Memahami prinsip-prinsip demokrasi dan hak-hak asasi manusia. 12 Mampu beradaptasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegarayang demokratis. 13 Memiliki sikap positif terhadap kerja tangan dan mampu mempelajari jenis kerja tangan yang dikehendaki. 14 Memiliki bekal siap latih untuk berbagai jenis pekerjaan dan mampu beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan baru. 15 Mampu mengenali dan memanfaatkan peluang untuk kepentingan diri dan masyarakat.

5. Keadaan Guru, Staf, dan siswa

a Keadaan guru dan staf SMA Negeri 1 Pecangaan saat ini mempunyai guru berjumlah 58 orang PNS=48 orang dan Non PNS=10 orang. Guru yang mengajar umumnya berpendidikan S1A4 dibidangnya, ada 2 orang guru yang berpemdidikan S2, dan 1 orang guru berpendidikan D3. Karyawanstaf berjumlah 16 orang PNS=7 orang dan Non PNS=9 orang. Kualifikasi pendidikannya 5 orang berijazah S1, 1 orang berijazah D3, 3 orang berijaszah SMA, 3 orang berijazah SMP dan 2 orang berijazah SD. b Keadaan Siswa Perkembangan siswa SMA Negeri 1 Pecangaan dari tahun ke tahun menunjukan angka peningkatan, sampai sekarang jumlah kelas dan jumlah siswapeserta didik semakin bertambah menjadi 21 kelas dan 838 siswa. Dalam penelitan ini yang menjadi sempel penelitian adalah guru sejarah SMA Negeri 1 pecangaan. Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini yaitu guru sejarah. Alasan peneliti memilih SMA Negeri 1 Pecangaan menjadi objek kajian penelitian tentang persepsi guru sejarah tentang eksistensi museum kartini dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di Jepara dikarenakan ada beberapa hal, yakni: 1. Lokasi SMA Negeri 1 Pecangaan relative dekat dengan kompleks Museum RA. Kartini. 2. Guru sejarah SMA Negeri 1 Pecangaan tahu tentang museum, terutama Museum RA. Kartini di Jepara. Hal ini sudah cukup memberikan gambaran yang lebih jelas kepada guru tentang exsistensi museum, khususnya Museum RA. Kartini.

6. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Pecangaan.

Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Pecangaan sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat saat guru menerangkan materi, antusias siswa cukup tinggi dan respon materi yang diterangkan oleh guru di kelas tersebut dengan baik. Model-model pembelajaran yang beragam dalam menerangkan materi antara materi satu dengan yang lain yang digunakan oleh guru SMA Negeri 1 Pecangaan, seperti diskusi kelompok, debat dan ceramah yang disusun dengan baik sehingga kelas menjadi aktif-kondusif. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru sejarah SMA Negeri 1 Pecangaan mengungkapkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Pecangaan tahun 2012 tidak banyak menemui kendala yang berarti, siswa dalam menerima materi pelajaran dan merespon cukup baik, antusiasmenya untuk pelajaran sejarah yang diberikan sudah baik, walaupun tidak 100. Ini di karenakan biasanya didalam kelas ada beberapa siswa yang bicara sendiri dengan teman sebangkunya dan bahkan da siswa yang tidur saat proses pembelajaran. Model-model pembelajaran yang diberikan seperti ceramah, diskusi kelompok dan presentasi. Model pembelajaran ceramah biasanya diberikan pada saat materi yang mengandung unsur-unsur cerita seperti pada materi prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah, untuk kelompok diskusi diberikan ketika guru memberikan permasalahan yang ada pada materi dan presentasi untuk melatih siswanya aktif dan memiliki keberanian dalam menyampaikan gagasan atau pendapat siswa Wawancara: Bapak Mahasin Dharmawan, 24 september 2012. Gaya mengejar bapak Mahasin sering menggunakan gaya mengajar ceramah berfariasi, sehingga para siswa tidak akan merasa bosan saat mengikuti pembelajaran sejarah dan itu akan membuat siswa sedikit dapat memahami materi yang di terangkan oleh bapak Mahasin. Gaya mengajar bapak Mahasin tidak hanya ceramah saja, terkadang di kombinasikan dengan Tanya jawab untuk memancing siswa untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing, dengan begitu para siswa akan lebih benar-benar memahami apa yang diterangkan oleh guru, tidak hanya memperhatikan saat pembelajaran. Gaya mengajar bapak Mahasin dengan guru sejarah lainnya tidak lah berbeda, hanya berbeda pada saat menerangkan materi ajar dan pada evaluasi saja. Setelah pembelajaran sudah hampir selesai terkadang bapak Mahasin mengadakan evaluasi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang diberikan kepada siswa seputar materi yang diajarkan sebelumnya. Dengan di adakan evaluasi bertujuan guru akan bisa mengetahui siswa-siswanya dapat memahami materi yang diajarkan atau tidak memahami materi yang diajarkan. Kalau hasil evaluasi satu kurang baik, maka siswa dianggap kurang memahai materi yang diajarkan dan pertemuan minggu depan guru akan sedikit mengulangi materi tersebut, sedangkan kalau hasil evaluasi satu kelas baik atau memuaskan pada pertemuan minggu depan guru akan melanjutkan materi berikutnya, tetapi terkadang hanya ada beberapa siswa yang mendapat nilai kurang baik, guru tidak akan mengulangi materi tersebut melainkan hanya memberi pertanyaan kepada siswa yang mendapat nilai kurang baik, agar siswa tersebut perlahan-perlahan dapat memahami materi dan tidak akan ketinggalan dengan teman-teman satu kelas. Sarana prasarana yang digunakan dalam proses mengajar masih menggunakan papan tulis dan buku ajar, karena tidak semua kelas memiliki fasilitas LCD hanya beberapa kelas saja yang memiliki fasilitas LCD. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum di rencanakan, dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan mempunyai peran utama dalam penyelenggaraan satuan pendidikan dan pelajaran. Berdasarkan wawancara guru sejarah SMA Negeri 1 Pecangaan mengungkapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan komponen dalam pembelajaran sejarah. Komponen-komponen dalam pembelajaran sejarah meliputi Kurikulum, Silabus, RPP, standar kompetensi, Kompetensi Dasar yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional dan perkembanagan peserta didik. Antusiasme siswa saat mengikuti pembelajaran di kelas sudah cukup baik meski dalam kenyataannya di kelas masih dijumpai beberapa siswa yang cerita sendiri dan atau tidak bersemangat saat mengikuti pelajaran. Namun dari itu semua dapat disimpulkan bahwa lebih dari sebagian siswa terlihat antusias saat mengikuti jalannya kegiatan pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nur Ika Herning Wijayanti mengungkapkan bahwa peserta didik cukup bersemangat saat mengikuti kegiatan pembelajaran sejarah, hal ini diungkapkan melalui pemahaman sebagian besar siswa dengan materi yang diterangkan oleh guru. Wawancara: Ibu Nur Ika Herning Wijayanti, 25 september 2012. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Pecangaan tidak menemui kendala-kendala yang berarti seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya saja mata pelajaran sejarah seringnya di tempatkan pada jam sehabis istirahat atau jam terakhir, sehingga siswa dalam mengikuti pelajaran sejarah sudah capek atau males sehingga dibutuhkan selingan berupa canda tawa namun diusahakan tidak mengganggu kelas lain dan tidak mengubah tujuan utama yaitu belajar. Ini semua tidak lepas dari peran aktif guru meski teknologi pada saat sekarang ini sudah maju menjadikan guru seakan tidak berperan tetapi tetap saja gurulah yang memegang kendali dengan melakukan pendekatan secara psikologis seperti memberi hiburan, motivasi agar siswa menjadi lebih bersemanagat dalam mengikuti setiap pelajaran. Ia mengungkapkan bahwa respon anak terhadap guru itu berbeda, semua itu dirasakan sendiri oleh guru sejarah melalui interaksi antara guru dengan siswanya saat mengajar dan respon siswa saat menerima materi, terkadang ada siswa yang beranggapan kalau guru itu ramah, baik, disiplin dan menyenangkan. Terkadang ada juga yang beranggapan kalau guru itu galak dan tidak menyenangkan, hal ini yang mempengaruhi respon siswa terhadap materi pembelajaran. Dari segala permasalahan pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1 Pecangaan, yakni media LCD yang belum terpenuhi untuk setiap kelas, kurangnya minat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah, maka guru sejarah memiliki inisiatif untuk mengadakan pembelajaran diluar kelas dengan memanfaatkan eksistensi Museum RA. Kartini. Diharapkan dengan diadakan diadakan kegiatan tersebut dapat membantu untuk meningkatkan minat dan antusiasme siswa untuk mengikuti pembelajaran sejarah, kerena dengan diadakan pembelajaran diluar kelas siswa akan mendapat pengalaman baru dan tidak merasa jenuh seperti saat pembelajaran biasanya di dalam kelas.

7. Pemanfaatan Museum RA. Kartini Sebagai Sumber Belajar