Efektivitas Pembelajaran dengan Memanfaatkan Eksistensi Museum

perubahan. Berfikir historis adalah berfikir bahwa segala sesuatu akan bergerak atau berubah, cepat atau lambat. Dengan demikian seorang guru sejarah akan selalu peka dan tanggap terhadap permasalahan masyarakat. Cara guru mengajar sejarah yang hanya berkisar di lingkungan kelas dan dengan materi dari buku teks saja akan menyebabkan murid-murid terasing dari permasalahan masyarakat.

2. Efektivitas Pembelajaran dengan Memanfaatkan Eksistensi Museum

Kartini. Ditinjau dari efektivitas pembelajaran yang di lakukan, pada bagian akhir kegiatan, guru akan melakukan evaluasi terhadap program kegiatan kunjungan tersebut sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan kunjungan tersebut. Evaluasi pembelajaran ini bertujuan untuk menetahui sejauh mana Ke-efektivan pembelajaran dengan menggunakan Museum RA. Kartini. Persepsi merupakan suatu penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Guru yang memiliki persepsi positif atau baik tentang suatu obyek maka akan memiliki motivasi dalam pembelajaran yang baik, akan tetapi apabila guru memiliki persepsi yang negative atau buruk tentang suatu obyek maka akan memiliki motivasi dalam pembelajaran yang buruk. Pada dasarnya persepsi seseorang merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Persepsi juga dapat berupa penafsiran terhadap suatau obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman. Melalui hasil wawancara dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa persepsi guru sejarah terhadap pembelajaran di SMA Negeri 1 Pecangaan termasuk cukup baik. Sebagian guru berpandangan bahwa obyek pembelajaran dengan memanfaatkan eksistensi Museum Kartini cukup baik. Dalam interaksi belajar mengajar yang dilakukan langsung ke obyek atau lapangan, guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga aktivitas guru juga merupakan factor yang sangat menentukan dalam interaksi belajar mengajar. Selain aktivitas guru faktor yang juga menjadi bagian dalam interaksi belajar mengajar di lapangan adalah aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam proses interaksi belajar mengajar ini dapat dilihat dari perhatian siswa tersebut, keaktifan dalam bertanya, mencatat maupun dalam mengerjakan tugas terutama laporan akhir. Hal ini sesuai pendapat Walgito dalam Rudiyanto 2006 yang menyatakan bahwa terjadinya persepsi memalui pengamatan pada suatu obyek atau sasaran yang dapat menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensorik. Selanjutnya otak memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Dalam hal ini teradilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai inderanya. Baik buruk persepsi terhadap obyek sangat tergantung pada keadaan obyek itu sendiri dan dalam hal ini adalah komponen pendukung yaitu sarana prasarana yang ada. Oleh karena itu dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan persepsi seseorang, upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga dan mempertahankan kondisi obyek dari sejarah itu sendiri agar keadaannya tetap berada pada kondisi yang baik dan bisa trus eksis sampai generasi yang selanjutnya.

3. Dampak Bagi Guru Sejarah terhadap Pembelajaran Sejarah dalam Persepsi