Kemauan Berpartisipasi Penguatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Imbal Swadaya Di Desa Curug Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor

3. Kemauan Berpartisipasi

Kemauan berpartisipasi juga menjadi indikator dari karakteristik individu yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi. Madrie 1986 menyatakan bahwa kemauan dapat merupakan motor penggerak perilaku seseorang, berarti kemauan dapat merupakan motor penggerak dari partisipasi, karena itu kemauan untuk berpartisipasi merupakan faktor penentu untuk terjadinya aktivitas berpartisipasi dalam pembangunan. Kemauan berpartisipasi merupakan bagian dari karakteristik seseorang yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang dalam berpartisipasi baik itu muncul dari dalam diri maupun luar diri. Seseorang memiliki kemauan dalam berpartisipasi apabila melihat dari tujuan dan manfaat yang bisa ambil, selain itu juga ada dan tidaknya pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dari hasil penelitian kemauan berpartisipasi masyarakat dikatakan tinggi, apabila indikator yang digunakan adalah adanya dorongan yang muncul baik dari dalam diri maupun luar diri untuk kemajuan pembangunan di desanya, serta di dukung dengan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah adanya tujuan yang langsung bisa di manfaatkan oleh warga dalam pembangunan jalan tersebut. Kemauan berpartisipasi dikatakan rendah, bila kemauan berpartisipasi masyarakat tersebut tidak di dukung dari adanya niat dari dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan jalan tersebut dan hanya ingin sekedar merasakan hasil akhirnya saja. Tabel 12 akan menyajikan data bentuk-bentuk partisipasi dihubungkan dengan faktor kemauan berpartisipasi warga. Berikut ini diuraikan mengenai pengaruh faktor kemauan berpartispasi tersebut terhadap bentuk-bentuk partisipasi yang ada. Kemauan berpartisipasi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukkan dalam hal partisipasi warga dalam pengambilan keputusan, dimana apabila dijabarkan, kemauan berpartisipasi tinggi dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan tinggi ada sebanyak enam orang 66,7 persen, hal tersebut lebih dipengaruhi karena ada dorongan baik dalam diri maupun luar diri untuk ikut berpartisipasi dalam program PIS ini dengan melihat adanya pengaruh terhadap kenyamanan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan untuk kemauan berpartisipasi warga yang rendah dengan tingkat partisipasi warga rendah pula dalam pengambilan keputusan ada sebanyak empat orang 44,4 persen lebih disebabkan karena tidak ada dorongan baik dalam diri maupun luar diri untuk ikut berpartisipasi dalam program PIS. Sedangkan sebanyak tiga orang 33,3 persen memiliki kemauan berpartisipasi yang tinggi namun tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusannya rendah, karena ada pemahaman pada warga bahwa manfaat langsung akan mereka peroleh dengan adanya program pengaspalan jalan ini namun mereka enggan untuk ikut dalam pengambilan keputusan. Dan warga yang memiliki kemauan berpartisipasi rendah dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan tinggi ada sebanyak lima orang 55,6 persen, karena mereka melihat lebih ada kenyamanan dalam melakukan aktivitasnya dalam pemeuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kemauan berpartisipasi dan partisipasi dalam menyumbangkan dana, tenaga dan tanah. Demikian pula halnya dengan pengaruh kemauan berpartisipasi warga terhadap tingkat partisipasi warga dalam bentuk menyumbangkan dana,tenaga maupun tanah, lebih disebabkan karena pengaruh kondisi ekonomi warga. Di mana taraf hidup masyarakat Desa Curug yang rata-rata pendapatan perbulannya Rp. 500.000; sampai dengan Rp. 1.000.000; per bulan dengan tanggungan keluarga antara tiga sampai dengan lima jiwa. Pada Tabel 12 terlihat bahwa hanya ada satu orang yang berpartisipasi dengan mengorbankan tanahnya walaupun dalam tabel terlihat kemauan berpartisipasinya rendah. Hal ini disebabkan karena tanha masih dianggap sebagai life insurance oleh warga, jadi untuk memberikan apa yang menjadi hak mereka untuk kepentingan umum tidak diukung oleh dorongan dari dalam diri warga itu sendiri. Artinya warga baru memiliki kesadaran berpartisipasi apabila mendapatkan pendekatan khusus dari pelaksana pembangunan. Tabel 12. