PERBEDAAN ANGKA RESORPSI FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY TERHADAP PEMBERIAN ASAM FOLAT

(1)

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF RESORPTION RATE IN FETUS OF WHITE RAT (RATTUS NORVEGICUS) SPRAGUE-DAWLEY STRAIN GIVEN FOLIC ACID

SUPPLEMENTATION

By

Annisa Rusfiana

Background: Indonesia recorded as one of country with the highest number of pregnant women in Southeast Asia. Vascular effects associated with folic acid deficiency can also increase the risk of spontaneous abortion and stillbirth. The objective of this study was to determine differences of the incidence of fetal resorption in white rat (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain given folic acid supplementation.

Methods: This study was an experimental study using 25 rats (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain and were divided into 5 groups. On the negative control group was given aquadest, first group was given folic acid in 1st trimester, second group was given folic acid in the 2nd trimester, third group was given folic acid in the 3rd trimester, and positive control group was given folic acid during all period of pregnancy.

Results: Data of the study were analyzed using Shapiro-Wilk test and the results obtained p = 0.325. Once known the data is normally distributed, the test is continued by One Way ANOVA analysis test and the results obtained p = 0.000. Furthermore, the Post Hoc with Bonferroni test obtained a difference in the negative control group with other groups. Conclusion: There are differences resorption rate in fetus of white rat (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain given folic acid supplementation.


(2)

ABSTRAK

PERBEDAAN ANGKA RESORPSI FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY TERHADAP PEMBERIAN ASAM FOLAT

Oleh Annisa Rusfiana

Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah ibu hamil terbanyak di Asia Tenggara. Efek vaskular yang terkait dengan kekurangan asam folat juga dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan lahir mati. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan angka kejadian resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley dan dibagi menjadi 5 kelompok. Pada kelompok kontrol negatif diberikan cekok aquades, perlakuan 1 diberikan cekok asam folat pada trimester 1, perlakuan 2 diberikan cekok asam folat pada trimester 2, perlakuan 3 diberikan cekok asam folat pada trimester 3, dan kontrol positif diberikan cekok asam folat selama kehamilan.

Hasil penelitian: Hasil dianalisis menggunakan uji Saphiro-wilk dan didapatkan hasil p=0,325. Setelah diketahui data terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji analisis One Way ANOVA dan didapatkan hasil p=0,000. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Bonferroni dan didapatkan satu perbedaan pada kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan lainnya.

Simpulan: Terdapat perbedaan angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.


(3)

PERBEDAAN ANGKA RESORPSI FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY

TERHADAP PEMBERIAN ASAM FOLAT

(Skripsi)

Oleh

ANNISA RUSFIANA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2017


(4)

PERBEDAAN ANGKA RESORPSI FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY

TERHADAP PEMBERIAN ASAM FOLAT Oleh

ANNISA RUSFIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF RESORPTION RATE IN FETUS OF WHITE RAT (RATTUS NORVEGICUS) SPRAGUE-DAWLEY STRAIN GIVEN FOLIC ACID

SUPPLEMENTATION

By

Annisa Rusfiana

Background: Indonesia recorded as one of country with the highest number of pregnant women in Southeast Asia. Vascular effects associated with folic acid deficiency can also increase the risk of spontaneous abortion and stillbirth. The objective of this study was to determine differences of the incidence of fetal resorption in white rat (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain given folic acid supplementation.

Methods: This study was an experimental study using 25 rats (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain and were divided into 5 groups. On the negative control group was given aquadest, first group was given folic acid in 1st trimester, second group was given folic acid in the 2nd trimester, third group was given folic acid in the 3rd trimester, and positive control group was given folic acid during all period of pregnancy.

Results: Data of the study were analyzed using Shapiro-Wilk test and the results obtained p = 0.325. Once known the data is normally distributed, the test is continued by One Way ANOVA analysis test and the results obtained p = 0.000. Furthermore, the Post Hoc with Bonferroni test obtained a difference in the negative control group with other groups. Conclusion: There are differences resorption rate in fetus of white rat (Rattus norvegicus) Sprague Dawley strain given folic acid supplementation.


(6)

ABSTRAK

PERBEDAAN ANGKA RESORPSI FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY TERHADAP PEMBERIAN ASAM FOLAT

Oleh

Annisa Rusfiana

Latar Belakang: Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah ibu hamil terbanyak di Asia Tenggara. Efek vaskular yang terkait dengan kekurangan asam folat juga dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan lahir mati. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan angka kejadian resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley dan dibagi menjadi 5 kelompok. Pada kelompok kontrol negatif diberikan cekok aquades, perlakuan 1 diberikan cekok asam folat pada trimester 1, perlakuan 2 diberikan cekok asam folat pada trimester 2, perlakuan 3 diberikan cekok asam folat pada trimester 3, dan kontrol positif diberikan cekok asam folat selama kehamilan.

Hasil penelitian: Hasil dianalisis menggunakan uji Saphiro-wilk dan didapatkan hasil p=0,325. Setelah diketahui data terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji analisis One Way ANOVA dan didapatkan hasil p=0,000. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Bonferroni dan didapatkan satu perbedaan pada kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan lainnya.

Simpulan: Terdapat perbedaan angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.


(7)

(8)

(9)

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 November 1994, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis merupakan putri dari Bapak Malinar Ruslan dan Ibu Sofni Yusrita.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Mutiara Indonesia pada tahun 2000. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri Gondangdia 01 Pagi pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 216 Jakarta Pusat pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 54 Jakarta timur pada tahun 2012.

Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina (FSI Ibnu Sina) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai anggota bidang Keputrian periode 2014-2015.


(11)

i

Bismillahirahmanirrahim

“Sebuah persembahan sederhana untuk Papa

dan Mama. Orang tua yang selalu aku

harapkan keridhoannya setelah ridho Allah

SWT. Orang tua yang telah mendidik dan

mencurahkan kasih sayangnya dengan tulus serta

tiada henti berdo’a dan berharap kepada Allah

SWT demi keberhasilan dan kesuksesanku.

Alhamdulillah ya Allah, Kau amanatkan aku


(12)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi penulis dengan judul “Perbedaan Angka Resorpsi Fetus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley Terhadap Pemberian Asam Folat” ini, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung; Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; dr. Rodiani, S.Ked., M.Sc., Sp.OG., selaku pembimbing utama terima kasih atas kesediaannya dalam meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, kritik, saran, nasehat, dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; Dr. dr. Jhons Fatriyadi Suwandi, S.Ked., M.Kes., selaku pembimbing pendamping terima kasih atas saran, bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini; dr. Rizki Hanriko, S.Ked., Sp.PA., selaku pembahas terima kasih atas kesediaannya dalam memberikan koreksi,


(13)

iii kritik, dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan skripsi yang dilakukan oleh penulis; dan dr. Betta Kurniawan, S.Ked., M.Kes., selaku pembimbing akademik terima kasih atas kesediannya memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama proses pembelajaran preklinik di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibunda tercinta, Sofni Yusrita, terimakasih untuk selalu mendoakan demi tercapainya semua cita-cita penulis. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan. Terima kasih atas dukungan, nasihat, motivasi, dan segala pengorbanan yang telah dilakukan demi tercapainya masa depan yang baik bagi penulis; Ayahanda, Malinar Ruslan, terimakasih untuk segala cinta dan kasih sayang yang selalu dipanjatkan dalam

do’a. Terima kasih atas segala pengorbanan, dorongan, motivasi, dan

pembelajaran hidup yang telah diberikan demi tercapainya cita-cita penulis; dan Adik tercinta, Ravi Yumna Ruslan, yang selalu menjadi penghibur atas segala gundah gulana selama proses penulisan skripsi dan Keluarga Besar Quraisin, terima kasih atas segala motivasi dan nasihat yang telah diberikan.

Terima kasih penulis ucapkan untuk seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita dan seluruh Staf Akademik, TU dan Administrasi FK Unila, serta pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian skripsi.


(14)

Penulis selanjutnya berterima kasih kepada Ridho Pambudi, atas segala kesabaran, bantuan, dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi; Sahabat, Novita Rahmadani, S.E., dan Marlin Vidya Kusuma, S.E., terima kasih atas segala motivasi, dorongan, perhatian, dan segala kritik yang membangun selama proses

penyelesaian skripsi; Tim skripsi rattata’s, Ridho dan Analia, terima kasih atas

kerja sama dan kekompakan tim selama penelitian skripsi ini, serta teman-teman terdekat, Tarrinni. I, Widya. P, Sutria. N.S, Salsabila. S, Amalia. R, Neza. U.H, Christine Y.S, Tiffany. A, Faridah. A, terima kasih telah memberikan dukungan dan menjadi penghibur disaat gundah gulana; dan sahabat-sahabat angkatan 2013 dan seluruh keluarga besar FK Unila yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan dan kerja sama dalam mengemban ilmu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin YRA.

Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis


(15)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masa Embriogenik Manusia ... 6

2.2.Tikus Putih (Rattus norvegicus) ... 9

2.2.1. Klasifikasi Tikus ... 9

2.2.2. Masa Kehamilan Tikus ... 10

2.2.3. Masa Embriogenik Tikus ... 14

2.3. Asam Folat ... 17

2.3.1. Definisi Asam Folat ... 17

2.3.2. Absorpsi, Distribusi, dan Eliminasi Asam Folat ... 18

2.4. Asam Folat selama Kehamilan ... 19

2.5. Abortus pada Kehamilan ... 22

2.6. Resorpsi Tikus ... 23

2.7. Kerangka Penelitian ... 25

2.7.1. Kerangka Teori ... 25

2.7.2. Kerangka Konsep ... 25

2.8. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 27

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Populasi dan Sampel ... 27

3.4. Bahan dan Alat Penelitian ... 31

3.5. Prosedur Penelitian ... 32

3.6. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 36


(16)

3.8. Diagram Alur Penelitian ... 38 3.9. Etika Penelitian ... 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 41 4.2 Pembahasan ... 43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 50 5.2 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(17)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahapan Perkembangan Manusia Minggu 1-3 ... 7

2. Tahapan Perkembangan Manusia Minggu 4-7 ... 8

3. Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley ... ... ...9

4. Gambaran Apusan Vagina Tikus Putih Betina setelah Perkawinan ... 11

5. Struktur Asam Folat ... 18

6. Morfologi fetus tikus (a) Fetus normal, (b) Fetus kerdil, (c) Fetus resorpsi ...24

7. Kerangka Teori... 25


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Embriologi Tikus Putih (Rattus norvegicus) . ... 14 2. Definisi Operasional... 37 3. Hasil Rata-rata Pengukuran Angka Resorpsi Fetus Tikus Putih ... 41


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah ibu hamil terbanyak di Asia Tenggara. Jumlah ibu hamil di indonesia sekitar 5.290.235 jiwa dan terdapat 5.049.771 ibu yang melakukan persalinan. Jumlah kematian perinatal didapatkan sebesar 240.464 per tahun, angka ini masih cukup tinggi. Berdasarkan data nasional tahun 2015, dari 259 kasus kematian perinatal terdapat 13 kasus kematian dengan penyakit utama kematian pada janin, sehingga penyakit utama pada ibu yang paling mempengaruhi angka kematian janin (Departemen Kesehatan RI, 2002).

Faktor kesehatan ibu yang berpengaruh besar pada kesehatan janin selama masa kehamilan diantaranya penyakit pada ibu, lingkungan, reaksi imunologis tubuh, pemakaian obat-obatan, kelainan genetik, trauma, dan status gizi (Cunningham et al, 2012). Penelitian terkait peran faktor nutrisi dalam reproduksi manusia terbatas, namun ada beberapa alasan untuk mempertimbangkan bahwa asupan dari nutrisi tertentu terutama asam folat dapat mempengaruhi keberhasilan dalam bidang reproduksi. Asam folat mencegah terjadinya neural tube defects (NTDs) pada janin. American


(20)

College of Obstetric and Gynecology (ACOG) merekomendasikan bahwa wanita yang merencanakan kehamilan dan sedang dalam kondisi hamil

dapat mengonsumsi asam folat sebesar 400 μg per hari (Gaskins et al, 2015).

Kekurangan asam folat selama kehamilan akan menyebabkan diantaranya: (1) terganggunya proses pembelahan sel; (2) terganggunya proses reaksi metilasi; (3) peningkatan produksi sitokin inflamasi (4) peningkatan stres oksidatif; (5) dan peningkatan apoptosis. Hal tersebut akan mengganggu perkembangan dan pertumbuhan embrio secara keseluruhan (Forges et al, 2007). Efek vaskular yang terkait dengan kekurangan asam folat juga dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan lahir mati. Risiko abortus spontan 20% lebih rendah pada wanita hamil yang mengonsumsi asam folat tambahan cukup dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak mengonsumsi asam folat. Penelitian lain menjelaskan bahwa kadar folat rendah meningkatkan risiko kejadian penyakit neural tube defects (NTDs). Kondisi ini bisa menjelaskan sebagian hubungan antara kurangnya konsumsi asam folat selama kehamilan dan risiko abortus (Gaskins et al, 2015).

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa perkembangan otak janin pada awal kehamilan dapat terhambat akibat kurangnya konsumsi asam folat (Scholtz et al, 2010). Penelitian lain menunjukkan manfaat pentingnya asam folat pada tahap perkembangan janin, seperti pengurangan risiko terjadinya


(21)

3 cacat jantung dan neural tube defects (NTDs) pada bayi dengan ibu yang mulai mengonsumsi asam folat sebelum konsepsi terjadi (Van et al, 2010). Suplementasi asam folat, baik konsumsi tunggal maupun berupa multivitamin direkomendasikan untuk dikonsumsi bagi wanita pada saat sebelum dan awal kehamilan yang dapat mengurangi risiko kejadian neural tube defects (NTDs) serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan dan malformasi kongenital (Nohr et al, 2014). Konsumsi asam folat pada saat sebelum dan awal kehamilan difokuskan pada mencegah NTDs, namun manfaat konsumsi suplementasi asam folat setelahnya belum diketahui secara pasti (McNulty et al, 2016). Folat juga dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan maksimal pada trimester akhir (Fekete et al, 2012). Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa asam folat yang dikonsumsi pada trimester ketiga dapat mengurangi jumlah kelahiran prematur secara signifikan (Czeizel et al, 2010).

Dalam penelitian sebelumnya disebutkan bahwa pemberian asam folat bermanfaat untuk perkembangan janin pada trimester awal kehamilan yang dapat mengurangi angka kejadian kecacatan dan abortus. Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh pemberian asam folat terhadap angka kejadian abortus yang dikorelasikan dengan angka kejadian resorpsi pada fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah apakah terdapat perbedaan angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian asam folat terhadap angka resorpsi fetus tikus putih galur Sprague Dawley.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah mengetahui perbedaan angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat pada berbagai periode pemberian.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman peneliti tentang pengaruh pemberian asam folat selama kehamilan dan sebagai aplikasi atas disiplin ilmu yang sudah didapat.


(23)

5 2. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi asam folat yang cukup terutama saat kehamilan sehingga mengurangi risiko terjadinya kecacatan dan kematian janin.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber informasi untuk pengembangan bagi penelitian selanjutnya, terutama tentang penggunaan asam folat pada kehamilan.

4. Bagi ilmu pengetahuan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas informasi kesehatan tentang pengaruh asam folat pada kehamilan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masa Embriogenik Manusia

Proses perkembangan dari satu sel melalui periode pembentukan primordia organ (8 minggu pertama pada perkembangan manusia) disebut masa embriogenesis (kadang-kadang disebut masa organogenesis); periode setalah tahap ini hingga kelahiran disebut masa janin (fetal period), yaitu masa di saat diferensiasi berlanjut sementara janin tumbuh dan bertambah beratnya (Haviz, 2014).

Perkembangan manusia dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: (1) tahap gametogenesis, terjadinya pembentukan gamet laki-laki dan perempuan atau konversi germ cell sperma dan sel telur; (2) Tahap perkembangan minggu ke-1, terjadinya proses ovulasi sampai implantasi; (3) Tahap perkembangan minggu ke-2, terjadinya pembentukan bilaminar germ disc (embrio dua lapis); (4) Tahap perkembangan minggu ke-3 sampai minggu ke-8, disebut juga dengan periode embrionik, terjadinya pembentukan sistem tubuh; (5) Tahap perkembangan bulan ke-3 sampai kelahiran, adalah masa fetus dan berperannya plasenta dalam perkembangan manusia (Sadler, 2009).


(25)

7

Gambar 1. Tahapan Perkembangan Manusia Minggu 1-3 (Sadler, 2009)

Fase terpenting perkembangan embriologi terletak pada minggu ke-3 sampai minggu ke-8, disebut juga periode organogenesis, dimana terjadi pembentukan sistem organ utama tubuh. Pada fase ini dibutuhkan asupan nutrisi yang adekuat sebagai bahan dasar pembentukan embrio. Fase selanjutnya adalah periode janin yang ditandai dengan pematangan jaringan dan organ serta pertumbuhan tubuh yang pesat (Sadler, 2009).


(26)

Gambar 2. Tahapan Perkembangan Manusia Minggu 4-7 (Sadler, 2009)

Pertambahan panjang terutama mencolok selama bulan ketiga, keempat, dan kelima (sekitar 5 cm per bulan), sementara penambahan berat lebih mencolok pada 2 bulan terakhir kehamilan (sekitar 700 g per bulan). Secara umum, lama kehamilan dianggap 280 hari, atau 40 minggu setelah onset hari pertama haid normal terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah pembuahan (Sadler, 2009).


(27)

9

2.2. Tikus Putih (Rattus norvegicus) 2.2.1. Klasifikasi Tikus

Tikus putih (Rattus norvegicus) diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, subordo Odontoceti, familia Muridae, genus Rattus, dan spesies Rattus norvegicus (Krinke, 2000).

Gambar 3. Tikusputih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley (Akbar, 2010)

Tikus putih yang biasanya digunakan untuk percobaan di dalam laboratorium yang dikenal ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur Sprague Dawley dengan jenis betina. Tikus putih (Rattus norvegicus) memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji diantaranya perkembangbiakan cepat, siklus reproduksi yang relatif cepat, mempunyai ukuran yang lebih besar dari mencit, dan mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, temperamennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan cukup tahan terhadap perlakuan. Biasanya pada umur empat minggu


(28)

tikus putih mencapai berat 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250 gram (Akbar, 2010).

2.2.2. Masa Kehamilan Tikus

Tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah mamalia yang tergolong ovulator spontan. Pada golongan ini ovulasi terjadi pada pertengahan siklus estrus yang dipengaruhi oleh adanya lonjakan Luteinizing hormone. Tikus termasuk hewan yang bersifat poliestrus, memiliki siklus reproduksi yang pendek. Setiap siklus lamanya berkisar antara 4-5 hari. Ovulasi sendiri berlangsung 8-11 jam sesudah dimulainya tahap estrus. Folikel yang kehilangan telur akibat ovulasi berubah menjadi korpus luteum, yang akan menghasilkan progesteron atas rangsangan LH. Progesteron berperan menyiapkan endometrium untuk implantasi embrio. Pada saat kehamilan, progesteron dihasilkan oleh ovarium dan diinduksi oleh terbentuknya plasenta pada pertengahan kehamilan (Krinke, 2000).

Gambar 4. Gambaran apusan vagina tikus putih betina setelah perkawinan (Krinke, 2000)


(29)

11 Estrus adalah suatu periode secara psikologis maupun fisiologis yang bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Siklus estrus merupakan cerminan dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selama siklus estrus terjadi berbagai perubahan baik pada organ reproduksi maupun pada perubahan tingkah laku seksual.

Tikus dan mencit termasuk hewan poliestrus yang artinya, dalam periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang. Siklus estrus tikus bisa selesai dalam 6 hari. Setiap fase dari daur estrus dapat dikenali melalui pemeriksaan apus vagina. Apus vagina merupakan cara yang sampai kini dianggap relatif paling mudah dan murah untuk mempelajari kegiatan fungsional ovarium. Melalui apus vagina dapat dipelajari berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak langsung mencerminkan perubahan fungsional ovarium. Siklus secara kasar dapat dibagi menjadi empat stadium sebagai berikut :

a. Fase proestrus

Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel ovarium tumbuh menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh FSH. Fase ini berlangsung 12 jam. Setiap folikel mengalami pertumbuhan yang cepat selama 2-3 hari sebelum estrus sistem reproduksi memulai persiapan-persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium. Akibatnya sekresi estrogen dalam darah semakin meningkat sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan saraf, disertai kelakuan birahi pada hewan-hewan


(30)

betina peliharaan. Perubahan fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel, meningkatnya pertumbuhan endometrium, uteri dan serviks serta peningkatan vaskularisasi dan keratinisasi epitel vagina pada beberapa spesies. Preparat apus vagina pada fase proestrus ditandai akan tampak jumlah sel epitel berinti dan sel darah putih berkurang, digantikan dengan sel epitel bertanduk, dan terdapat lendir yang banyak.

b. Fase estrus

Estrus adalah fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk berkopulasi, fase ini berlangsung selama 12 jam. Folikel de graaf membesar dan menjadi matang serta ovum mengalami perubahan-perubahan kearah pematangan. Pada fase ini pengaruh kadar estrogen meningkat sehingga aktivitas hewan menjadi tinggi, telinganya selalu bergerak-gerak dan punggung lordosis. Ovulasi hanya terjadi pada fase ini dan terjadi menjelang akhir siklus estrus. Pada preparat apus vagina ditandai dengan menghilangnya leukosit dan epitel berinti, yang ada hanya epitel bertanduk dengan bentuk tidak beraturan dan berukuran besar.

c. Fase metestrus

Metestrus adalah periode segera sesudah estrus di mana corpus luteum bertumbuh cepat dari sel granulose folikel yang telah pecah di bawah pengaruh LH dan adenohipofisis. Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH oleh adenohipofisis sehingga menghambat


(31)

13 pembentukan folikel de graaf yang lain dan mencegah terjadinya estrus. Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan seperlunya untuk menerima dan memberi makan pada embrio. Menjelang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena pengendoran otot uterus. Fase ini berlangsung selama 21 jam. Pada preparat apus vagina ciri yang tampak yaitu epitel berinti dan leukosit terlihat lagi dan jumlah epitel menanduk makin lama makin sedikit.

d. Fase diestrus

Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak-ternak dan mamalia. Fase ini berlangsung selama 48 jam. Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Endometrium lebih menebal dan hipertrofi kelenjar-kelenjar. Serviks menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket. Selaput mukosa vagina pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini corpus luteum memperlihatkan perubahan-perubahan retrogresif dan vakualisasi secara gradual. Endometrium dan kelenjar-kelenjarnya beratrofi atau beregresi ke ukuran semula. Mulai terjadi perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus. Pada preparat apus

vagina dijumpai banyak sel darah putih dan epitel berinti yang letaknya tersebar dan homogen (Akbar, 2010).


(32)

2.2.3. Masa Embriogenik Tikus

Tahap embriogenesis diawali dengan proses proliferasi sel yaitu pertambahan jumlah sel setelah terjadi pembuahan. Zigot berproliferasi secara mitosis sehingga menjadi morula, blastula, gastrula. Pada tahap perkembangan selanjutnya pembentukan garis primitif dilanjutkan dengan pembentukan neurula. Awalnya pada pembentukan neurula terbentuk somites oksipital, servikal, dan thoraks. Fase kuncup embrio dimana terjadi pembentukan somites lumbar, sacral, dan caudal. Fase akhir embriogenik tikus disebut fase embrio lengkap dilanjutkan masuk ke fase janin dimana terjadi penyempurnaan dari embrio tikus. Kelahiran terjadi pada usia kehamilan 22 hari pada tikus dan 19 hari pada mencit. Berikut ini adalah perkembangan embriologi tikus yang dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Embriologi tikus putih (Rattus norvegicus) (Altman dan Katz, 2012). Standar Tahapan (Witschi) Usia (hari) Ukuran

(mm) Identifikasi Tahapan

Pembelahan dan Blastula

1 1 0,07 1 sel (dalam saluran telur) 2 2 0,08 x 0,06 2 sel (dalam saluran telur) 3 3 0,08 x 0,05 4 sel (dalam saluran telur) 4 3,5 8-12 sel (dalam saluran telur) 5 3,25 0,08 x 0,04 Morula (dalam rahim)

6 4 0,08 x 0,03 Blastokista awal (dalam rahim) 7 5 0,12 x 0,05 Blastokista bebas (dalam rahim)

Gastrula

8 6 0,28 x 0,07

Implantasi blastokista, dengan sel trofoblas dan masa sel dalam; hasil dari endoderm (hypoblast)

9 6,75 Diplotrophoblast; massa sel dalam ditutup dengan endoderm

10 7,25 0,3 x 0,1

Menuju implantasi lengkap; mudigah berdiferensiasi ke dalam dan ke luar embrio

11 7,75 0,5 x 0,1

Implantasi komplit; terbentuk kista amnion primer; terbentuk kerucut ectoplacental


(33)

15 Tabel 1. (Lanjutan)

Garis Primitif

12 8,5 1,04 x 0,26

Adanya hubungan antara rongga amnion dan ektokorionik; hilangnya lipatan amnion; muncul garis primitif; awal pembentukan 3 lapisan mudigah; lempeng jantung dan perikardium Neurula Neurula

13 9 10

Presomite neurula; fusi-lipatan dan tangkai korio-amnion; terbentuk lempeng saraf dan tunas tangkai alantois

14 9,5 1,5

Somites 1-4 (oksipital); lapisan mudigah dengan 3 rongga: kista ectochorionic, exocoelom dan rongga amnion; kista ectochorionic hancur; tangkai allantoic menuju ke exocoelom

15 10 2

Somites 5-12 (cervical);

Terbentuk lengkung viceral ke-1; kista ectochorionic menyatu dengan ectoplacenta dan dengan tangkai allantoic; regresi perifer (distal) kuning telur dan trofektoderm (diplotrophoblast); muncul membran Reichert; gonia dalam endoderm

16 10,5 2,4

Somites 13-20 (upper thoracic), terbentuk lengkungan viceral ke-2; terbentuk cakram dan kantung plasenta kuning; terbentuk lipatan apendikularis

17 11 3,3

Somites 21-25 (lower thoracic); tangkai kuning telur menutup pada tingkat somite 15; gonia utama dalam mesentrium; garis primitif menghilang; kuncup ekor terlihat; kuncup lengan dan kaki tampak

Kuncup Ekor Embrio

18 11,5 3,8

Somites 26-28 (upper lumbar), terbentuk lengkung visceral ke-3; kuncup lengan terlihat

19 11,75 4,2

Somites 29-31 (lower lumbar); muncul lengkung visceral ke-1 sampai 4, adanya lipatan cervical, lipatan apendikularis 20 11,875 5 Somites 32-33 (upper sacral)

21 12 5,1 Somites 34-35 (lower sacral); terbentuk sinus cervical dalam

22 12,125 5,2 Somites 36 (1st caudal); terbentuknya lubang hidung

23 12,25 5,6 Somites 37-38 (caudal); awal herniasi umbilikal


(34)

Tabel 1. (Lanjutan)

Embrio Lengkap

25 12,5 6,2

Somites 41-42 (caudal); penyebebaran oksipital somites; lengkungan visceral ke-4 jelas; tunas lengan pada tingkat somites 8-14 sama panjang dengan tunas kaki di tingkat somites 28-31, namun lebih kecil; wajah kiri berada pada kantung kuning, sedangkan sisi kanan berbalik ke arah plasenta; ekor dan tangkai alantois terangkat ke arah plasenta Metamorfosis Embrio

26 12,75 7

Somites 43-45 (caudal); terbentuk maksila, mandibula, dam prosessus frontonasal; sinus cervicalis menutup; muncul berkas susu; differensiasi lempeng tangan; vaskularisasi kuncup lengan, saraf, brakialis mulai masuk; awal herniasi umbilikal

27 13,13 8

Somites 46-48 (caudal); proses terbentuk wajah dan clefs lebih jelas; hidung-moncong makin tampak; sinus cervicalis tertutup; kelenjar susu primordial; lempeng tangan dan kaki membulat; hernia umbilikal lebih besar

28 13,5 8,5

Somites 49-51 (caudal); visceral cleft ke-1 berubah menjadi saluran telinga eksternal; kondensasi precartilaginous di lempeng tangan

29 14 9,5

Somites 52-55 (caudal); hillocks aurikularis pada lengkung visceral ke-1 dan ke-2

30 14,5 10,5

Somites 56-60 (caudal); badan sudah tidak bergulung; precartilagr mandibula terbentuk; saluran telinga eksternal hampir terbuka; kanal pleuroperitoneal menjadi sangat sempit

31 15 12

Somites 61-63 (caudal); cleft wajah tertutup; kanal pleuroperitoneal tertutup; diafragma lengkap

32 15,5 14,2

Somite 64 (caudal); pinna berbalik ke depan; ukuran maksimal hernia umbilikal

33 16 15,5

Somite 65 (biasanya ini adalah somite caudal terakhir); moncong turun ke arah dada; tahap akhir metamorfosis


(35)

17 Tabel 1. (Lanjutan)

Janin

34 17-18 16-20

Tahap janin ke-1; pertumbuhan cepat kelopak mata (mata tertutup sepenuhnya sampai akhir hari ke-18); langit-langit tertutup sempurna; pinna melapisi saluran telinga; hernia umbilikal menghilang

35

Antenatal 19-22 20-40

Tahap janin ke-2; kelopak mata tertutup; membran janin dan plasenta mencapai puncak pertumbuhan; ekor tumbuh hingga 10mm

35 Postnatal

1-16

Postpartum 4-

Kelahiran terjadi (tikus dalam 22 hari, mencit dalam 19 hari)

Setelah lahir, janin bernapas dan menyusu pada ibunya selama 16 hari pertama, kelopak mata tetap tertutup dan saluran telinga eksternal tertutup dengan sekat periderm

36 Postnatal

17 +

Postpartum 100

Sekat periderm telinga dan kelopak mata lenyap; makan aktif dimulai dalam waktu berikutnya 3 hari dan menyapihnya setelah 1 minggu (total usia penyapihan, 45-48 hari untuk tikus dan mencit)

*Umur (hari)– hari setelah pembuahan *Ukuran (mm)– terbesar dan terkecil dimensi

2.3. Asam Folat

2.3.1. Definisi Asam Folat

Asam folat (asam pteroilglutamat) terdiri dari heterosiklus (pteridin), asam p-aminobenzoat, dan asam glutamat. Asam folat mengalami reduksi, yang dikatalisis oleh enzim dihidrofolat reduktase untuk menghasilkan asam dihidrofolat. Selanjutnya asam dihidrofolat akan diubah menjadi bentuk aktif asam folat yaitu tetrahidrofolat (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Tetrahidrofolat kemudian diubah menjadi kofaktor folat yang dapat saling dipertukarkan oleh berbagai reaksi enzimatik dan memiliki fungsi biokimia


(36)

penting, yaitu mendonasi unit-unit satu karbon di berbagai tingkat oksidasi (Katzung, Masters, dan Trevor, 2013).

Gambar 5. Struktur asam folat (Katzung et al., 2013)

2.3.2. Absorpsi, Distribusi, dan Eliminasi Asam Folat

Folat terdapat dalam makanan yang sebagian besar berada dalam bentuk poliglutamat tereduksi. Absorpsi folat membutuhkan transpor dan kerja pteroil- -glutamil karboksipeptidase yang terjadi pada membran sel mukosa. Mukosa duodenum dan bagian atas jejunum kaya akan dihidrofolat reduktase dan mampu melakukan metilasi terhadap sebagian besar atau seluruh folat tereduksi yang diabsorpsi. Dalam keadaan normal, folat diserap oleh usus dan/atau hati yang selanjutnya dimetabolisme terutama dalam bentuk 5-metil tetrahydrofolate (Barua, Kuizon, dan Junaid, 2014).

Setelah diabsorpsi, folat diangkut secara cepat ke jaringan sebagai

PteGlu. Meskipun protein-protein plasma tertentu memang mengikat

turunan folat, namun protein tersebut memiliki afinitas yang lebih besar terhadap analog yang tidak termetilasi. Suplai PteGlu secara konstan


(37)

19 dijaga oleh makanan dan siklus enterohepatik vitamin tersebut. Hati secara

aktif mereduksi dan memetilasi PteGlu (dan atau PteGlu) dan

kemudian mentranspor PteGlu ke dalam empedu untuk absorpsi

kembali oleh usus, kemudian dihantar ke berbagai jaringan. Jalur ini dapat menyediakan 200 g folat atau lebih setiap harinya untuk disirkulasi ulang ke jaringan.

Pentingnya siklus enterohepatik menunjukkan berkurangnya konsentrasi folat dalam plasma secara cepat setelah pengeluaran cairan empedu atau menelan alkohol, yang tampaknya memblok pelepasan PteGlu dari sel parenkim hati. Setelah ambilan ke dalam sel-sel, PteGlu bekerja sebagai donor metil untuk pembetukan metilkobalamin dan sebagai sumber PteGlu dan turunan folat lainnya, seperti dijelaskan di atas. Folat disimpan di dalam sel sebagai poliglutamat (Hardman, Limbird, dan Gilman, 2012).

2.4. Asam Folat selama Kehamilan

Defisiensi nutrisi yang sering dan biasanya terjadi pada wanita hamil antara lain defiseinsi folat, besi dan zinc dan vitamin A, B6, B12, C, E dan riboflavin (Zerfu dan Ayele, 2013). Folat (vitamin B9) merupakan nutrisi penting yang diperlukan untuk replikasi DNA dan sebagai substrat untuk berbagai reaksi enzimatik yang terlibat dalam sintesis asam amino dan metabolisme vitamin. Tuntutan peningkatan asupan folat selama kehamilan


(38)

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin (Greenberg et al, 2011).

Pada orang dewasa normal, asupan harian yang dianjurkan adalah 400 μg

per hari, sedangkan wanita hamil atau menyusui dan pasien dengan laju pergantian sel yang tinggi (misalnya anemia hemolitik) membutuhkan

500-600 μg per hari. Untuk mencegah kerusakan pembuluh saraf, dianjurkan

asupan harian folat sedikitnya 400 μg dalam makanan atau suplemen yang

dimulai sebulan sebelum kehamilan dan dilanjutkan setidaknya selama trimester pertama (Hardman et al, 2012).

Konsumsi suplementasi asam folat selama kehamilan mempunyai beberapa manfaat penting diantaranya :

a. Mencegah Terjadinya Neural Tube Defects (NTDs)

Asam folat atau vitamin B9 penting untuk sintesis asam nukleat, adenin dan tiamin, yang terlibat dalam proliferasi sel dan replikasi DNA. Konsumsi suplementasi asam folat dimulai saat konsepsi terjadi penting untuk mengurangi risiko neural tube defects (NTD). Neural tube defects (NTDs) adalah kelainan struktural yang disebabkan oleh kegagalan menutupnya tabung saraf diantara hari ke-21 dan 28 setelah konsepsi, hanya beberapa minggu setelah kehamilan diketahui, dimana sel-sel otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal sebagai struktur dengan bentuk seperti tabung (Cueto et al, 2012). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat sebelum kehamilan dengan angka abortus yang


(39)

21 dikaitkan dengan kelainan perkembangan dan pertumbuhan selama kehamilan (Rezaei et al, 2013).

b. Mencegah Terjadinya Anemia

Ekspansi volume darah yang dihasilkan dari peningkatan baik plasma dan eritrosit adalah fisiologis normal perubahan kehamilan (Darnton-hill dan Mkparu, 2015). Peningkatan volume plasma menyebabkan konsentrasi hemoglobin dan hematokrit biasanya sedikit menurun selama masa kehamilan. Namun, meskipun konsentrasi hemoglobin berada pada angka rata-rata, sekitar 5% perempuan mengalami anemia, dengan hemoglobin konsentrasi di bawah 11,0 g/dL. Eritropoiesis adalah proses dimana sel darah merah diproduksi di jaringan hematopoietik sumsum tulang. Perlu untuk persediaan yang memadai dari tiga nutrisi kunci untuk proses eritropoiesis yaitu folat, cobalamin (Vitamin B12), dan zat besi.

c. Mencegah Terjadinya Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran sebelum 37 minggu kehamilan, mempersulit 12,5% dari seluruh persalinan. Hal ini menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatus. Sebuah penelitian merekomendasikan konsumsi suplementasi asam folat saja dapat mengurangi risiko kejadian kelahiran prematur, tanpa meningkatkan risiko keguguran, anomali struktural, kehamilan ganda, atau kelahiran mati (Kim et al, 2014).


(40)

d. Mencegah Terjadinya Penyakit Jantung Bawaan dan Malformasi Kongenital

Selain pencegahan NTD, suplementasi periconceptional dengan asam folat juga tampaknya memiliki efek bermanfaat lainnya, termasuk pencegahan penyakit jantung bawaan dan malformasi kongenital lainnya. Mekanisme secara pasti belum diketahui, tetapi mungkin melibatkan regulasi metabolisme homosistein (Greenberg et al, 2011).

2.5. Abortus pada Kehamilan

Abortus adalah persalinan kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan untuk hidup, dalam hal ini bersinonim dengan keguguran (Cunningham et al, 2012). Definisi lain dari abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gr atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan yaitu pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan tertentu. Sedangkan abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medis (Prawirohardjo, 2005).

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Abortus umumnya didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian abortus yaitu :


(41)

23 a. Faktor janin

Kelainan yang paling sering ditemukan adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin, maupun plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama kehamilan.

b. Faktor Maternal

Faktor maternal dapat berupa infeksi, penyakit vaskular, kelainan endokrin, faktor imunologis, trauma, kelainan uterus, maupun gangguan faktor psikosomatik.

c. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar ini dapat akibat radiasi, penggunaan obat-obatan, dan penggunaan bahan kimia lainnya yang bersifat teratogenik (Sastrawinata, 2004).

2.6. Resorpsi Tikus

Kematian fetus tidak selalu terjadi pada setiap induk karena kemampuan metabolisme tubuh yang berbeda dari masing-masing induk. Diduga fetus yang mati sejak dalam kandungan dan belum selesai mengalami perkembangan sehingga memiliki ukuran lebih kecil dibanding fetus yang lahir dalam keadaan hidup. Efek embriotoksik suatu zat dapat muncul jika terakumulasi pada embrio yang secara genetik peka terhadap zat tersebut. Terdapat empat manifestasi yang dapat dilihat apabila fetus tikus terpapar suatu zat embriotoksik, yaitu resorpsi, pertumbuhan lambat, defek fungsional, dan struktur yang abnormal(Krinke, 2000).


(42)

Gambar 6.Morfologi fetus tikus (a) Fetus normal, (b) Fetus kerdil, (c) Fetus resorpsi (Setyawati, 2009)

Resorpsi fetus merupakan salah satu indikasi agen yang bersifat teratogen. Toksisitas maternal dapat dievaluasi dari angka morbiditas dan mortalitas, tanda klinis, pertambahan berat, konsumsi makan dan minum, berat organ, dan lesi patologis yang terdapat pada induk maupun pada fetus. Manifestasi awal yang timbul terhadap pemberian suatu zat kepada induk akan mempengaruhi perkembangan fetus tikus secara langsung maupun tidak langsung (Krinke, 2000). Semakin tinggi tingkat dosis pada kisaran dosis embriotoksik, akan mengakibatkan terjadinya respon yang tingkatannya lebih tinggi, berkisar dari hambatan pertumbuhan, malformasi, sampai kematian intrauterin, dan resorpsi (Setyawati, 2009).


(43)

25

2.7. Kerangka Penelitian 2.7.1. Kerangka Teori

Gambar 6. Kerangka teori 2.7.2. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 7. Kerangka konsep

Angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus noervegicus) galur Sprague Dawley Kehamilan Riwayat penyakit Lingkungan Status gizi Reaksi imunologis Pemakaian obat-obatan Trauma Kelainan genetik Asupan Suplementasi Zat besi Asam folat

Pembentukan sistem sirkulasi Pembentukan sistem saraf

Pertumbuhan dan perkembangan sel

Mempengaruhi angka kejadian abortus Asupan asam folat yang tidak

adekuat selama kehamilan

(Cunningham et al, 2012; Gaskins et al, 2015; Forges et al, 2007; Nohr et al, 2014)

Pemberian Asam Folat


(44)

2.8. Hipotesis

Berdasarkan hasil kajian pustaka, hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini menggunakan lima kelompok perlakuan terhadap hewan percobaan tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague Dawley. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian setelah dilakukannya perlakuan dengan membandingkan hasil pada kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok kontrol.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Animal House dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu terhitung dari bulan Agustus hingga Oktober 2016.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah tikus Rattus norvegicus galur Sprague Dawley betina dewasa usia 10-16 minggu dengan berat antara 200-250


(46)

gram yang diperoleh dari Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Palembang. Tikus memiliki sistem reproduksi yang mirip dengan manusia, dapat ditemukan dan ditangani dengan mudah, serta diharapkan pengambilan data dapat lebih akurat dibandingkan jika menggunakan mencit sebagai hewan coba, karena tubuh mencit yang relatif lebih kecil. Sampel adalah tikus populasi yang telah diberikan asam folat pada masing-masing trimester kehamilan.

3.3.2. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain :

a. Tikus putih Rattus norvegicus galur Sprague Dawley betina hamil b. Sehat (gerak aktif, rambut tidak kusam, rontok, atau botak)

c. Berusia sekitar 10-16 minggu (dewasa siap kawin) (Akbar, 2010).

3.3.3. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain :

a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium

b. Tikus mati sebelum mendapat perlakuan

3.3.4. Kriteria Drop Out

Kriteria drop out pada penelitian ini adalah apabila tikus mati selama mendapat perlakuan.


(47)

29

3.3.5. Besar Sampel

Setiap perlakuan menggunakan pengulangan dengan rumus Federer untuk desain penelitian eksperimental yaitu:

(t-1)(n-1) ≥ 15 keterangan:

(t) = jumlah kelompok perlakuan

(n) = jumlah pengulangan pada setiap kelompok perlakuan

(t-1)(n-1) ≥ 15 (5-1)(n-1) ≥ 15 4(n-1) ≥ 15

n-1 ≥ 3.75 n ≥ 4.75

Dari perhitungan di atas, dibutuhkan jumlah sampel minimal sebanyak 5 ekor tikus tiap kelompok. Terdapat 5 kelompok perlakuan, maka dibutuhkan 25 ekor tikus. Untuk mengantisipasi adanya drop out dibutuhkan 10% dari jumlah anggota tiap kelompok.

Drop Out = 10% x 5

= 0,5 per kelompok perlakuan

Untuk sampel drop out maka dibutuhkan setidaknya 1 ekor tikus per kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor tikus putih


(48)

(Rattus norvegicus) betina dan hamil yang terbagi ke dalam 5 kelompok, yaitu :

a. Kelompok kontrol negatif (Kn) : tikus diberikan aquades pada seluruh trimester kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari.

b. Kelompok kontrol positif (Kp) : tikus diberikan asam folat pada seluruh trimester kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari dengan dosis 62

μg/KgBB tikus.

c. Kelompok perlakuan 1 (P1) : tikus diberikan asam folat pada trimester I kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari dengan dosis dosis 62 μg/KgBB tikus.

d. Kelompok perlakuan 2 (P2) : tikus diberikan asam folat pada trimester II kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari dengan dosis dosis 62 μg/KgBB tikus.

e. Kelompok perlakuan 3 (P3) : tikus diberikan asam folat pada trimester III kehamilan dengan frekuensi 1 kali per hari dengan dosis dosis 62 μg/KgBB tikus.

3.3.6. Teknik Sampling

Pengelompokan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling.


(49)

31

3.4. Bahan dan Alat Penelitian 3.4.1. Alat Penelitian a. Alat dalam Penelitian

Alat yang digunakan berupa tempat minum dan makan tikus, mikroskop, spuit oral 1 cc, kandang tikus yang terdiri dari bak plastik yang ditutupi dengan kawat pada bagian atasnya sebanyak 25 kandang, gelas objek, gelas penutup, neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, dan kapas.

a. Alat dalam Proses Nekropsi

Adapun alat yang digunakan dalam proses nekropsi yaitu : (1) fome hood digunakan untuk melindungi operator dari bahan pengawet atau material yang bisa terisap dari hewan coba (bulu dan debu); (2) dissecting board (papan bedah); (3) bank pins (jarum) digunakan untuk membuat posisi hewan coba stabil atau tidak berpindah posisi sehingga operator menjadi mudah; (4) forceps digunakan untuk memegang organ dalam untuk memeriksa dan gunting yang digunakan untuk membuat insisi atau sayatan pasa otot; (5) larutan garam (NaCL 4,25 gr dalam 500 ml air) digunakan untuk mencuci atau menghilangkan darah dan debris jaringan dari fetus tikus; (6) neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, untuk menimbang berat tikus dan fetus tikus; (7) baju kerja laboratorium; (8) sarung tangan (disposable glove).


(50)

3.4.2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

a. Bahan Biologis : Tikus putih (Rattus norvegicus) betina hamil galur Sprague Dawley dengan berat 200-250 gram.

b. Bahan Kimia : Asam Folat dengan sediaan 400 μg/tablet dikonversikan ke dosis tikus putih menjadi 62 μg/KgBB tikus, ketamin untuk etanasi tikus hamil, etanol, larutan garam (NaCL 4.25 gram dalam 500 ml air) untuk pembersihan, dan aquades.

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Prosedur Pemilihan Hewan Uji

Calon induk tikus putih (Rattus noevegicus) galur Sprague Dawley dipilih dengan berat sekitar 200-250 gram dan umur 10-16 minggu. Tikus bertina dikawinkan dengan tikus jantan saat fase estrus dengan sistem pasangan poligami (tiga ekor betina dengan seekor jantan). Tikus betina diperiksa adanya sumbat vagina untuk memastikan waktu perkawinan. Sumbat ini berupa air mani yang menjendal berwarna kekuningan berasal dari sekresi kelenjar khusus tikus jantan dan sebagai penetapan hari kehamilan 0.

3.5.2. Prosedur Pemeliharaan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) betina dewasa galur Sparague Dawley umur 10-16 minggu dengan berat 200-250 gram dan sehat. Dasar kandang dilapisi dengan serbuk kayu setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap hari untuk mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat


(51)

33 kotoran tikus tersebut. Setiap ekor tikus betina yang hamil ditempatkan dalam satu kandang. Cahaya, suhu, dan kelembaban ruangan dibiarkan berada dalam kisaran alamiah.

Kandang ditempatkan dalam suhu kamar dan menggunakan cahaya matahari tidak langsung. Makanan hewan percobaan diberikan berupa pelet ayam. Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari. Setiap tikus diberi perlakuan sekali sehari yang dilakukan pada masing-masing waktu trimester kehamilan yang sudah ditetapkan.

3.5.3. Prosedur Pemberian Dosis Asam Folat

Zat yang digunakan berupa asam folat dengan sediaan tablet. Dosis yang diberikan pada hewan coba berasal dari konversi BSA (Body Surface Area) dosis asam folat pada wanita hamil (600 μg) menjadi dosis hewan coba, perhitungan seperti di bawah ini (Reagan-shaw, Nihal, & Ahmad, 2007).

Human Equivalent Dose (mg/Kg) = dosis hewan coba × Human Equivalent Dose (HED) merupakan dosis pada manusia dengan satuan mg/kg BB. Dosis asam folat dikonversi dalam bentuk mg/kgBB. Berat badan pembagi merupakan berat badan rata-rata manusia yang digunakan dalam konversi, yaitu 60 Kg. Angka HED didapatkan dari dosis asam folat dibagi dengan berat badan rata-rata sehingga jumlah Human Equivalent Dose asam folat sebesar 0,01 mg/KgBB.


(52)

Rumus konversi menggunakan suatu faktor konstanta (Km). Faktor Km merupakan hasil berat badan (Kg) dibagi dengan BSA dalam satuan . Nilai faktor Km manusia dewasa normal dan hewan coba (tikus) sebesar 37 dan 6. Sehingga didapat dosis hewan coba sebesar :

Dosis hewan coba = Human Equivalent Dose (mg/KgBB) ×

Dosis hewan coba = 0,01 mg/KgBB ×

Dosis hewan coba =0,062 mg/KgBB/kali pemberian

Dosis yang digunakan adalah 0,062 mg/KgBB untuk setiap pemberian dan diubah menjadi satuan asam folat dalam sediaan tablet yaitu 62 μg/KgBB tikus.

Dosis asam folat diberikan secara peroral dengan pengenceran sebanyak 1 ml aquades yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume normal lambung tikus yaitu 3–5 ml (Ngatidjan, 2006). Asumsi berat badan tikus rata-rata adalah 250 mg (0,25 kg), maka dosis untuk setiap tikus adalah 0,0155 mg asam folat. Sediaan tablet asam folat tersedia dalam bentuk tablet 0,4 mg, 1 mg, dan 5 mg. Pada penelitian ini digunakan tablet asam folat sediaan 0,4 mg dengan pengenceran menggunakan akuades sebanyak 25,8 ml yang diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

C1 x V1 = C2 x V2

0,4mg x 1 ml = 0.0155mg x V2 V2 = 25,8 ml


(53)

35 Keterangan:

V1 = volume larutan standar yang diencerkan V2 = volume larutan pengenceran

C1 = konsentrasi larutan yang diencerkan C2 = konsentrasi larutan pengenceran

3.5.4. Prosedur Pembedahan

Tikus dinarkosis atau dietanasi dengan menggunakan ketamin pada hari ke-21 kehamilan, untuk menceegah kanibalisasi induk terhadap fetus pasca melahirkan. Nekropsi dilakukan dengan laparatomi di bagian perut dan uterus tempat fetus dibedah.

Adapun metode nekropsi hewan uji coba laboratorium yaitu : a. Hewan telah dietanasisecara IP.

b. Hewan diletakkan pada papan nekropsi dengan posisi rebah dorsal (perut menghadap ke atas) dan posisi kepala hewan menjauhi operator. c. Permukaan tubuh hewan dibasahi dengan air atau etanol supaya bulu

hewan tidak rontok dan mengotori organ atau fetus yang akan diambil. d. Dengan menggunakan forceps angkat kulit abdomen dan buat irisan

sepanjang ventral midline dengan gunting (sampai dagu bawah). Irisan hanya pada daerah subkutan.

e. Setelah terlihat otot di bawah kulit (berupa lapisan tipis otot), dibuat irisan pada otot abdomen, selanjutnya singkirkan otot ke samping dengan cara memotong dengan gunting sehingga organ dalam abdomen dapat diamati.


(54)

f. Tentukan letak uterus dengan fetus yang ada di dalamnya, tarik sedikit ke arah luar, kemudian mengeluarkan fetus dari uterus tikus.

g. Bersihkan fetus dari lendir sisa selaput dan darah yang ada dengan larutan NaCl (4,25 gr NaCl dalam 500 ml air).

3.5.5. Prosedur Pengamatan Angka Resorpsi Fetus

Fetus yang sudah dikeluarkan dari uterus dan sudah dibersihkan dengan larutan NaCl, dilanjutkan dengan menghitung jumlah kejadian resorpsi fetus setiap ekor tikus pada setiap kelompok perlakuan. Pada tiap ekor tikus, dihitung jumlah kelahiran fetus normal dan jumlah resorpsi (fetus abnormal dengan bentuk seperti gumpalan). Selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk angka.

3.6. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Variabel Penelitian

Adapun variabel independen dan dependen dari penelitian ini, yaitu: a. Variabel Independen

Variabel independen adalah periode pemberian asam folat. b. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley.


(55)

37

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan penelitian tidak menjadi terlalu luas maka dibuat definisi operasional pada tabel 2.

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Periode Pemberian Asam folat

Periode pemberian asam folat yang diharapkan dapat memengaruhi angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley.

Dosis yang digunakan dalam penelitian adalah 62

μg/KgBB tikus dengan

rincian sebagai berikut : a. Kelompok kontrol

negatif: tikus diberikan aquades pada seluruh trimester kehamilan 1 kali per hari.

b. Kelompok kontrol positif: tikus diberikan asam folat pada seluruh trimester kehamilan 1 kali per hari.

c. Kelompok perlakuan 1: tikus diberikan asam folat pada trimester I kehamilan 1 kali per hari.

d. Kelompok perlakuan 2: tikus diberikan asam folat pada trimester II kehamilan 1 kali per hari.

e. Kelompok perlakuan 3: tikus diberikan asam folat pada trimester III kehamilan kali per hari.

Rumus konversi

dosis manusia ke hewan coba

Dosis asam folat dalam mikrogram (μg) Kategorik Ordinal Angka resorpsi

Hilangnya zat dengan cara fisiologis maupun patologis; resorpsi jaringan kalsifikasi fetus tikus tanpa sebab yang jelas.

Makroskopis Angka jumlah kejadian resorpsi


(56)

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Kelompok penelitian terdiri dari lima kelompok yaitu tiga kelompok perlakuan dan dua kelompok kontrol. Pada tiap kelompok, data yang terkumpul dianalisis menggunakan sebuah perangkat lunak komputer. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat.Analisis bivariat dilakukan untuk menilai tingkat perbedaan antara variabel independen dan dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji parametrik One Way ANOVA.

Batas derajat kemaknaan pada uji One Way ANOVA p ≤ 0,05 (hipotesis

dianggap bermakna). Bila hasil p ≤ 0,05 maka akan dilakukan dengan

analisis post-hoc bonferonni untuk menilai kebermaknaan antar kelompok.

3.8. Diagram Alur Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan tikus putih sebanyak 30 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok sebagai sampel. Tikus putih diaklimatisasi dan diberi perlakuan sesuai prosedur penelitian yang sudah dijelaskan setelah itu diterminasi dan diambil fetusnya. Berikut diagram alur penelitian dijelaskan pada gambar 6.


(57)

39

Gambar 6. Diagram alur penelitian Timbang berat badan calon induk Campurkan tikus betina dan jantan

Tikus betina dewasa hamil

Kelompok kontrol positif Kelompok kontrol negatif Kelompok P2 Kelompok P3 Kelompok P1 Cekok asam folat 62

μg/KgBB

dalam 1ml aquades 1x/hari kehamilan hari ke 8-14

Cekok asam folat 62

μg/KgBB

dalam 1 ml aquades 1x/hari kehamilan hari ke 15-20

Cekok asam folat 62

μg/KgBB

dalam 1ml aquades 1x/hari kehamilan hari ke 1-7 Cekok

1ml aquades 1x/hari kehamilan hari ke 1-20

Cekok asam folat 62

μg/KgBB

dalam 1ml aquades 1x/hari kehamilan hari ke 1-20

Tikus dinarkosis pada kehamilan hari ke-21 dan dinekropsi

Fetus dikeluarkan dari uterus induk dan dibersihkan


(58)

3.9. Etika Penelitian

Ethical clearance untuk penelitian ini sudah diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan cara mengajukan ethical approval ke Komisi Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Etika penelitian telah disetujui Komisi Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat etika penelitian 051/UN26.8/DL/2017 dan surat penelitian terlampir.


(59)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5,1 Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.

5.2 Saran

Adapun saran yang disampaikan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan tingkatan dosis asam folat yang digunakan selama kehamilan untuk mengetahui dosis optimal asam folat dalam mempengaruhi kejadian resorpsi fetus.

2. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan trigger seperti alkohol sebagai penghambat pertumbuhan dan perkembangan fetus tikus sebelum pemberian asam folat selama kehamilan induk tikus untuk mengetahui fungsi yang optimal dari asam folat dalam mempengaruhi kejadian resorpsi pada tiap trimester kehamilan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar B. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai bahan antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.

Altman PL, Katz DD. 2012. Growth Including Reproduction and Morphological

Development.Washington DC: Literary Licensing.

Barua S, Kuizon S, Junaid MA. 2014. Folic acid supplementation in pregnancy and implications in health and disease. Journal of Biomedical Science. 21(1), 77.

Ciselia D, Setiawan A, Nita S, Salni. 2014. Efek teratogenik asam salisilat pada perkembangan morfologi fetus mencit (Mus musculus) Swis Webster. Jurnal Penelitian Sains. 17(1).

Cueto HT et al. 2012. Predictors of preconceptional folic acid or multivitamin supplement use: a cross-sectional study of danish pregnancy planners. Clinical Epidemiology. 4(1): 259–265.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Haunt JC, Rouse DJ. 2012. Obstetri williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC.

Czeizel AE et al. 2010. Possible association of folic acid supplementation during pregnancy with reduction of preterm birth: a population-based study. European Journal Obstetric Gynecology Reproduction Biology. 148(2): pp.135–140.

Darnton-hill I, Mkparu UC. 2015. Micronutrients in pregnancy in low- and middle-income countries. 1744–1768.


(61)

52 Departemen Kesehatan RI. 2002. Laporan Pola Penyakit Penyebab Kematian di

Indonesia.

Fekete K et al. 2012. Effect of folate intake on health outcomes in pregnancy: a systematic review and meta-analysis on birth weight, placental weight and length of gestation. Nutrition Journal. 11(1): p.75.

Gaskins AJ, Rich-edwards JW, Hauser R. 2015. Maternal prepregnancy folate intake and risk of spontaneous abortion and stillbirth. Obstet Gynecol. 124(1): 23–31.

Greenberg JA, Bell SJ, Guan Y, Yu YH. 2011. Folic acid supplementation and pregnancy: more than just neural tube defect prevention. Reviews in Obstetrics & Gynecology. 4(2): 52–9.

Hardman JG, Limbird LE, Gilman AG. 2012. Goodman & gilman dasar farmakologi terapi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC.

Haviz M. 2014. Konsep Dasar Embriologi : Tinjauan Teoretis. Jurnal Sainstek. 6(1): 96–101.

Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2013. Farmakologi dasar & klinik. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.

Kim MW et al. 2014. Preventive effects of folic acid supplementation on adverse maternal and fetal outcomes. PLoS ONE. 9(5): 1–5.

Krinke GJ. 2000. The handbook of experimental animals: the laboratory rat. London: Academic Press.

