Irigasi TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Sumberdaya Air

areal tanaman berupa aliran permukaan dan per kolasi dalam di bawah daerah perakaran tidak termasuk dalam bagian curah hujan efektif Arsyad, 2000. Nilai curah hujan efektif dapat dihitung dengan metode USDA yaitu dengan menghubungkan curah hujan andalan dengan nilai evapotranspirasi tanaman. Curah hujan andalan merupakan curah hujan yang ditentukan berdasarkan kemungkinan atau peluang tertentu 80. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan curah hujan andalan yaitu metode Weibull Dandekar dan Sharma, 1994, ditunjukkan dengan persamaan : F = mn+1 atau T = 1F = n+1m…………………………….6 dimana, F = peluang curah hujan m = urutan dari data yang terbesar ke data terkecil n = banyaknya data T = periode ulang

2.8. Irigasi

Camp, Sadler dan Yoder 1996 dalam Irianto dan Surmaini 2002 menyatakan bahwa irigasi tanaman secara teoritis diperlukan sebagai pelengkap bila curah hujan tidak mencukupi untuk mengkompensasikan kehilangan air tanaman yang disebabkan oleh evapotranspirasi. Irigasi suplemen bertujuan untuk memberikan air yang dibutuhkan oleh tanaman pada waktu, volume dan interval yang tepat. Dengan menghitung neraca air tanaman harian di zona perakaran, maka volume dan interval air irigasi dapat direncanakan. Untuk meminimalkan peluang terjadinya cekaman air tanaman, maka irigasi sudah harus diberikan sebelum mencapai batas bawah air yang siap digunakan tanaman Readily Available Water. Untuk meminimalkan kehilangan air dalam bentuk aliran permukaan dan perkolasi maka jumlah irigasi suplemen yang harus diberikan sama atau lebih kecil dari kapasitas tanah menyimpan air di zona perakaran. Menurut Kartasapoetra, Sutedjo dan Pollein 1994 kebutuhan air irigasi adalah banyaknya air yang dibutuhkan untuk menambah curah hujan efektif untuk memenuhi kebutuhan pe rtumbuhan dan perkembangan tanaman. Kebutuhan air irigasi tersebut tergantung pada : a. Tingkat pemakaian yaitu jumlah keseluruhan air yang ditranspirasikan tanaman dan dievaporasikan tanah dari areal pertanaman dalam satu satuan waktu dibandingkan terhadap luas area lahan tersebut. b. Efisiensi jaringan yaitu keefektifan jaringan irigasi yang ada dalam menyampaikan secara teratur air irigasi ke petak-petak pertanaman. Menurut Kartasapoetra, Sutedjo dan Pollein 1994 efisiensi irigasi adalah suatu upaya pemakaian yang sesuai antara keperluan budidaya tanaman dengan jumlah debit air yang tersedia atau yang dialirkan ke lahan pertanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat terjamin dengan baik. a. Efisiensi Penyaluran Air Ec 100 x Wr Wf Ec = ……………………………………………....…..7 dimana Wf = air yang sampai di areal pertanian literdetik Wr = air yang dialirkan dari sumber literdetik b. Efisiensi Pemakaian Air Ea Wf x P R Wf Ea 100 + − = …………………………………..…….8 dimana Wf = air yang sampai di areal pertanian literdetik R = aliran permukaan literdetik P = perkolasi literdetik c. Efisiensi Penyimpanan Air Es 100 x Wn Ws Es = ……………………………………….......….…..9 dimana Ws = air yang tesedia di zona perakaran literdetik Wn = air yang diperlukan untuk mengisi pengurangan yang berlangsung di zona perakaran literdetik d. Efisiensi Penyebaran air Ed 100 1 x d Y Ed − = ………………….………......…………………10 dimana Y = rata-rata nilai mutlak deviasi kedalaman air yang ditahan di zona perakaran mm d = rata-rata kedalaman air yang ditahan di zona perakaran mm e. Efisiensi Penggunaan Air Konsumtif Ecu 100 x Wd Wcu Ecu = ……………………………………......….……11 dimana Wcu = evapotranspirasi mm Wd = penurunan kelembaban di zona perakaran mm Menurut Arsyad 2000 efisiensi suatu proyek irigasi di pengaruhi oleh kondisi tanah tekstur lapisan olah, lapisan bawah, permeabilitas, topografi dan pengelolaan air. Efisiensi irigasi dapat dipertinggi dengan cara mengurangi tinggi genangan, melakukan pergiliran golongan, memberikan air secara terputus -putus dan pemeliharaan saluran air agar tidak bocor. Dilihat dari segi konstruksi jaringan irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan mengklasifikas ikan sistem irigasi menjadi : 1 Irigasi Sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengaturan dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur sehingga efisiensinya rendah, 2 Irigasi Setengah Teknis, yaitu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan head work saja, air hanya teratur dan terukur pada head work saja sehingga efisiensinya sedang; 3 Irigasi Teknis, yaitu sistem irigasi yang dilengkapi pintu pengatur dan alat pengukur pada head work, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga efisiensinya tinggi; 4 Irigasi Teknis Maju, yaitu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan diukur pada seluruh jaringan; efisiensin ya sangat tinggi Pasandaran dan Taylor, 1984.

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu