30
Rattus  norvegicus  betina  dan  hamil  yang  terbagi  ke  dalam  5  kelompok, yaitu :
a.  Kelompok  kontrol  negatif  Kn  :  tikus  diberikan  aquades  pada  seluruh trimester kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari.
b. Kelompok  kontrol positif Kp :  tikus  diberikan asam  folat  pada seluruh trimester  kehamilan  dengan  frekuensi  1  kali  per  hari  dengan  dosis  62
μgKgBB tikus. c. Kelompok perlakuan 1 P1 : tikus diberikan asam folat pada trimester I
kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari dengan dosis dosis 62 μgKgBB
tikus. d. Kelompok perlakuan 2 P2 : tikus diberikan asam folat pada trimester II
kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari dengan dosis dosis 62 μgKgBB
tikus. e. Kelompok perlakuan 3 P3 : tikus diberikan asam folat pada trimester III
kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari dengan dosis dosis 62 μgKgBB
tikus.
3.3.6. Teknik Sampling
Pengelompokan  sampel  pada  penelitian  ini  menggunakan  metode  Simple Random Sampling.
31
3.4.  Bahan dan Alat Penelitian 3.4.1. Alat Penelitian
a. Alat dalam Penelitian Alat  yang  digunakan  berupa  tempat  minum  dan  makan  tikus,  mikroskop,
spuit  oral  1  cc,  kandang  tikus  yang  terdiri  dari  bak  plastik  yang  ditutupi dengan kawat pada bagian atasnya sebanyak 25 kandang, gelas objek, gelas
penutup, neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, dan kapas.
a. Alat dalam Proses Nekropsi
Adapun  alat  yang  digunakan  dalam  proses  nekropsi  yaitu  :  1  fome  hood digunakan  untuk  melindungi  operator  dari  bahan  pengawet  atau  material
yang  bisa  terisap  dari  hewan  coba  bulu  dan  debu;  2  dissecting  board papan  bedah;  3  bank  pins  jarum  digunakan  untuk  membuat  posisi
hewan  coba  stabil  atau  tidak  berpindah  posisi  sehingga  operator  menjadi mudah;  4  forceps  digunakan  untuk  memegang  organ  dalam  untuk
memeriksa dan gunting yang digunakan untuk membuat insisi atau sayatan pasa  otot;  5  larutan  garam  NaCL  4,25  gr  dalam  500  ml  air  digunakan
untuk  mencuci  atau  menghilangkan  darah  dan  debris  jaringan  dari  fetus tikus;  6  neraca  analitik  Metler  Toledo  dengan  tingkat  ketelitian  0,01  g,
untuk  menimbang  berat  tikus  dan  fetus  tikus;  7  baju  kerja  laboratorium; 8 sarung tangan disposable glove.
32
3.4.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah : a.
Bahan  Biologis  :  Tikus  putih  Rattus  norvegicus  betina  hamil  galur Sprague Dawley dengan berat 200-250 gram.
b. Bahan Kimia : Asam Folat dengan sediaan 400 μgtablet dikonversikan
ke dosis tikus putih menjadi 62 μgKgBB tikus, ketamin untuk etanasi tikus
hamil,  etanol,  larutan  garam  NaCL  4.25  gram  dalam  500  ml  air  untuk pembersihan, dan aquades.
3.5.  Prosedur Penelitian 3.5.1. Prosedur Pemilihan Hewan Uji
Calon  induk  tikus  putih  Rattus  noevegicus  galur  Sprague  Dawley  dipilih dengan berat sekitar 200-250 gram  dan umur 10-16 minggu. Tikus bertina
dikawinkan  dengan  tikus  jantan  saat  fase  estrus  dengan  sistem  pasangan poligami  tiga  ekor  betina  dengan  seekor  jantan.  Tikus  betina  diperiksa
adanya  sumbat  vagina  untuk  memastikan  waktu  perkawinan.  Sumbat  ini berupa  air  mani  yang  menjendal  berwarna  kekuningan  berasal  dari  sekresi
kelenjar khusus tikus jantan dan sebagai penetapan hari kehamilan 0.
