bidan yang sudah terlatih dan mengikuti prosedur yang ada. Sedangkan waktu pelaksanaan sunat perempuan yaitu biasanya pada bayi berumur 35 hari atau
selapan. Waktu tersebut dipilih karena para orang tua mereka mengatakan jika pada saat bayi umur selapan adalah waktu yang baik untuk disunat. Biasanya bayi
akan disunat pada saat wetonnya atau sehari setelah wetonnya. Weton yaitu penanggalan menurut orang Jawa. Sunat perempuan dilaksanakan selain menurut
weton dan berumur 35 hari, juga harus mempertimbangkan alat kelamin dan kesehatan bayi perempuan tersebut.
3. Kajian Tentang Eksistensi Sunat Perempuan
Penelitian terdahulu mengenai eksistensi sunat perempuan yaitu penelitian Nasution 2010 yang berjudul Khitan Perempuan Rekonstruksi Pengetahuan dari
Praktik Khitan Perempuan pada Keluarga Jawa Medan, Studi Kasus di Daerah Marelan, hasil dari penelitiannya yaitu pemerintah di daerah Marelan telah
melarang praktik pelaksanaan sunat perempuan karena dikhawatirkan dapat menyebabkan cidera atau tergangunya fungsi reproduksi perempuan. Walaupun
telah ada larangan dari pemerintah tetapi masyarakat Jawa yang ada di Marelan masih melakukan khitan pada anak perempuan mereka. Mereka menganggap
praktik khitan perempuan adalah sesuatu yang sakral dan harus dilakukan. Khitan perempuan yang ada di daerah Marelan sampai sekarang masih dilakukan dan
diwarisi secara turun-temurun dengan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki setiap zamannya. Praktik khitan perempuan juga akan tetap dilakukan
dimasa yang akan datang, hal ini dikarenakan anggota masyarakat masih melakukannya dan didukung oleh faktor agama. Selain itu faktor internal juga
mempengaruhi dalam keluarga berupa perasaan tidak tenang yaitu orang tua masih merasa ada beban yang belum dijalankan jika mereka tidak melakukan
khitan pada anak perempuan mereka. Peran keluarga sangat penting dalam pelaksanaan sunat perempuan. Dalam kehidupan masyarakat Jawa peran keluarga
sangat berpengaruh, segala urusan harus dirembukkan dahulu dengan keluarga. Salah satu contoh urusan yang perlu dirembukkan dengan orang tua adalah
masalah sunat perempuan. Biasanya orang tua akan bertanya pada nenek atau keluarga yang lebih tua tentang kapan sebaiknya melaksanakan khitan perempuan.
Penelitian yang dilakukan Nasution memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Adapun letak kesamaan
penelitiannya adalah sama-sama meneliti mengenai faktor penyebab bertahannya sunat perempuan. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya
mengkaji mengenai pengetahuan masyarakat mengenai praktik sunat perempuan dan faktor penyebab bertahannya sunat perempuan lebih ditekankan mengenai
faktor agama dan faktor pengaruh keluarga dalam pelaksanaan sunat perempuan. Adapun penelitian ini lebih menekankan mengenai faktor-faktor penyebab
bertahannya sunat perempuan yaitu faktor kesakralan sunat perempuan, faktor kewajiban sosial untuk melaksanakan sunat perempuan dan faktor fungsional dari
sunat perempuan fungsi ketundukan pada pemuka agama, fungsi kesehatan dan fungsi sosial.
B. Landasan Teori