BAB III RUANG LINGKUP UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tiga puluh tujuh tahun setelah berlangsungnya konferensi Lingkungan Hidup sedunia UNCHE, United Nations Conference on the Human
Environment, 1972, Stockholm. Negara Republik Indonesia telah mengeluarkan tiga buah Undang-undang dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup. Tahun
1982 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kemudian di ganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selanjutnya pada tahun 2009 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Keberadaan Undang-undang yang baru ini tidak terlepas dari pada
persoalan-persoalan Lingkungan Hidup yang semakin tahun sangat memperihatinkan. Selain itu pula adanya perubahan-perubahan yang mendasar
terutama dengan semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan
kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu pula kualitas
lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan
konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Dan pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah
penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karenanya agar lebih menjamin kepastian
hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari
perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem, perlu dilakukan pembaruan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dengan menggantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang ini terdiri atas 17 Bab dan 127 Pasal yang materinya meliputi:
63
1. BAB I,
Ketentuan Umum 2.
BAB II, Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup
3. BAB III,
Perencanaan 4.
BAB IV, Pemanfaatan
5. BAB V,
Pengendalian 6.
BAB VI, Pemeliharaan 7.
BAB VII, Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
63
Loc.cit.
8. BAB VIII, Sistem Informasi.
9. BAB IX,
Tugas dan Wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 10.
BAB X, Hak, Kewajiban, dan Larangan.
11. BAB XI,
Peran Masyarakat. 12.
BAB XII, Pengawasan dan Sanksi Administratif
13. BAB XIII, Penyelesaian Sengketa Lingkungan.
14. BAB XIV, Penyidikan dan Pembuktian.
15. BAB XV,
Ketentuan Pidana. 16.
BAB XVI, Ketentuan Peralihan. 17.
BAB XVII, Ketentuan Penutup.
Didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini telah menetapkan maksud dan pengertian
dari lingkungan hidup, sebagaimana ditetapkan di dalam Bab I Pasal 1 butir 1 dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 yang merumuskan hal ini sebagai berikut:
“Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam
itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.
64
64
Ibid.
Sebagai salah satu komponen dari lingkungan hidup adalah sumber daya alam yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem.
Laden Marpaung menyatakan bahwa makna kata “Unsur” dalam istilah ekosistem memperlihatkan “kesatuan” atau “keterpaduan” yang utuh, yang dapat
terdiri dari subsistem yang saling terkait, saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Dengan formulasi demikian, maka dapat dipahami bahwa bumi
terdiri dari komponen-komponen yaitu manusia M, udara U, air A, tanah T, hutan H, satwa S, lingkungan L.
Jika komponen-komponen tersebut digambarkan sebagai suatu sistem maka akan tampak sebagai berikut :
65
Keterangan gambar: SKEMA 1 : Komponen Ekosistem
___ : M : Manusia
U : Udara A : Air
T : Tanah H : Hutan
S : Satwa L : Lingkungan
Sumber: Laden Marpaung.
Skema ini menunjukkan bahwa ke tujuh komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi dan keterkaitan antar komponen dalam suatu
sistem.
65
Laden Marpaung, Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Masalah Prevalensinya, Jakarta: Sinar Grafika, 1997, hal. 4.
Sedangkan pengertian “lingkungan hidup” para pakar membuat batasan- batasan dengan berbagai rumusan. R.M. Gatot P. Soemartono, mengutarakan
beberapa rumusan pakar tersebut, sebagai berikut: “Secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi,
keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini sangat luas, namun untuk praktisnya di batasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau
oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan lain-lain”.
66
Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya
yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup lainnya. Dengan demikian tercakup segi lingkungan fisik dan
segi lingkungan budaya.
67
Selanjutnya Otto Soemarwoto berpendapat, lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang
mempengaruhi kehidupan kita. Secara teoritis ruang itu tidak terbatas jumlahnya, namun secara praktis ruang itu selalu diberi batas menurut kebutuhan yang dapat
ditentukan, misalnya: jurang, sungai atau laut, faktor politik atau faktor lainnya.
66
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara, 1976, hal. 34.
67
St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, Bandung: Binacipta, 1980, hal. 67.
Jadi lingkungan hidup harus diartikan luas, yaitu tidak hanya lingkungan fisik dan biologi, tetapi juga lingkungan ekonomi, sosial dan budaya.
68
Pada rumusan para pakar maupun pada rumusan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, ditemui kata “keberadaan” existence. Kata tersebut, sangat
penting pada pengertian hakikat “pencemaran perusakan lingkungan” karena keberadaan manusia atau satu makhluk hidup di suatu tempat sangat erat
hubungannya dengan “lingkungan” dalam sistem artinya dikaitkan dengan ekosistem.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dimuat arti “lingkungan” sebagai berikut :
1. “Daerah kawasan dan sebagainya yang termasuk didalamnya; 2. Bagian wilayah dalam kelurahan yang merupakan lingkungan kerja
pelaksanaan pemerintahan desa; 3. Golongan, kalangan;
4. Semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan”.
69
68
Otto Soemarwoto, Permasalahan Lingkungan Hidup, dalam Seminar Segi-segi Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Binacipta, 1977, hal. 30.
69
Laden Marpaung, op.cit., hal. 6.
Persepsi “lingkungan hidup” sebagai dirumuskan para pakar maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijabarkan secara umum sehingga
masyarakat lebih mudah memahaminya agar dengan demikian partisipasi setiap anggota masyarakat dapat diharapkan untuk mencegah terjadinya pencemaran
atau perusakan lingkungan.
B. Asas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.