Fungsi Ketundukan Pada Pemuka Agama Fungsi Kesehatan Sunat Perempuan

anak perempuannya. Orang tua yang telah menyunatkan anak perempuannya dianggap telah melaksanakan kewajibannya. Jika orang tua tidak menyunatkan anaknya maka dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu yang tidak wajar.

3. Faktor Fungsional dari Tradisi Sunat Perempuan

Sunat perempuan juga memiliki fungsi-fungsi tertentu yaitu fungsi agama, sosial, dan kesehatan. Fungsi-fungsi tersebut membuat sunat perempuan masih berlangsung sampai sekarang. Fungsi-fungsi tersebut yaitu:

a. Fungsi Ketundukan Pada Pemuka Agama

Salah satu alasan masih dipertahankannya sunat perempuan adalah ketundukan masyarakat terhadap pemuka agama atau kyai, dimana kyai menafsrikan sunat perempuan wajib dilaksanakan. Pada pelaksanaanya masyarakat percaya kepada nilai-nilai agama yang dikatakan oleh para pemuka agama atau kyai. Masyarakat Desa Karangmalang beranggapan jika sunat perempuan sama wajibnya dengan hukum sunat laki-laki. Jadi masyarakat menganggap seorang perempuan baru masuk Islam setelah melaksanakan sunat, seperti sunat yang dilakukan kepada laki-laki. Pemuka agama atau kyai memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan sunat perempuan di Desa Karangmalang. Apapun yang dikatakan oleh seorang kyai akan ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat. Ketundukan masyarakat terhadap agama menjadi salah satu alasan masih bertahanya sunat perempuan di Desa Karangmalang. Seorang kyai tidak hanya mempunyai otoritas dalam agama saja tetapi juga pada otoritas sosial dan budaya yang berbasis Islam. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Endang Hartati yang bekerja wirawasta, yaitu: “Saya mempunyai dua anak dan keduanya saya sunatkan. Alasannya ya karena sunat perempuan merupakan ajaran agama yang sebaiknya dilakukan. Selain itu dulu saya juga pernah tanya ke pak kyai dan beliau menjawab jika anak perempuan sebaiknya juga disunatkan seperti anak laki-laki. Jadi saya melaksanakan sunat perempuan tersebut”. Wawancara tanggal 13 Februari 2013. Sunat perempuan memiliki fungsi religi yaitu sunat perempuan secara agama telah dikonstruksikan oleh masyarakat wajib hukumnya sehingga masyarakat masih melaksanakan sunat perempuan sampai sekarang. Masyarakat mengaku jika belum melaksanakan kewajibannya dalam beragama dan merasa kurang mantap jika tidak menyunatkan anaknya.

b. Fungsi Kesehatan Sunat Perempuan

Sunat perempuan masih bertahan sampai sekarang karena secara kesehatan sunat perempuan diperbolehkan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1636 MENKES PERXI2010 sunat perempuan diperbolehkan tetapi harus sesuai ketentuan yang ada didalamnya, seperti: dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang sudah ahli dan terlatih, menggunakan alat-alat yang steril dan tempat untuk pelaksanaan sunat juga harus bersih. Dari adanya undang-undang tersebut semakin memperkuat pelaksanaan sunat perempuan yang ada di Desa Karangmalang. Sunat perempuan memiliki fungsi secara kesehatan yaitu untuk membersihkan alat kelamin. Setelah disunat masyarakat percaya jika anak perempuan mereka akan terhindar dari segala macam penyakit. Salah satu informan yang mengungkapkan jika sunat perempuan dapat membersihkan alat kelamin adalah Ibu Malikah yang bekerja sebagai pengusaha konveksi, yaitu: “Sunat perempuan iku apik mbak soale kan iso mbuang bagian seng dadi sumber penyakit. Anak wedok ek wis disunat ngko kan iso dadi sehat. Koyo sunat kanggo wong lanang kan ngono, gunane kanggo ngresiki alat kelamin ben gak dadi sarang penyakit”. Wawancara tanggal 13 Februari 2013. “Sunat perempuan itu baik mbak soalnya bisa membuang bagian yang menjadi sumber penyakit. Anak perempuan yang sudah disunat nanti kan bisa menjadi sehat. seperti sunat untuk laki-laki kan juga seperti itu, gunanya untuk membersihkan alat kelamin agar tidak menjadi sarang penyakit”. Wawancara tanggal 13 Februari 2013.

c. Fungsi Sosial Sunat Perempuan