perkolasi. Perkolasi lebih baik dibandingkan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang lebih rendah
konsentrasinya. Pergantian larutan ini meningkatkan perbedaan konsentrasi. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan air pada suhu 90
C selama 15 menit. Infus biasanya digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati
Anonimous 2007. Ekstrak biji buah duku menggunakan etanol sebagai bahan pelarut. Keuntungan
menggunakan etanol sebagai pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah lebih selektif, kapang dan jamur sulit tumbuh dalam etanol 20 ke atas, tidak beracun sehingga
absorbsi akan lebih baik. Keuntungan yang lain adalah etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Penggunaan etanol sebagai pelarut juga dapat melarutkan senyawa polar dan non polar Anonimous 2007.
2.4 Biologi Mencit
Mencit merupakan salah satu hewan percobaan yang sering digunakan dalam penelitian. Tujuan penggunaan hewan percobaan adalah untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dan serta penelitian laboratorium. Hewan percobaan harus mempunyai persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetis dan
lingkungan yang memadai. Mencit termasuk hewan pengerat yang cepat berkembangbiak, mudah dipelihara
dalam jumlah banyak, dan variasi genetiknya cukup besar. Mencit merupakan hewan percobaan yang efisien karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas,
waktu kebuntingan yang singkat, dan banyak memiliki anak perkelahiran. Mencit dan tikus putih memiliki banyak data toksikologi, sehingga mempermudah membandingkan
toksisitas zat-zat kimia Lu 1995. Sistem taksonomi mencit menurut Mangkoewidjojo dan Smith 1988 termasuk golongan.
Kingdom : Animalia
Filum :
Chordata Subfilum :
Vertebrata
Kelas :
Mamalia Ordo
: Rodentia
Genus :
Mus Spesies :
Mus musculus Kondisi biologis dan fisiologis mencit menurut Mangkoewidjojo dan Smith 1988
mencit mempunyai lama hidup 1-2 tahun, lama produksi ekonomis 9 bulan, lama bunting 19-21 hari, dan umur sapih 21 hari. Umur dewasa mencit 35 hari dan umur dikawinkan 8
minggu. Berat dewasa mencit rata-rata 18-35 g dan berat lahir 0,5-1.0 g. Suhu rektal mencit 35-39
C, pernapasan 140-180 kalimenit, dan denyut jantung 600-650 kali. Penelitian dalam bidang toksikologi dan farmakologi memerlukan serangkaian percobaan
untuk mengetahui tingkat toksisitas dan keamanan obat untuk manusia. Penggunaan berbagai tingkat dosis obat terhadap hewan percobaan dilakukan untuk
mendapatkan dosis terbesar yang tidak memberikan efek merugikan atau dosis yang sangat besar yang dapat menimbulkan efek toksik yang jelas Darmansjah 1995. Respon
berbagai hewan percobaan terhadap uji toksistas dapat berbeda. Kepekan terhadap zat toksik antara individu sejenis maupun berbeda jenis dapat bervariasi.
2.5 Pengujian Lethal Dosis LD
50
Toksisitas suatu bahan dapat didefinisikan sebagai kapasitas bahan untuk menciderai suatu organisme hidup. Timbulnya keracunan dapat disebabkan oleh dosis
atau pemberian yang salah. Interaksi racun dan sel tubuh dapat bersifat reversible atau irreversible
Imono 2001. Menurut Siswandono dan Bambang 1995 obat merupakan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup suatu organisme. Setiap obat pada
dasarnya adalah racun. Keracunan dapat terjadi karena dosis dan cara pemberian yang salah Siswandono dan Bambang 1995.
Uji toksisitas meliputi berbagai pengujian yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan percobaan. Pengujian toksisitas
meliputi pengujian toksisitas akut, subkronik, dan kronik. Pengujian toksisitas khusus meliputi uji potensiasi, uji kekarsinogenikan, uji kemutagenikan, uji keteratogenikan, uji
reproduksi, kulit dan mata, serta perilaku.
Pengujian LD
50
dilakukan untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemejanan dengan takaran tertentu. Pada
pengujian toksisitas akut LD
50
akan didapatkan gejala ketoksikan yang dapat menyebabkan kematian hewan percobaan. Gejala ketoksikan yang timbul berbeda dalam
tingkat kesakitan pada hewan Connel dan Miller 1995 . Menurut
Environmental Protection Agency EPA 2002, LD
50
digunakan untuk mengetahui kematian 50 hewan percobaan dalam 24-96 jam. Pengaruh LD
50
secara umum diukur menggunakan dosis bertingkat. Dosis bertingkat terdiri dari kelompok
kontrol dan beberapa tingkat dosis yang berbeda. Toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui respon hewan percobaan terhadap dosis yang diberikan. Penghitungan LD
50
didasarkan pada jumlah kematian hewan percobaan. Pengamatan hewan percobaan dilakukan selama 24 jam. Pada kasus tertentu sampai 7-24 hari Donatus 1998.
Kisaran tingkat dosis yang digunakan yaitu dosis terendah yang hampir tidak mematikan seluruh hewan percobaan dan dosis tertinggi yang dapat menyebabkan
kematian seluruh atau hampir seluruh hewan percobaan. Setiap hewan percobaan akan memberikan reaksi yang berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan reaksi akibat pemberian
suatu zat diakibatkan oleh perbedaan tingkat kepekaan setiap hewan Guyton dan Hall 2002.