Marinescu IP, Foarfa MC, Pirlog MC, Turculeanu A. 2014. Prenatal depression and stress-risk factors for placental pathology and spontaneous abortion. Romanian Journal of Morphology & Embryology. 55 (Suppl 3):1155–1160.


(62)

McNulty B et al. 2013. Impact of continuing folic acid after the first trimester of pregnancy: Findings of a randomized trial of folic acid supplementation in the second and third trimesters. American Journal of Clinical Nutrition. 98(1): pp.92–98.

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC.

Ngatidjan. 2006. Metode laboratorium dalam toksikologi. Yogyakarta: Bagian Farmakologi dan Toksikologi FK UGM.

Nohr EA et al. 2014. Periconceptional intake of vitamins and fetal death: A cohort study on multivitamins and folate. International Journal of Epidemiology. 43(1).

Prawirohardjo S. 2005. Ilmu kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rahayu SY, Widiyani T, Sutarno. 2005. Pertumbuhan dan perkembangan embryo tikus putih (Rattus norvegicus) setelah perlakuan kebisingan. BioSMART. 7(1): 53-59.

Reagan-shaw S, Nihal M, Ahmad N. 2007. Dose translation from animal to human studies revisited. The FASEB Journal. 22: 659–661.

Rezaei Z et al. (2013). Performance of pregnant women on folic acid intake. Acta Med Iran. 51(10): 697–700.

Sadler TW. 2012. Langman’s medical embryology. Edisi ke-12. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Sastrawinata S. 2004. Obstetri patologi: Ilmu kesehatan reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Setyawati I. 2009. Morfologi fetus mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi. 13(2): 41–44.


(63)

54 Tim laboratorium fakultas peternakan IPB. 2004. Pengetahuan Bahan Makanan

Ternak. Jakarta : IPB.

Widyastuti N, Widiyani T, Listyawati S. 2006. Efek teratogenik ekstrak buah mahkota dewa pada tikus putih (Rattus norvegicus). Bioteknologi. 3(2): 56-62.

Zerfu TA, Ayele HT. 2013. Micronutrients and pregnancy; effect of supplementation on pregnancy and pregnancy outcomes: a systematic review. Nutrition journal. 12(1): p.20.


(1)

40

3.9. Etika Penelitian

Ethical clearance untuk penelitian ini sudah diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan cara mengajukan ethical approval ke Komisi Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Etika penelitian telah disetujui Komisi Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat etika penelitian 051/UN26.8/DL/2017 dan surat penelitian terlampir.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5,1 Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan angka resorpsi fetus tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley terhadap pemberian asam folat.

5.2 Saran

Adapun saran yang disampaikan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan tingkatan dosis asam folat yang digunakan selama kehamilan untuk mengetahui dosis optimal asam folat dalam mempengaruhi kejadian resorpsi fetus.

2. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan trigger seperti alkohol sebagai penghambat pertumbuhan dan perkembangan fetus tikus sebelum pemberian asam folat selama kehamilan induk tikus untuk mengetahui fungsi yang optimal dari asam folat dalam mempengaruhi kejadian resorpsi pada tiap trimester kehamilan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar B. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai bahan antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.

Altman PL, Katz DD. 2012. Growth Including Reproduction and Morphological Development.Washington DC: Literary Licensing.

Barua S, Kuizon S, Junaid MA. 2014. Folic acid supplementation in pregnancy and implications in health and disease. Journal of Biomedical Science. 21(1), 77.

Ciselia D, Setiawan A, Nita S, Salni. 2014. Efek teratogenik asam salisilat pada perkembangan morfologi fetus mencit (Mus musculus) Swis Webster. Jurnal Penelitian Sains. 17(1).

Cueto HT et al. 2012. Predictors of preconceptional folic acid or multivitamin supplement use: a cross-sectional study of danish pregnancy planners. Clinical Epidemiology. 4(1): 259–265.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Haunt JC, Rouse DJ. 2012. Obstetri williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC.

Czeizel AE et al. 2010. Possible association of folic acid supplementation during pregnancy with reduction of preterm birth: a population-based study. European Journal Obstetric Gynecology Reproduction Biology. 148(2): pp.135–140.

Darnton-hill I, Mkparu UC. 2015. Micronutrients in pregnancy in low- and middle-income countries. 1744–1768.


(4)

52 Departemen Kesehatan RI. 2002. Laporan Pola Penyakit Penyebab Kematian di

Indonesia.

Fekete K et al. 2012. Effect of folate intake on health outcomes in pregnancy: a systematic review and meta-analysis on birth weight, placental weight and length of gestation. Nutrition Journal. 11(1): p.75.

Gaskins AJ, Rich-edwards JW, Hauser R. 2015. Maternal prepregnancy folate intake and risk of spontaneous abortion and stillbirth. Obstet Gynecol. 124(1): 23–31.

Greenberg JA, Bell SJ, Guan Y, Yu YH. 2011. Folic acid supplementation and pregnancy: more than just neural tube defect prevention. Reviews in Obstetrics & Gynecology. 4(2): 52–9.

Hardman JG, Limbird LE, Gilman AG. 2012. Goodman & gilman dasar farmakologi terapi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC.

Haviz M. 2014. Konsep Dasar Embriologi : Tinjauan Teoretis. Jurnal Sainstek. 6(1): 96–101.

Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2013. Farmakologi dasar & klinik. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.

Kim MW et al. 2014. Preventive effects of folic acid supplementation on adverse maternal and fetal outcomes. PLoS ONE. 9(5): 1–5.

Krinke GJ. 2000. The handbook of experimental animals: the laboratory rat. London: Academic Press.

Marinescu IP, Foarfa MC, Pirlog MC, Turculeanu A. 2014. Prenatal depression and stress-risk factors for placental pathology and spontaneous abortion. Romanian Journal of Morphology & Embryology. 55 (Suppl 3):1155–1160.


(5)

53 McNulty B et al. 2013. Impact of continuing folic acid after the first trimester of pregnancy: Findings of a randomized trial of folic acid supplementation in the second and third trimesters. American Journal of Clinical Nutrition. 98(1): pp.92–98.

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC.

Ngatidjan. 2006. Metode laboratorium dalam toksikologi. Yogyakarta: Bagian Farmakologi dan Toksikologi FK UGM.

Nohr EA et al. 2014. Periconceptional intake of vitamins and fetal death: A cohort study on multivitamins and folate. International Journal of Epidemiology. 43(1).

Prawirohardjo S. 2005. Ilmu kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rahayu SY, Widiyani T, Sutarno. 2005. Pertumbuhan dan perkembangan embryo tikus putih (Rattus norvegicus) setelah perlakuan kebisingan. BioSMART. 7(1): 53-59.

Reagan-shaw S, Nihal M, Ahmad N. 2007. Dose translation from animal to human studies revisited. The FASEB Journal. 22: 659–661.

Rezaei Z et al. (2013). Performance of pregnant women on folic acid intake. Acta Med Iran. 51(10): 697–700.

Sadler TW. 2012. Langman’s medical embryology. Edisi ke-12. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Sastrawinata S. 2004. Obstetri patologi: Ilmu kesehatan reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Setyawati I. 2009. Morfologi fetus mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi. 13(2): 41–44.


(6)

54 Tim laboratorium fakultas peternakan IPB. 2004. Pengetahuan Bahan Makanan

Ternak. Jakarta : IPB.

Widyastuti N, Widiyani T, Listyawati S. 2006. Efek teratogenik ekstrak buah mahkota dewa pada tikus putih (Rattus norvegicus). Bioteknologi. 3(2): 56-62.

Zerfu TA, Ayele HT. 2013. Micronutrients and pregnancy; effect of supplementation on pregnancy and pregnancy outcomes: a systematic review. Nutrition journal. 12(1): p.20.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PEMBERIAN HERBISIDA PARAQUAT DIKLORIDA PER−ORAL TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN ESOFAGUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

6 31 68

PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN ASAM FOLAT SELAMA KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN NEURAL TUBE DEFECTS (NTD) PADA FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY

2 19 68

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 4 65

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP KETEBALAN DINDING AORTA ABDOMINAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 5 72

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ARTERI KORONARIA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 13 66

PERBEDAAN PANJANG SERTA BERAT TUBUH FETUS TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) GALUR SPRAGUE-DAWLEY TERHADAP PEMBERIAN ASAM FOLAT PADA PERIODE KEHAMILAN YANG BERBEDA

0 3 61

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71

Ragam jenis ektoparasit pada hewan uji coba tikus putih (Rattus norvegicus) galur sprague dawley

2 11 47