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kemauan Berpartisipasi dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug Tahun 2004 . Bentuk Partisipasi Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Total 100 Menyumbang Dana Total 100 Menyumbang Tenaga Total 100 Menyumbang Tanah Total 100 Memanfaatkan Hasil Total 100 Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Kemauan Berpartisipasi Tinggi 66,7 33,3 55,6 44,4 22,2 77,8 0 100,0 55,6 44,4 Rendah 55,6 44,4 44,4 55,6 33,3 66,7 11,1 88,9 11,1 88,9 Total 61,1 38,9 50,0 50,0 27,8 72,2 5,6 94,4 33,3 66,7 Kemauan berpartisipasi dan partisipasi dalam memanfaatkan hasil. Kemauan berpartisipasi tinggi dengan tingkat partisipasi tinggi terlihat dalam bentuk partisipasi dalam memanfaatkan hasil yakni sejumlah lima orang warga 55,6 persen. Memanfaatkan hasil sebagai satu hal yang bisa dilakukan tanpa mengeluarkan sesuatu pun membuat masyarakat benar-benar menyambutnya. Namun sebaliknya kemauan rendah dalam berpartisipasi dengan tingkat partisipasi memanfaatkan hasil juga rendah ada sebanyak delapan orang warga. Hal ini lebih disebabkan karena warga merasa tidak ikut serta dari awal perencanaan sehingga membuatnya agak malu-malu ikut memanfaatkan hasil. Manajemen program 1. Kesempatan Berpartisipasi. Kesempatan berpartisipasi masyarakat merupakan peluang yang dimiliki masyarakat untuk berpartisipasi. Dikatakan berpeluang apabila masyarakat melihat bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, manfaat disini lebih cenderung manfaat untuk mengaktualisasikan diri sehingga tercapai pembangunan desanya. Jadi kesempatan berpartisipasi masyarakat di sini berhubungan dengan apa yang dirasakan masyarakat baik itu yang berhubungan dengan kebutuhan berpartisipasi dan harapan masyarakat serta sikap yang ditunjukkan masyarakat terhadap partisipasi yang telah ada. Kesempatan berpartisipasi dikatakan tinggi bila seseorang tersebut merasa bahwa kebutuhan aktualisasi dirinya dalam mencapai pembangunan desanya tersalurkan karena kesadaran dalam dirinya mendukung setiap bentuk pembangunan desanya demi kemakmuran bersama. Namun apabila tidak sesuai dengan tujuannya maka bisa membuat seseorang tersebut menjadi tidak berpartisipasi. Selain memiliki manfaat bagi dirinya kesempatan berpartisipasi akan muncul apabila seseorang merasa tercukupi kebutuhannya jika pembangunan tersebut dilaksanakan, karena dengan demikian berarti akan meningkatkan taraf hidupnya. Sikap masyarakat yang menyambut baik terhadap partisipasi yang ada juga turut menentukan tingginya kesempatan seseorang untuk berpartisipasi. Pada tabel kesempatan berpartisipasi berikut menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam hal kesempatan berpartisipasi menunjukkan persentase yang lebih tinggi yakni sebesar 66,7 persen Artinya peluang yang diperoleh warga lebih besar dalam berpartisipasi di lingkungannya, karena dalam masyarakat tidak ada pelapisan maupun penggolongan, selain itu juga tradisi masyarakat yang selalu ada perkumpulan warga mempengaruhi pola kehidupan bermasyarakat mereka. Tapi disamping itu mereka tidak memiliki norma-norma tertentu yang mempengaruhi mereka dalam berpartisipasi. Tabel 13. Persentase Responden Menurut Bentuk Partisipasi dan Kesempatan Berpartisipasi dalam Program Imbal Swadaya di Desa Curug Tahun 2004 . Bentuk Partisipasi Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Total 100 