Kisaran nilai LD
50
diperlukan untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu zat. Semakin besar kisaran LD
50
semakin besar pula kisaran toksisitasnya. Suatu toksikan akan mengalami proses librasi yaitu penghancuran sediaan di saluran pencernaan.
Toksikan kemudian akan diabsorbsi oleh darah dan limfe serta didistribusikan ke seluruh tubuh. Toksikan akan mengalami proses toksikodinamik didalam sel. Toksikodinamik
adalah proses reaksi antara toksikan dan reseptor. Biotransformasi terjadi setelah terjadinya reaksi toksikan dengan reseptor. Biotransformasi akan menghasilkan zat baru.
Zat baru yang dihasilkan dapat bersifat lebih toksik atau kurang toksik dari sebelumnya. Zat baru yang kurang toksik dari sebelumnya mengakibatkan terjadinya detoksikasi
sedangkan zat baru yang lebih toksik dapat menimbulkan gangguan fungsi sel Mutschler 1991.
Letal Dosis LD
50
dapat dihubungkan dengan Efektif Dosis ED
50
yaitu dosis yang secara terapeutik efektif terhadap 50 dari sekelompok hewan percobaan.
Hubungan tersebut dapat berupa perbandingan antara LD
50
dengan ED
50
yang disebut Indeks Terapeutik
IT. Makin besar indeks terapeutik suatu obat makin aman obat tersebut Mutschler 1991. Selanjutnya klasifikasi toksisitas menurut Lu 1995 dapat
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi toksisitas menurut Lu 1995. Kategori Dosis
Supertoksik Amat sangat toksik
Sangat toksik Toksik sedang
Toksik ringan Praktis tidak toksik
5 mgkgBB atau kurang 5-50 mgkgBB
50-500 mgkgBB 0.5-5 gkgBB
5-15 gkgBB 15 gkgBB
Menurut Balls
et al 1991 faktor-faktor yang berpengaruh pada LD
50
sangat bervariasi antara jenis satu dengan jenis yang lain dan antara individu satu dengan
individu yang lain dalam satu jenis. Faktor-faktor tersebuat dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Spesies, Strain, dan Keragaman Individu Setiap spesies dan strain yang berbeda memiliki sistem metabolisme dan sistem
detoksikasi yang berbeda. Setiap spesies mempunyai perbedaan kemampuan bioaktivasi dan toksikasi suatu zat Siswandono dan Bambang 1995. Semakin tinggi tingkat
keragaman suatu spesies dapat menyebabkan perbedaan nilai LD
50
. Variasi strain hewan percobaan menunjukkan perbedaan yang nyata dalam pengujian LD
50
Lazarovici dan Haya 2002.
b. Perbedaan Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi toksisitas akut yang disebabkan oleh
pengaruh langsung dari kelenjar endokrin. Hewan betina mempunyai sistem hormonal yang berbeda dengan hewan jantan sehingga menyebabkan perbedaan kepekaan terhadap
suatu toksikan Lazarovici dan Haya 2002. Hewan jantan dan betina yang sama dari strain dan spesies yang sama biasanya bereaksi terhadap toksikan dengan cara yang sama,
tetapi ada perbedaan kuantitatif yang menonjol dalam kerentanan terutama pada tikus Lu 1995.
c. Umur Hewan-hewan yang lebih muda memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap obat
karena enzim untuk biotransformasi masih kurang dan fungsi ginjal belum sempurna Ganong 2003. Perbedaan aktivitas biotransformasi akibat suatu zat menyebabkan
perbedaan reaksi dalam metabolisme Mutschler 1991. Sedangkan pada hewan tua kepekaan individu meningkat karena fungsi biotransformasi dan ekskresi sudah menurun.
d. Berat Badan Penetuan dosis dalam pengujian LD
50
dapat didasarkan pada berat badan. Pada spesies yang sama, berat badan yang berbeda dapat memberikan nilai LD
50
yang berbeda pula. Semakin besar berat badan maka jumlah dosis yang diberikan semakin besar
Mutschler 1991. e. Cara Pemberian
Letal dosis dipengaruhi juga oleh cara pemberian. Pemberian obat melalui suatu cara yang berbeda pada spesies yang sama akan memberikan hasil yang berbeda.
Menurut Siswandono dan Bambang 1995 pemberian obat peroral tidak langsung didistribusikan ke seluruh tubuh. Pemberian obat atau toksikan peroral didistribusikan ke
seluruh tubuh setelah terjadi proses penyerapan di saluran cerna. Sehingga mempengaruhi kecepatan metabolisme suatu zat di dalam tubuh Mutschler 1991.
h. Kesehatan Hewan Status hewan dapat memberikan respon yang berbeda terhadap suatu toksikan.
Kesehatan hewan sangat dipengaruhi oleh kondisi hewan dan lingkungan. Hewan yang tidak sehat dapat memberikan nilai LD
50
yang berbeda dibandingkan dengan nilai LD
50
yang didapatkan dari hewan sehat Siswandono dan Bambang 1995. f. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi toksisitas akut antara lain temperatur, kelembaban, iklim, dan perbedaan siang dan malam. Perbedaan temperatur
suatu tempat akan mempengaruhi keadaan fisiologis suatu hewan.
g. Diet Komposisi makanan hewan percobaan dapat mempengaruhi nilai LD
50
. Komposisi makanan akan mempengarui status kesehatan hewan percobaan. Defisiensi zat makanan
tertentu dapat mempengaruhi nilai LD
50
Balls et al 1991.
2.6 Beberapa Metode Penentuan Letal Dosis