Kinerja Usaha Tinjauan Pustaka
kemampuan koperasi itu mewujudkan tujuan dan sasaran mereka. Jadi atas dasar itu dapat dibedakan berbagai jenis efisiensi koperasi.
Berkenaan dengan kepentingan-kepentingan tertentu terhadap hasil-hasil dari berbagai kegiatan koperasi di banyak negara sedang berkembang,
dapat dibedakan tiga jenis efisiensi koperasi: a. Efisiensi pengelolaan usaha
Pertama-tama perlu dievaluasi apakah dan sejauh mana suatu operasi dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya
sebagai suatu lembaga ekonomiusaha yang mandiri. Jadi efisiensi operasional adalah derajat atau tingkat sejauh mana tujuan-tujuan yang
telah disepakati organisasi koperasi. Evaluasi itu harus berkaitan erat dengan efisiensi ekonomis, kestabilan keuangan dan prestasi usaha
suatu perusahaan koperasi. Di samping itu, perlu dievaluasi pula struktur komunikasi dan struktur pengambilan keputusan pada
koperasi tersebut. b. Efisiensi yang berkaitan dengan pembangunan
Evaluasi efisiensi yang berkaitan dengan pembangunan tau efisiensi pembangunan dari organisasi swadaya koperasi berkaitan dengan
penilaian atas dampak-dampak yang secara langsung atau tidak langsung ditimbulkan oleh koperasi sebagai kontrbusi koperasi
terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan pemerintah. Informasi ini diperlukan oleh pemerintah dan pejabat pemerintah, yang
berwenang menetapkan sumber daya dan dana yang disediakan untuk menunjang pengembangan organisasi swadaya koperasi.
c. Efisiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota Efisiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota atau
efisiensi anggota adalah suatu tingkat dimana melalui berbagai kegiatan pelayanan yang bersifat menunjang dari perusahaan koperasi
itu, kepentingan dan tujuan para anggota tercapai.
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor 22PERM.UKMIV2007 tentang Pedoman
Pemeringkatan Koperasi terdapat 6 enam aspek dalam penilaian koperasi yang mewakili kecirian badan usaha dan kecirian koperasi berkualitas,
yaitu: a. Aspek Badan Usaha Aktif, diukur antara lain berdasarkan jalannya
mekanisme manajemen seperti Rapat Anggota Tahunan RAT, audit, proses perencanaan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. b. Aspek kinerja usaha yang semakin sehat, ditunjukkan antara lain
dengan membaiknya struktur permodalan, kemampuan penyediaan dana, peningkatan aset, peningkatan volume usaha, peningkatan
kapasitas produksi, dan peningkatan sisa hasil usahakeuntungan. Pada aspek ini juga menilai daya saing koperasi sekaligus kemampuan
untuk meningkatkan posisi tawarnya. Hal-hal seperti ini pada sistem klasifikasi tidak diukur sehingga tidak terlihat tingkat kesehatan
koperasi secara paripurna. c. Aspek kohesivitas dan partisipasi anggota, ditunjukkan antara lain
dengan keterikatan antara anggota dengan organisasinya berupa
tanggung renteng atau pembagian resiko, peningkatan jumlah anggota, presentase kehadiran anggota dalam rapat anggota, pelunasan
simpanan wajib dan penetapan besarnya simpanan sukarela serta pola pengkaderan.
d. Aspek orientasi kepada pelayanan anggota, ditunjukkan antara lain dengan keterkaitan antara usaha koperasi dengan usaha anggota,
kegiatan penerangan dan penyuluhan terkait dengan usaha anggota, kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi anggota serta besaran transaksi
usaha yang dilakukan antara koperasi dengan usaha anggotanya. e. Aspek pelayanan kepada masyarakat, ditunjukkan antara lain dengan
seberapa jauh usaha koperasi dapat menyerap tenaga kerja setempat dan banyaknya layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat
umum termasuk peranan koperasi dalam ikut mereduksi kemiskinan masyarakat setempat.
f. Aspek kontribusi terhadap pembangunan daerah, ditunjukkan antara lain dengan ketaatan koperasi sebagai wajib pajak dan berbagai
dukungan sumberdaya dari koperasi terhadap kegiatan pembangunan daerah.