3.5.2. Prosedur Pemeliharaan Hewan Uji
Hewan  uji  yang  digunakan  adalah  tikus  putih  Rattus  norvegicus  betina dewasa  galur  Sparague  Dawley  umur  10-16  minggu  dengan  berat  200-250
gram  dan  sehat.  Dasar  kandang  dilapisi  dengan  serbuk  kayu  setebal  0,5-1 cm dan diganti setiap hari untuk mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat
33
kotoran  tikus  tersebut.  Setiap  ekor  tikus  betina  yang  hamil  ditempatkan dalam  satu  kandang.  Cahaya,  suhu,  dan  kelembaban  ruangan  dibiarkan
berada dalam kisaran alamiah.
Kandang  ditempatkan  dalam  suhu  kamar  dan  menggunakan  cahaya matahari tidak langsung. Makanan hewan percobaan diberikan berupa pelet
ayam. Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam  wadah terpisah dan  diganti  setiap  hari.  Setiap  tikus  diberi  perlakuan  sekali  sehari  yang
dilakukan  pada  masing-masing  waktu  trimester  kehamilan  yang  sudah ditetapkan.
3.5.3. Prosedur Pemberian Dosis Asam Folat
Zat  yang  digunakan  berupa  asam  folat  dengan  sediaan  tablet.  Dosis  yang diberikan pada hewan coba berasal dari konversi BSA Body Surface Area
dosis  asam  folat  pada  wanita  hamil  600  μg  menjadi  dosis  hewan  coba, perhitungan seperti di bawah ini Reagan-shaw, Nihal,  Ahmad, 2007.
Human Equivalent Dose mgKg = dosis hewan coba ×
Human  Equivalent  Dose  HED  merupakan  dosis  pada  manusia  dengan satuan  mgkg  BB.  Dosis  asam  folat  dikonversi  dalam  bentuk  mgkgBB.
Berat  badan  pembagi  merupakan  berat  badan  rata-rata  manusia  yang digunakan dalam konversi, yaitu 60 Kg. Angka HED didapatkan dari dosis
asam  folat  dibagi  dengan  berat  badan  rata-rata  sehingga  jumlah  Human Equivalent Dose asam folat sebesar 0,01 mgKgBB.
34
Rumus  konversi  menggunakan  suatu  faktor  konstanta  Km.  Faktor  Km merupakan  hasil  berat  badan  Kg  dibagi  dengan  BSA  dalam  satuan
. Nilai faktor Km manusia dewasa normal dan hewan coba tikus sebesar 37
dan 6. Sehingga didapat dosis hewan coba sebesar : Dosis hewan coba = Human Equivalent Dose mgKgBB ×
Dosis hewan coba = 0,01 mgKgBB × Dosis hewan coba =0,062 mgKgBBkali pemberian
Dosis  yang digunakan  adalah  0,062 mgKgBB  untuk  setiap  pemberian dan diubah  menjadi  satuan  asam  folat  dalam  sediaan  tablet  yaitu  62
μgKgBB tikus.
Dosis  asam  folat  diberikan  secara  peroral  dengan  pengenceran  sebanyak  1 ml aquades yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada
volume normal lambung tikus yaitu 3 –5 ml Ngatidjan, 2006. Asumsi berat
badan tikus rata-rata adalah 250 mg 0,25 kg, maka dosis untuk setiap tikus adalah  0,0155  mg  asam  folat.    Sediaan  tablet  asam  folat  tersedia  dalam
bentuk tablet 0,4 mg, 1 mg, dan 5 mg. Pada penelitian ini digunakan tablet asam  folat  sediaan  0,4  mg  dengan  pengenceran  menggunakan  akuades
sebanyak 25,8 ml yang diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: C
1
x V
1
= C
2
x V
2
0,4mg x 1 ml = 0.0155mg x V
2
V
2
= 25,8 ml
35
Keterangan: V
1
= volume larutan standar yang diencerkan V
2
= volume larutan pengenceran C
1
= konsentrasi larutan yang diencerkan C
2
= konsentrasi larutan pengenceran
3.5.4. Prosedur Pembedahan
Tikus dinarkosis atau dietanasi dengan menggunakan ketamin pada hari ke- 21  kehamilan,  untuk  menceegah  kanibalisasi  induk  terhadap  fetus  pasca
melahirkan.  Nekropsi  dilakukan  dengan  laparatomi  di  bagian  perut  dan uterus tempat fetus dibedah.
Adapun metode nekropsi hewan uji coba laboratorium yaitu : a.
Hewan telah dietanasi secara IP. b.
Hewan  diletakkan  pada  papan  nekropsi  dengan  posisi  rebah  dorsal perut menghadap ke atas dan posisi kepala hewan menjauhi operator.
c. Permukaan  tubuh  hewan  dibasahi  dengan  air  atau  etanol  supaya  bulu
hewan tidak rontok dan mengotori organ atau fetus yang akan diambil. d.
Dengan  menggunakan  forceps  angkat  kulit  abdomen  dan  buat  irisan sepanjang  ventral  midline  dengan  gunting  sampai  dagu  bawah.  Irisan
hanya pada daerah subkutan. e.
Setelah  terlihat  otot  di  bawah  kulit  berupa  lapisan  tipis  otot,  dibuat irisan  pada  otot  abdomen,  selanjutnya  singkirkan  otot  ke  samping
dengan cara memotong dengan gunting sehingga organ dalam abdomen dapat diamati.
36
f. Tentukan letak uterus dengan fetus yang ada di dalamnya, tarik sedikit
ke arah luar, kemudian mengeluarkan fetus dari uterus tikus. g.
Bersihkan  fetus  dari  lendir  sisa  selaput  dan  darah  yang  ada  dengan larutan NaCl 4,25 gr NaCl dalam 500 ml air.
3.5.5. Prosedur Pengamatan Angka Resorpsi Fetus
Fetus  yang  sudah  dikeluarkan  dari  uterus  dan  sudah  dibersihkan  dengan larutan NaCl, dilanjutkan dengan menghitung jumlah kejadian resorpsi fetus
setiap  ekor  tikus  pada  setiap  kelompok  perlakuan.  Pada  tiap  ekor  tikus, dihitung jumlah kelahiran fetus normal dan jumlah resorpsi fetus abnormal
dengan  bentuk  seperti  gumpalan.  Selanjutnya  diinterpretasikan  dalam bentuk angka.
3.6.  Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Variabel Penelitian
Adapun variabel independen dan dependen dari penelitian ini, yaitu: a. Variabel Independen
Variabel independen adalah periode pemberian asam  folat. b. Variabel Dependen
Variabel  dependen  adalah  angka  resorpsi  fetus  tikus  putih  Rattus norvegicus galur Sprague Dawley.
37
3.6.2. Definisi Operasional Variabel
Untuk  memudahkan  pelaksanaan  penelitian  dan  penelitian  tidak  menjadi terlalu luas maka dibuat definisi operasional pada tabel 2.
Tabel 2 . Definisi Operasional
Variabel Definisi
Cara Ukur Hasil Ukur
Skala
Periode Pemberian
Asam folat Periode  pemberian  asam
folat yang diharapkan dapat memengaruhi
angka resorpsi  fetus  tikus  putih
Rattus  norvegicus  galur Sprague Dawley.
Dosis yang
digunakan dalam  penelitian  adalah  62
μgKgBB  tikus  dengan rincian sebagai berikut :
a. Kelompok
kontrol negatif:  tikus  diberikan
aquades  pada  seluruh trimester  kehamilan  1
kali per hari.
b. Kelompok
kontrol positif:  tikus  diberikan
asam  folat  pada  seluruh trimester  kehamilan  1
kali per hari.
c.  Kelompok  perlakuan  1: tikus  diberikan  asam
folat  pada  trimester  I kehamilan  1  kali  per
hari.
d.  Kelompok  perlakuan  2: tikus  diberikan  asam
folat  pada  trimester  II kehamilan  1  kali  per
hari.
e.  Kelompok  perlakuan  3: tikus  diberikan  asam
folat  pada  trimester  III kehamilan kali per hari.
Rumus konversi
dosis manusia ke
hewan coba
Dosis  asam folat  dalam
mikrogram μg
Kategorik Ordinal
Angka resorpsi
Hilangnya  zat  dengan  cara fisiologis
maupun patologis;  resorpsi  jaringan
kalsifikasi  fetus  tikus  tanpa sebab yang jelas.
Makroskopis
Angka jumlah
kejadian resorpsi
Numerik
38
3.7.  Pengolahan dan Analisis Data
Kelompok  penelitian  terdiri  dari  lima  kelompok  yaitu  tiga  kelompok perlakuan  dan  dua  kelompok  kontrol.  Pada  tiap  kelompok,  data  yang
terkumpul  dianalisis  menggunakan  sebuah  perangkat  lunak  komputer. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat.
Analisis bivariat  dilakukan  untuk  menilai  tingkat  perbedaan  antara  variabel
independen  dan  dependen.  Data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini terdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji parametrik One Way
ANOVA.
Batas  derajat  kemaknaan  pada  uji  One  Way ANOVA  p  ≤  0,05  hipotesis
dianggap  bermakna.  Bila  hasil  p  ≤  0,05  maka  akan  dilakukan  dengan analisis post-hoc bonferonni untuk menilai kebermaknaan antar kelompok.
3.8.  Diagram Alur Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan tikus putih sebanyak 30 ekor  yang dibagi dalam  5  kelompok  sebagai  sampel.  Tikus  putih  diaklimatisasi  dan  diberi
perlakuan  sesuai  prosedur  penelitian  yang  sudah  dijelaskan  setelah  itu diterminasi dan diambil fetusnya. Berikut diagram alur penelitian dijelaskan
pada gambar 6.
39
Gambar 6 . Diagram alur penelitian
Timbang berat badan calon induk Campurkan tikus betina dan jantan
Tikus betina dewasa hamil
Kelompok kontrol
positif Kelompok
kontrol negatif
Kelompok P2
Kelompok P3
Kelompok P1
Cekok asam  folat
62 μgKgBB
dalam  1ml aquades
1xhari kehamilan
hari  ke  8- 14
Cekok asam  folat
62 μgKgBB
dalam    1 ml aquades
1xhari kehamilan
hari  ke  15- 20
Cekok asam  folat
62 μgKgBB
dalam  1ml aquades
1xhari kehamilan
hari ke 1-7 Cekok
1ml aquades
1xhari kehamilan
hari  ke  1- 20
Cekok asam  folat
62 μgKgBB
dalam  1ml aquades
1xhari kehamilan
hari  ke  1- 20
Tikus dinarkosis pada kehamilan hari ke-21 dan dinekropsi
Fetus dikeluarkan dari uterus induk dan dibersihkan
Hitung jumlah kejadian angka resorpsi fetus dan interpretasi
40
3.9. Etika Penelitian
Ethical  clearance  untuk  penelitian  ini  sudah  diajukan  ke  Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan cara mengajukan ethical approval
ke  Komisi  Etika  Penelitian  Kesehatan  Fakultas  Kedokteran  Universitas Lampung.  Etika  penelitian  telah  disetujui  Komisi  Etika  Penelitian
Kesehatan  Fakultas  Kedokteran  Universitas  Lampung  dengan  nomor  surat etika penelitian 051UN26.8DL2017 dan surat penelitian terlampir.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5,1 Kesimpulan
Pada  penelitian  ini  didapatkan  kesimpulan  bahwa  terdapat  perbedaan  angka resorpsi fetus tikus putih Rattus norvegicus galur Sprague Dawley terhadap
pemberian asam folat.
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan dari penelitian ini sebagai berikut : 1.
