Kajian Tentang Latar Belakang Sunat Perempuan

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kajian Tentang Latar Belakang Sunat Perempuan

Pustaka yang membahas mengenai fenomena sunat perempuan adalah tulisan Nawal El Saadawi 2011 yang berjudul Perempuan Dalam Budaya Patriarki. Banyak orang menduga bahwa penyunatan perempuan baru dimulai saat lahirnya Islam, padahal kenyataanya penyunatan perempuan sudah dikenal luas di beberapa daerah sebelum periode Islam, termasuk di Arab. Ini berarti bahwa penyunatan para gadis bukanlah berasal dari tradisi tetapi dipraktekkan secara luas dalam masyarakat yang berlatarbelakang keagamaan yang beragam. Seperti di negara-negara Timur dan Barat serta di antara orang-orang yang mengimani agama Kristen, Islam atau bahkan Atheis. Penyunatan dikenal di Eropa sampai akhir abad ke-19 sebagaimana juga di negara-negara seperti Mesir, Sudan, Somalia, Etiopia, Kenya, Tanzania, Ghana, Guinea dan Nigeria. Sunat perempuan juga dipraktekkan di beberapa negara Asia seperti Sri Langka dan Indonesia serta dibeberapa daerah di Amerika Latin Saadawi, 2011: 76-77. Sunat perempuan pada masa lalu dengan pada masa-masa agama Islam mengalami perubahan, tak terkecuali pada negara Mesir. Selain di negara Mesir, sunat perempuan juga masih berlangsung di beberapa negara Arab seperti Sudan, Yaman dan beberapa negara Teluk Saadawi, 2011:61. Arti penting yang diberikan oleh keperawanan dan selaput dara yang utuh di masyarakat merupakan alasan mengapa penyunatan perempuan masih dijalankan secara luas meski tumbuh kecenderungan di pedesaan Mesir untuk meninggalkannya karena dianggap membahayakan. Di balik penyunatan terdapat kepercayaan bahwa dengan membuang bagian-bagian tertentu organ kelamin luar seorang gadis, maka hasrat seksual wanita bisa dikurangi. Lambat laun masyarakat di negara Arab mulai menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh praktek penyunatan perempuan, terutama pada keluarga yang berpendidikan. Para gadis di Arab sebagian besar tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh penyunatan, dan mereka menganggap bahwa penyunatan itu baik bagi kesehatan dan dapat membuat seseorang menjadi suci. Walaupun perempuan di Arab yang tidak berpendidikan lebih banyak melakukan sunat perempuan, namun mereka yang berpendidikan juga tidak menyadari bahwa pemotongan klitoris ini mempengaruhi kesehatan seksual dan psikologis mereka. Selain itu juga terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh Zamroni 2011 yang berjudul Sunat Perempuan Madura Belenggu Adat, Normativitas Agama, dan Hak Asasi Manusia, berisi tentang sunat perempuan di Madura merupakan bagian dari tradisi dan adat istiadat yang dilakukan secara turun temurun karena alasan agama. Alasan sunat perempuan adalah mengikuti hukum sunat laki-laki padahal dalam Al- Quran maupun Hadist tidak ditemukan dasar hukum yang jelas. Disini seorang kyai atau pemuka agama memiliki otoritas didalam masyarakat dalam melanggengkan sunat perempuan. Berdasarakan pemaparan diatas dapat disimpulkan jika praktek penyunatan telah dilaksanakan sebelum adanya Islam. Latar belakang pelaksanaan sunat perempuan dibeberapa negara seperti Arab dikarenakan keperawanan memiliki arti yang sangat penting sehingga dilaksanakannya sunat perempuan. Selan itu masyarakat Arab juga menganggap jika secara kesehatan sunat perempuan baik untuk dilaksanakan. Selain negara Arab, masyarakat dibeberapa daerah di Indonesia juga melaksanakan sunat perempuan. Salah satu daerah yang melaksanakan sunat perempuan adalah di Madura. Masyarakat Madura melaksanakan sunat perempuan dilatarbelakangi oleh tradisi dan adat istiadat yang dilakukan secara turun temurun karena alasan agama. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini akan mengkaji mengenai latar belakang pelaksanaan sunat perempuan di Desa Karangmalang. Dalam hal ini, masyarakat melaksanakan sunat perempuan dilatarbelakangi oleh adanya keyakinan bahwa sunat perempuan merupakan bagian ajaran agama yang harus dipatuhi, selain itu sunat perempuan juga dilatarbelakangi oleh adanya keyakinan bahwa sunat perempuan adalah tradisi leluhur yang harus dilestarikan dan adanya kepercayaan “suker” perempuan menyimpan najis dan kotoran. Suker adalah sesuatu yang danggap kotor. Jadi sukere perempuan adalah bagian dari tubuh perempuan yang mengandung kotoran dan najis. Disini adanya konsep “suker” berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya walaupun di daerah Ara b juga terdapat konsep “suker” tetapi berbeda konsep.

2. Kajian Tentang Proses Sunat Perempuan