9. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Program ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor
M.01.PK.04-10 tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas.
a. Asimilasi: bekerja dengan pihak III, kerja bakti dan pelatihan pertanian. b. Integrasi: memberikan kesempatan untuk Pembebasan Bersyarat PB,
Cuti Menjelang Bebas CMB dan Cuti Mengunjungi Keluarga CMK
2.3.2.2 Pembinaan Kemandirian
Adalah suatu program pembinaan yang dilakukan oleh lapas dimana seorang narapidana akan diberikan pelatihan ketrampilan berdasarkan minat dan
bakatnya dan kemudian diarahkan untuk dapat memproduksi suatu barang atau jasa yang mempunyai nilai upahpremiinsentif sebagai mana diatur menurut
undang-undang. a. Kerja Produktif, yaitu: batakopaving blok, bingkaikeset, pertukangan kayu,
menjahit, cukur rambut, pertanian, sablon, cucian kendaraan, laundry, penjahitan sandal dan sepatu, pembuatan kasur lipat, las listrik dan acetylen,
pembuatan kompos. b. Kegiatan Kerja Rumah Tangga, yaitu: pemuka, juru masak, pembantu ruang
kantor, kebersihan, pertamanan, kebersihan luar blok, kebersihan lingkungan luar kantor.
2.4 Pengertian Narkoba
Narkoba, singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain, merupakan bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
tubuh terutama susunan syaraf pusatotak sehingga jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikisjiwa dan fungsi sosial Sumadi, 2013.
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah psikologi seperti perasaan, fikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik
dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena dan lain sebagainya Kurniawan, 2008.
Menurut Sarjono 2007 narkoba ialah zat kimiawi yang mampu mengubah pikiran, perasaan, fungsi mental dan perilaku seseorang. Sedangkan
menurut Martono dan Joewana 2006 narkoba adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong makanan jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan, atau
disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak susunan saraf pusat, dan sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya, kerja otak berubah meningkat
atau menurun; demikian pula fungsi vital organ tubuh lain jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain.
2.5 Penggolongan Narkoba
2.5.1 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik berbentuk sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa, zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan menyebabkan ketergantungan Sunarno, 2007.
Narkotika di bagi atas 3 golongan: a. Golongan I
Dalam golongan ini narkotika hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan saja IPTEK, tidak digunakan untuk terapi.
Disamping itu golongan ini mempunyai potensi sangat tinggi akan terjadinya efek ketergantungan obat atau adiksiketagihan. Contoh narkotika golongan I ini
adalah: 1. Tanaman papaver somniferum L. opioit serta produk yang dihasilkan.
2. Tanaman Erytroxylum coca kokain serta produk yang dihasilkan. 3. Tanaman Canabis sativa ganja serta produk yang dihasilkan.
b. Golongan II Narkotika golongan II berkhasiat untuk pengobatan, tetapi digunakan
sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan tersebut. Narkotika golongan ini juga digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga berpotensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: morfin, petidin, metadon, opium, dihidromorfin, dan ekogin.
c. Golongan III Narkotika golongan III adalah jenis narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan, dan banyak digunakan untuk terapi, juga untuk pengembanagan ilmu pengetahuan. Obat ini hanya berpotensi ringan untuk mengakibatkan
ketergantungan. Misalnya: kodein, etil-morfin, asetil dihidrokodein, dan norkodein.
Dilihat dari penggolongan tersebut jelaslah bahwa narkotika hanya digunakan untuk pelayanan kesehatan yang terbatas dan tidak untuk umum.
Disamping itu juga masih dilakukan penelitian yang lebih dalam untuk dunia ilmu pengetahuan Darmono, 2006.
Berdasarkan bahan pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi tiga jenis: 1. Narkotika Alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil langsung dari tumbuh-tumbuhan. Zat adiktif adalah zat yang dapat menimbulkan
ketergantungan. Contoh: ganja, koka, dan opium. 2. Narkotika Semisintetis
Adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat adiktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat. Contoh: morfin, kodein, heroin, dan kokain.
3. Narkotika Sintetis Narkotika sintetis adalah narkotika yang dibuat dari bahan kimia. Contoh:
petidin, methadone, naltrexon, dan lain-lain. Narkotika sintetis memiliki akibat yang lebih rendah, maka sering
digunakan untuk proses penyembuhan bagi penderita akibat narkoba. Tujuannya untuk mengurangi pengaruh narkoba sedikit demi sedikit pada penderita pasien
Winarto, 2007.
2.5.2 Psikotropika
Psikotropika adalah obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Sarjono, 2007.
Sedangkan menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dalam Amriel 2007 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan : 1. Golongan I: adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk
menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh: MDMA ekstasi, LSD, dan STP.
2. Golongan II: adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan ketergantungan, digunakan sangat terbatas pada terapi:
amfetamin, metamfetamin, fensiklidin, dan ritalin. 3. Golongan III: adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang dan
sering digunakan dalam terapi. Contoh: pentobarbital dan flunitrazepam. 4. Golongan IV: adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan untuk
menyebabkan ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh: diazepam, klobazam, fenobarbital, klorazepam, klordiazepoxide, dan
nitrazepam Nipam, pil BKKoplo, DUM, MG, Lexo, Rohyp, dan lain-lain Martono dan Joewana, 2006.
Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan ke dalam 3 golongan:
1. Kelompok depresanpenekan saraf pusatpenenangobat tidur
Contohnya adalah valium, BK, rohipnol, magadon, dan lain-lain. Jika diminum, obat ini memberikan rasa tenang, mengantuk, tentram, damai. Obat
ini juga menghilangkan rasa takut dan gelisah. 2. Kelompok stimulanperangsang saraf pusatanti tidur
Contohnya adalah amfetamin, ekstasi, dan shabu. Ekstasi berbentuk tablet beraneka bentuk dan warna. Amfetamin berbentuk tablet berwarna
putih. Bila diminum, obat ini mendatangkan rasa gembira, hilangnya rasa permusuhan, hilangnya rasa marah, ingin selalu aktif, badan terasa fit, dan
tidak merasa lapar. Daya kerja otak menjadi serba cepat, namun kurang terkendali. Shabu berbentuk tepung kristal kasar berwarna putih bersih seperti
garam. 3. Kelompok halusinogen
Halusinogen adalah obat, zat, tanaman, makanan, atau minuman yang dapat menimbulkan khayalan. Contohnya adalah LSD Lysergic Acid
Diethylmide, getah tanaman kaktus, kecubung, jamur tertentu misceline, dan ganja. Bila diminum, psikotropika ini dapat mendatangkan khayalan
tentang peristiwa-peristiwa yang mengerikan, khayalan tentang kenikmatan seks, dsb. Kenikmatan didapat oleh pemakai setelah ia sadar bahwa peristiwa
mengerikan itu bukan kenyataan, atau karena kenikmatan-kenikmatan yang dialami, walaupun hanya khayalan Partodiharjo, 2010.
2.5.3 Bahan adiktif lainnya
Golongan adiktif lainnya yaitu zatbahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak. Yang sering disalahgunakan
adalah: a. Alkohol, yang terdapat pada berbagai minuman keras.
b. Inhalansiasolven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor, dan rumah tangga.
c. Nikotin yang terdapat pada tembakau Martono dan Joewana, 2006.
2.6 Mekanisme Kerja Narkoba dalam Tubuh
Cara kerja narkoba di dalam tubuh manusia berbeda-beda, tergantung cara pemakaiannya. Cara pemakaian narkoba dapat dibedakan atas:
a. Melalui saluran pernapasan: dihirup melalui hidung shabu, dihisap sebagai rokok ganja.
b. Melalui saluran pencernaan: dimakan atau diminum ekstasi, psikotropika. c. Melalui aliran darah: disuntikan melalui pembuluh darah putaw, ditaburkan
ke sayatan di kulit putaw, morfin Partodiharjo 2010.
2.6.1 Melalui Saluran Pernapasan
Narkoba yang masuk ke saluran pernapasan setelah melalui hidung atau mulut, sampai ke tenggorokan, terus ke bronkus, kemudian masuk ke paru-paru
melalui bronkiolus, dan berakhir di alveolus. Di dalam alveolus, butiran “debu” narkoba itu diserap oleh pembuluh darah kapiler, kemudian dibawa melalui
pembuluh darah vena ke jantung. Dari jantung, narkoba disebar ke seluruh tubuh.
Narkoba masuk dan merusak organ tubuh hati, ginjal, paru-paru, usus, limpa, otak, dan lain-lain. Narkoba yang masuk ke dalam otak merusak sel otak.
Kerusakan pada sel otak menyebabkan kelainan pada tubuh fisik dan jiwa mental dan moral. Kerusakan sel otak menyebabkan terjadinya perubahan sifat,
sikap, dan perilaku Partodiharjo, 2010.
2.6.2 Melalui saluran pencernaan
Narkoba masuk melalui saluran pencernaan setelah melalui mulut, diteruskan ke kerongkongan, kemudian masuk lambung, dan diteruskan ke usus.
Di dalam usus halus, narkoba dihisap oleh jonjot usus, kemudian diteruskan ke dalam pembuluh darah kapiler. Narkoba lalu masuk ke pembuluh darah balik,
selanjutnya masuk ke hati. Dari hati, narkoba diteruskan melalui pembuluh darah ke jantung, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Narkoba masuk dan merusak
organ-organ tubuh hati, ginjal, paru-paru, usus, limpa, otak, dan lain-lain. Setelah di otak, narkoba merusak sel-sel otak. Karena fungsi dan peranan sel otak,
narkoba tersebut menyebabkan kelainan tubuh fisik dan jiwa mental dan moral. Cara pemakaian seperti ini mendatangkan reaksi setelah relative lebih
lama karena jalurnya panjang Partodiharjo, 2010.
2.6.3 Melalui aliran darah
Berbeda dengan dua jalan sebelumnya, jalan ini adalah jalan tercepat atau “jalan tol”. Narkoba langsung masuk ke pembuluh darah vena, terus ke jantung,
dan seterusnya sama dengan mekanisme melalui saluran pencernaan dan pernapasan Partodiharjo, 2010.
2.7 Pengertian Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses belajar, mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan
memperhatikan Herlina, 2010. Gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur otak berupa orientasi, perhatian, kosentrasi, daya ingat dan bahasa
serta fungsi intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung, bahasa, daya ingat semantik kata-kata dan pemecahan masalah.
Gangguan fungsi kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak karena kemampuan untuk berpikir akan dipengaruhi oleh otak Lisnaini, 2012. Menurut Ginsberg
2008 fungsi otak yang lebih tinggi dapat disubklasifikasi menjadi: 1. Fungsi kognitif yang terdistribusi, yang tidak terlokalisasi pada region otak
tertentu, namun membutuhkan aksi dari berbagai bagian pada kedua sisi otak, seperti: Atensi dan konsentrasi, Memori, Fungsi eksekutif dan Konduksi
sosial dan kepribadian. 2. Fungsi kognitif yang terlokalisasi, yang tergantung dari struktur dan fungsi
normal dari satu areatertentu pada satu hamister serebri.
2.8 Patofisiologi Gangguan Kognitif