Peneliti  lain  disarankan  untuk  menggunakan  tingkatan  dosis  asam  folat yang digunakan selama kehamilan untuk mengetahui dosis optimal asam
folat dalam mempengaruhi kejadian resorpsi fetus. 2.
Peneliti  lain  disarankan  untuk  menggunakan  trigger  seperti  alkohol sebagai penghambat pertumbuhan dan perkembangan fetus tikus sebelum
pemberian  asam  folat  selama  kehamilan  induk  tikus  untuk  mengetahui fungsi  yang  optimal  dari  asam  folat  dalam  mempengaruhi  kejadian
resorpsi pada tiap trimester kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar  B.  2010.  Tumbuhan  dengan  kandungan  senyawa  aktif  yang  berpotensi sebagai bahan antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
Altman PL, Katz DD. 2012. Growth Including Reproduction and Morphological
Development.Washington DC: Literary Licensing. Barua  S,  Kuizon  S,  Junaid  MA.  2014.  Folic  acid  supplementation  in  pregnancy
and implications in health and disease. Journal of Biomedical Science. 211, 77.
Ciselia  D,  Setiawan  A,  Nita  S,  Salni.  2014.  Efek  teratogenik  asam  salisilat  pada
perkembangan morfologi fetus mencit Mus musculus Swis Webster. Jurnal Penelitian Sains. 171.
Cueto  HT  et  al.  2012.  Predictors  of  preconceptional  folic  acid  or  multivitamin
supplement  use:  a  cross-sectional  study  of  danish  pregnancy  planners. Clinical Epidemiology. 41: 259
–265. Cunningham  FG,  Leveno  KJ,  Bloom  SL,  Haunt  JC,    Rouse  DJ.  2012.  Obstetri
williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC. Czeizel AE et al. 2010. Possible association of folic acid supplementation during
pregnancy  with  reduction  of  preterm  birth:  a  population-based  study. European  Journal  Obstetric  Gynecology  Reproduction  Biology.  1482:
pp.135 –140.
Darnton-hill  I,  Mkparu  UC.  2015.  Micronutrients  in  pregnancy  in  low-  and
middle-income countries. 1744 –1768.
52
Departemen  Kesehatan  RI. 2002.  Laporan  Pola  Penyakit Penyebab  Kematian di Indonesia.
Fekete K et  al. 2012. Effect  of folate intake on  health outcomes in  pregnancy:  a
systematic  review  and  meta-analysis  on  birth  weight,  placental  weight  and length of gestation. Nutrition Journal. 111: p.75.
Gaskins  AJ,  Rich-edwards  JW,  Hauser  R.  2015.  Maternal  prepregnancy  folate
intake  and  risk  of  spontaneous  abortion  and  stillbirth.  Obstet  Gynecol. 1241: 23
–31. Greenberg  JA,  Bell  SJ,  Guan  Y,  Yu  YH.  2011.  Folic  acid  supplementation  and
pregnancy:  more  than  just  neural  tube  defect  prevention.  Reviews  in Obstetrics  Gynecology. 42: 52
–9. Hardman  JG,  Limbird  LE,  Gilman  AG.  2012.  Goodman    gilman  dasar
farmakologi terapi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC. Haviz  M.  2014.  Konsep  Dasar  Embriologi
 :  Tinjauan  Teoretis.  Jurnal  Sainstek. 61: 96
–101. Katzung  BG,  Masters  SB,  Trevor  AJ.  2013.  Farmakologi  dasar    klinik.  Edisi
ke-12. Jakarta: EGC. Kim MW et al. 2014. Preventive effects of folic acid supplementation on adverse
maternal and fetal outcomes. PLoS ONE. 95: 1 –5.
Krinke  GJ.  2000.  The  handbook  of  experimental  animals:  the  laboratory  rat.
London: Academic Press. Marinescu  IP,  Foarfa  MC,  Pirlog  MC,  Turculeanu  A.  2014.  Prenatal  depression
and  stress-risk  factors  for  placental  pathology  and  spontaneous  abortion. Romanian Journal of Morphology  Embryology. 55 Suppl 3:1155
–1160.