Patofisiologi Gangguan Kognitif Faktor Risiko terjadinya gangguan kognitif

2.7 Pengertian Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses belajar, mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan Herlina, 2010. Gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur otak berupa orientasi, perhatian, kosentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung, bahasa, daya ingat semantik kata-kata dan pemecahan masalah. Gangguan fungsi kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak karena kemampuan untuk berpikir akan dipengaruhi oleh otak Lisnaini, 2012. Menurut Ginsberg 2008 fungsi otak yang lebih tinggi dapat disubklasifikasi menjadi: 1. Fungsi kognitif yang terdistribusi, yang tidak terlokalisasi pada region otak tertentu, namun membutuhkan aksi dari berbagai bagian pada kedua sisi otak, seperti: Atensi dan konsentrasi, Memori, Fungsi eksekutif dan Konduksi sosial dan kepribadian. 2. Fungsi kognitif yang terlokalisasi, yang tergantung dari struktur dan fungsi normal dari satu areatertentu pada satu hamister serebri.

2.8 Patofisiologi Gangguan Kognitif

Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-pesannya. Bila satu sel syaraf neuron berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut Steiger, 2011. Narkoba merupakan bahan-kimia yang menepuk sistem komunikasi otak dan meniru atau mengganggu cara-cara sel saraf mengirim, menerima, dan memproses informasi secara normal. Beberapa zat psikoaktif, seperti ganja dan heroin, dapat mengaktifkan neuron-neuron karena struktur kimiawi mereka menyerupai neurotransmiter alami. Kemiripan struktur kimia ini dapat mengelabuhi reseptor dan membiarkan zat psikoaktif ini mengunci dan mengaktifkan sel saraf. Sementara itu, neurotransmiter-neurotransmiter alami dihalangi untuk berkomunikasi dengan sel neuron. Meski zat psikoaktif ini menyerupai bahan kimiawi di dalam otak, mereka tidak mengaktifkan sel saraf dengan cara yang sama seperti neurotransmiter alami, dan mereka memancarkan pesan-pesan abnormal dalam jaringan otak. Zat psikoaktif lain, seperti amfetamin atau kokain, dapat menyebabkan sel-sel syaraf melepaskan sejumlah besar neurotransmiter-neurotransmiter alami atau mencegah pengambilan kembali reuptake bahan-kimia otak ini. Gangguan pada sistem neurotransmiter ini menyebabkan terganggunya fungsi kognitif Kapeta, 2013.

2.9 Faktor Risiko terjadinya gangguan kognitif

Beberapa penyakit atau kelainan pada otak dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif, antara lain: 2.9.1 Usia Dengan meningkatnya usia dapat terjadi perubahan fungsi kognitif yang sesuai dengan perubahan neurokimiawi da morfologi proses degeneratif. Usia lanjut juga menyebabkan otak lebih rentan terhadap efek primer atau sekuder cedera kepala, sehingga efek terjadinya gangguan kognitif lebih besar Capruso dan Levin, 2006. 2.9.2 Pendidikan Banyak studi menunjukkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi, berisiko rendah menderita penyakit Alzheimer. Tingkat fungsi intelektual premorbid mempengaruhi kemungkinan penyembuhan fungsi kognitif dan respon terhadap rehabilitasi Lifshitz et al., 2007. 2.9.3 Genetik Termasuk faktor genetik adalah faktor bawaan, jenis kelamin dan ras. Penyakit genetik yang berhubungan dengan gangguan kognitif diantaranya Huntington, Alzheimer, Pick, Fragile X, Duchenne Muscular Distrofi, dan sindroma Down Flint, 1999. 2.9.4 Cedera kepala Trauma kepala secara langsung mencederai struktur dan fungsi otak, dan dapat mengakibatkan gangguan kesadaran, kognitif dan tingkah laku. Studi kohort mendapatkan bukti kuat bahwa riwayat cedera kepala meningkatkan risiko penurunan fungsi kognitif Wreksoatmodjo, 2013. 2.9.5 Obat-obatan toksik Beberapa zat toksik yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif antara lain karbonmonoksida, logam berat, alkohol, obat-obatan seperti kokain, mariyuana, halusinogen, amfetamin, dan lain-lain Hamidah, 2011 2.9.6 Infeksi susunan saraf pusat Beberapa penyakit infeksi SSP seperti meningitis, ensefalitis maupun abses otak dapat mengakibatkan gejala sisa berupa gangguan kognitif Hamidah, 2011. 2.9.7 Tumor otak Tumor otak mengakibatkan perluasan lesi fokal yang dapat menimbulkan satu atau kombinasi beberapa gejala kognitif. Gejala-gejala yang dapat timbul antara lain afasia, disorientasi, kesulitan membaca, menulis, atau berhitung, kebingungan, dan gejala psikiatrik. Gejala lain dapat terjadi sesuai dengan lokasi tumor Hamidah, 2011. 2.9.8 Nutrisi Zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak bukan hanya makro tetapi juga zat gizi mikro. Diperkirakan 10 dari total seng berada di otak dan berada pada neuron di hipokampus yaitu menempati lumen vesikel sinaps yang berisi glutamate. Seng ikut berperan dalam neuromodulator pada glutaminergik sinaps. Bila terjadi defisiensi seng maka akan terjadi gangguan terhadap penghantaran stimulus yang diterima oleh akson dan badan neuron sehingga dapat terjadi gangguan memori. Kekurangan yodium dapat menyebabkan kemunduran mental, terlambatnya perkembangan motorik, gangguan otot dan saraf, gangguan bicara, pendengaran serta pertumbuhan yang terhambat Arizal et al., 2002. 2.9.9 Stres Selain reaksi emosional, orang seringkali menunjukkan gangguan kognitif yang cukup berat jika berhadapan dengan stresor yang serius. Akan sulit berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis Koo et al., 2003.

2.10 Diagnosis Gangguan Fungsi Kognitif