Ketinggian tanaman buah duku dapat mencapai 20 meter dengan diameter 40 cm. Tanaman buah duku memiliki daun majemuk. Tanaman buah duku memiliki buah yang
berkelompok membentuk tandan, berbentuk bulat telur, dan berwarna kuning pucat. Setiap buah duku memiliki lima ruang daging buah Lutony 1993.
Kelembaban udara yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan tanaman buah duku sedangkan kelembaban udara yang rendah dapat menghambat pertumbuhan.
Tanaman buah duku termasuk tanaman buah musiman yang berbuah setahun sekali. Biasanya bunga bermunculan di awal musim hujan Bibien 2007. Buah duku yang
berada dalam satu tandan akan matang hampir bersamaan. Buah duku yang dipanen harus dalam kondisi kering sebab buah duku basah akan berjamur jika dikemas Prihathman
2000. Tanaman buah duku dapat dikembangkan sebagai bahan obat tradisional Tjay dan Raharja 2002.
2.2 Kandungan Senyawa Kimia Biji Buah Duku
Berdasarkan hasil pengujian fitokimia yang dilakukan oleh Andriyanto 2006 biji buah duku mengandung senyawa terpenoid, steroid, glikosida, flavanoid, dan alkaloid.
Menurut Amelia 2002, fitokimia memberikan aroma khas, rasa, dan warna tertentu tanaman dalam berintegrasi dengan lingkungan. Toksisitas tanaman berhubungan dengan
metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya Hutapea 1999. Flavanoid merupakan pigmen tumbuhan yang banyak ditemukan dalam makanan.
Flavanoid banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayur-sayuran Buhler dan Cristobal 2003. Flavanoid mempunyai bermacam-macam efek yaitu anti tumor, immunostimulant,
antioksidan, analgesik, dan anti radang Depadua 1999. Glikosida merupakan metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam. Glikosida merupakan hasil hidrolisis gula.
Glikosida umunya tidak toksik. Menurut Anonimous 2002, steroid dapat menghambat pertumbuhan sel kanker,
mempercepat kematian sel secara apoptosis, menghambat angiogenesis, dan mencegah tertekannya kekebalan tubuh akibat sel tumor. Steroid dapat bekerja sebagai antibakteri
Robinson 1991. Fungsi terpenoid dalam tumbuhan yaitu bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap hewan tinggi. Alkaloid merupakan bahan kompleks
bernitrogen yang disintesis oleh tumbuhan. Alkaloid mempunyai rasa pahit. Beberapa
alkaloid dapat menyebabkan midriatik Ijang 2007. Alkaloid dalam tumbuhan berperan sebagai penolak serangga dan senyawa antijamur Robinson 1991.
2.3 Pembuatan Ekstrak
Ekstraksi adalah pemisahan kandungan aktif dari simplisia menggunakan cairan penyari yang cocok. Simplisia adalah sediaan bahan alami yang siap digunakan untuk
bahan obat dan belum mengalami perubahan proses apapun. Simplisia umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Menurut Gunawan dan Mulyani 2004, simplisia
dibedakan menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
mineral.
Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses pembuatannya. Proses pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku,
pengubahan bentuk, pengeringan, dan penyimpanan. Faktor penting dalam pengumpulan bahan baku adalah masa panen. Pengubahan bentuk simplisia bertujuan memperluas
permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku semakin cepat kering Gunawan dan Mulyani 2004.
Proses pengeringan simplisia biji buah duku bertujuan untuk menurunkan kadar air dan menghilangkan aktivitas enzim yang dapat menguraikan lebih lanjut kandungan zat
aktif. Simplisia yang sudah kering memudahkan dalam pengelolaan proses selanjutnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan antara lain, waktu pengeringan, suhu
pengeringan, kelembaban, luas permukaan bahan, dan ketebalan bahan yang dikeringkan. Beberapa metode ekstraksi antara lain maserasi, perkolasi, digesti, dan infusi.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam penyari cairan. Penyari akan menembus dinding sel
dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut. Perbedaan konsentrasi larutan zat aktif dalam sel menyebabkan pengeluaran larutan yang
paling pekat. Cairan penyari yang sering digunakan adalah air, etanol, air-etanol, dan pelarut lain Anonimous 2007.
Perkolasi adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut
perkolator. Larutan zat aktif yang keluar disebut perkolat. Sisa penyarian disebut sisa
perkolasi. Perkolasi lebih baik dibandingkan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang lebih rendah
konsentrasinya. Pergantian larutan ini meningkatkan perbedaan konsentrasi. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan air pada suhu 90
C selama 15 menit. Infus biasanya digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati
Anonimous 2007. Ekstrak biji buah duku menggunakan etanol sebagai bahan pelarut. Keuntungan
menggunakan etanol sebagai pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah lebih selektif, kapang dan jamur sulit tumbuh dalam etanol 20 ke atas, tidak beracun sehingga
absorbsi akan lebih baik. Keuntungan yang lain adalah etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Penggunaan etanol sebagai pelarut juga dapat melarutkan senyawa polar dan non polar Anonimous 2007.
2.4 Biologi Mencit