Menyumbang Dana Total 100 Menyumbang Tenaga Total 100 Menyumbang Tanah Total 100 Memanfaatkan Hasil Total 100 Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Kesempatan Berpartisipasi Tinggi 50,0 50,0 33,3 66,7 8,3 91,7 8,3 91,7 25,0 75,0 Rendah 83,3 16,7 83,3 16,7 66,7 33,3 0 100,0 50,0 50,0 Total 61,1 38,9 50,0 50,0 27,8 72,2 5,6 94,4 33,3 66,7 Tabel 13 menyajikan data bentuk-bentuk partisipasi dihubungkan dengan motivasi. Berikut ini akan di uraikan pengaruh faktor kesempatan berpartisipasi terhadap bentuk-bentuk partisipasi yang ada. Kesempatan berpartisipasi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan .Pada Tabel 13 terlihat bahwa tingkat partisipasi warga dalam pengambilan keputusan tinggi 61,1 persen atau 11 Orang, hal ini dipengaruhi oleh adanya tradisi perkumpulan warga yang telah berjalan lama, hal yang membuat warga menjadi terbiasa dalam menentukan pilihannya secara bersama. Sedangkan rendahnya partisipasi dalam pengambilan keputusan 38,9 persen dipengaruhi karena adanya sebagian warga yang masih memiliki paham harus mengikuti apa kata sesepuh desanya. Kesempatan berpartisipasi dan partisipasi dalam menyumbangkan dana. Tabel 13 juga melihat bahwa kesempatan warga untuk berpartisipasi yang tinggi dengan tingkat menyumbangkan dana yang rendah ada sebanyak delapan orang 66,7 persen. Hal ini menunjukkan lebih banyak warga yang memiliki peluang untuk berpartisipasi dari lingkungannya namun mereka enggan ikut serta dalam bentuk menyumbangkan dana. Apabila di bandingkan dengan warga yang memiliki kesempatan rendah dalam berpartisipasi dengan tingkat partisipasi dalam bentuk menyumbangkan dana yang tinggi hanya terdapat 83,3 persen lima orang. Hal demikian lebih disebabkan kondisi ekonomi yang lebih baik di bandingkan lainnya. Demikian pula dengan warga yang baik kesempatan maupun bentuk partisipasi dalam menyumbangkan dananya tinggi lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kondisi ekonomi yang baik. Kesempatan berpartisipasi dan partisipasi dalam menyumbangkan tenaga. Pada Tabel 13 terlihat bahwa keikut sertaan warga dalam hal menyumbangkan tenaga rendah meskipun kesempatan berpartisipasinya tinggi yakni sebanyak 91,7 persen 11 orang. Hal ini disebabkan bahwa dalam pelaksanaan PIS ini lebih banyak menggunakan tenaga bayaran daripada warga, disamping itu data yang diambil ada beberapa yang berjenis kelamin wanita yang keikutsertaan langsung dalam pelaksanaan program ini tidak dilibatkan. Kesempatan berpartisipasi dan partisipasi dalam menyumbangkan tanah. Tabel 13 menunjukkan ternyata tingginya kesempatan berpartisipasi berpengaruh pula pada bentuk partisipasi dengan mengorbankan tanah, walaupun hanya satu orang. Karena beliau melihat besarnya manfaat yang akan dirasakan baik bagi dirinya maupun masyarakat pada umumnya. Sedangkan sebanyak 17 orang, terlepas dari tinggi rendahnya kesempatan untuk berpartisipasi, lebih menggunakan pertimbangan toh kalaupun tidak berpartisipasi dengan mengorbankan tanah juga tidak ada resiko yang di tanggung, warga yang lain pun juga banyak yang memiliki sikap demikian. Kesempatan berpartisipasi dan partisipasi dalam memanfaatkan hasil. Pada bentuk partisipasi dengan memanfaatkan hasil walaupun kesempatan berpartisipasi tinggi namun ternyata tingkat partisipasi dalam memanfaatkan hasilnya rendah 75 persen 9 orang. Alasan yang muncul karena manfaat dari pelaksanaan program ini tidak secara langsung mereka rasakan, sehingga pemenuhan kebutuhan mereka tidak tercukupi pula secara langsung. Sebanyak tiga orang berkesempatan untuk berpartisipasi pula dengan tingkat partisipasi dengan memanfaatkan hasil tinggi 25 persen, mereka ini adalah mereka yang akses pemenuhan kebutuhan hidupnya lebih banyak menggunakan prasarana lingkungan yang ada, jadi lebih merasakan manfaat langsung dari keberadaan program ini.

2. Efektivitas Komunikasi.