Analisis Data Metode 1. Pengumpulan Data Lapang

3.3. Metode 3.3.1. Pengumpulan Data Lapang a. Pengumpulan data iklim berupa suhu, kelembaban udara, tekanan udara, lama penyinaran, kecepatan angin dan curah hujan 1994-2005 dari Stasiun Klimatologi Atang Sendjaja Pangkalan TNI AU Atang Sendjaja, Bogor. b. Pengumpulan data debit Sungai Cisadane di Bendung Empang 1975-2004 dan debit di saluran sekunder Cidepit 2005 yang diperoleh dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Balai PSDA wilayah Ciliwung-Cisadane. c. Pengumpulan data satuan kebutuhan air SKA untuk tanaman, kondisi jaringan irigasi dan efisiensi irigasi untuk masing-masing jenis saluran serta data-data pendukung lainnya yang diperoleh dari Dinas Pengairan Bogor dan Dinas Pengairan Parung. d. Pengukuran debit aliran sesaat di saluran sekunder dan tersier Cidepit dengan menggunakan Current Meter digital.

3.3.2. Analisis Data

a. Pendugaan evapotranspirasi potensial sebagai acuan ETo dengan program Cropwat for Windows metode Penman-Monteith. Metode yang digunakan berdasarkan data iklim yang tersedia di wilayah kajian. b. Pendugaan neraca air lahan bulanan dan neraca air tanaman berdasarkan metode Thornthwaite dan Mather 1957 dengan urutan langkah perhitungan : • Curah Hujan R dan Evapotranspirasi Potensial ETp • Selisih R dan ETp R-ETp R-ETp 0 menunjukkan jumlah kebutuhan air dari sebidang areal bervegetasi yang tidak dipenuhi oleh air hujan. R-ETp 0 menunjukkan kelebihan air pada periode tertentu untuk pengisian kembali recharge air tanah dan limpasan. • Nilai Akumulasi Air yang Hilang Secara PotensialAPWL Accumulation of Potential Water Loss yang merupakan akumulasi nilai negatif R-ETp. • Kandungan Air Tanah ST Jika R-ETp0 maka ST mencapai maksimum. Jika R-ETp0 maka ST ditentukan oleh ketersediaan air tanah maksimum dan APWL. Bagi setiap penggunaan air untuk evapotranspirasi, kandungan air tanah akan berkurang secara aktual yang dinyatakan dengan persamaan : M = W . k APWL dimana W = FC – PWP dan K = P O + P 1 W M = ketesedian air tanah aktual mm W = ketesedian air tanah maksimumair tanah tersedia mm k = konstanta dari fungsi air yang tersedia APWL = akumulasi air yang hilang secara potensial mm FC = kadar air kapasitas lapang mm PWP = kadar air titik layu permanen mm P O = 1,000412351 dan P 1 = -1,073807306 Kadar air tanah dihitung dengan persamaan ST = PWP + M • Perubahan Kandungan Air Tanah ST, ST = ST i – ST i-1 ST 0 menunjukkan terjadinya penambahan ST dan berhenti ST = 0 setelah kapasitas lapang tercapai. ST 0 menunjukkan R-ETp 0, seluruh R dan ST dievaporasikan. • Evapotranspirasi Aktual ETa Jika R-ETp 0 maka ETa = ETp, Jika R-ETp 0 maka ETa = R+ ST • Defisit D, D = ETa – ETp • Surplus S, S = R-ETp – ST Neraca air lahan disusun berdasarkan curah hujan rata-rata bulanan periode 1994-2004 dan neraca air tanaman disusun berdasarkan jenis tanaman yang sedang ditanam yaitu palawija jagung, kacang tanah dan sayuran. Penanaman palawija terbagi ke dalam tiga waktu tanam yaitu 25 April, 1 Juli dan 1 Mei untuk jagung, 10 April, 11 Juni dan 11 Maret untuk kacang tanah serta tanggal 17 April, 28 Juni dan 1 Mei untuk sayuran. c. Pendugaan Satuan Kebutuhan Air kebutuhan air tanaman atau Crop Water RequirementCWR dan kebutuhan air irigasi atau Irrigation Water RequirementIWR dengan program Cropwat for Windows. Besarnya CWR dan IWR diperoleh dengan data ET , data curah hujan efektif USDA Soil Conservation Service Method, data tanaman dan data tanah. d. Analisis kecukupan air irigasi dilakukan dengan membandingkan kebutuhan air irigasi debit rencana dan debit tersedia debit andalan baik di ja ringan utama primer dan sekunder maupun tersier. • Debit rencana diperoleh dari perkalian dari kebutuhan air tanaman, luas areal pertanaman dan efisiensi irigasi total tiap jenis saluran. • Debit andalan Q 80 diperoleh dengan persamaan : f Q 80 = m n+1 dimana, fQ 80 = peluang kejadian debit aliran permukaan 80 m = nomor urut data dari yang terbesar ke yang terkecil n = jumlah data.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian