sekaligus. Besarnya penurunan emisi untuk gas-gas tersebut dinyatakan dalam nilai yang setara CO
2.
Tahun awal perhitungan untuk tiga gas pertama adalah 1990, sedang untuk tiga gas terakhir adalah 1995 Pasal 3.8. Dengan cara ini Para
Pihak akan mendapat kebebasan berdasarkan kesiapannya untuk menurunkan emisi gas yang harus diprioritaskan. Tiga gas yang terkahir, yang tidak diusulkan
EU, tetapi diusulkan AS dan Kanada, meskipun jumlahnya sedikit kemampuannya memanaskan atmosfir lebih-lebih besar dari tiga gas pertama dan pertumbuhannya
sangat cepat khususnya di AS dan Jepang.
40
Bumi yang hanya satu ini terbungkus oleh gas yang secara keseluruhan disebut “atmosfir”. Apabila dibandingkan dengan bumi, lapisan atmosfir
sangatlah tipis, karena tebalnya hanya sekitar 90 km, sedangkan jari-jari bumi sekitar 6400 km. Atmosfir ini terdiri dari berbagai macam gas, antara lain
nitrogen, oksigen, karbon dioksida, uap air, dan lain sebagainya sebagaimana tersebut di bawah ini:
C. Aspek Yuridis Perubahan Iklim
41
Tabel 1 : Komposisi Kimia Atmosfir.
42
Nama Unsur
Nitrogen Oksigen
Argon Neon
Helium Kripton
Lambang N2
O2 Ne
Ne He
Kr Konsentrasi
78,01 20,946
9170 18,2
5,24 1,14
Satuan
vol Ppmv
Ppmv Ppmv
Ppmv
Keterangan Tetap
vol tetap Tetap
Tetap Tetap
Tetap
40
Ibid.
41
Anto Ismu Budianto, op.cit., hal. 193.
42
Ibid, hal. 194.
Xenon Uap air
Ozon Hidrogen
Karbondioksida Metan
Nitrogenmonoksida Nitrogendioksida
Hidrogensulfida Hidrogenklorida
Amoniak Sulfurdioksida
Brom Yodium
Khlorida Sulfat
Nitrat Amonium
Natrium Potasium
Kalsium Magnesium
Quarz Mineral-mineral
Zat-zat organik Potasium
Kalsium Magnesium
Quarz Mineral-mineral
Zat-zat organik Xe
H2O O3
H2 CO2
CH4 N2O
NO2 H2S
HCl NH3
SO2 Br
J Cl
SO4 NO3
NH Na
K Ca
Mg SiO2
- -
K Ca
Mg SiO2
- -
0,086 2
2 50
317 1,5
30 0,1
1 1
0,3 1
- 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
5 1
1 1
1 1
5 Ppmv
vol Pphmv
Pphmv Ppmv
Ppmv Pphmv
Pphmv Pphmv
Pphmv Pphmv
Pphmv -
Pphmv ugm3
ugm3 ugm3
ugm3 ugm3
ugm3 ugm3
ugm3 ugm3
ugm3 ugm3
ugm3 ugm3
ugm3 ugm3
ugm3 ugm3
Tetap Sangat berubah
Berubah Berubah
Berubah di dekat permukaan
Berubah Berubah di dekat
permukaan Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah Sangat berubah
Sangat berubah
Sumber: Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad, Rozy Munir. Keterangan:
= persen volume Ppmv = Perts per million by volume
Pphmv = Perts per hundred by volume ugm3 = mikrogram per meter kubik di dekat permukaan tanah
s = sangat
Ditinjau dari suhunya, atmosfir tersusun dari lapisan-lapisan yang disebut troposfir, stratosfir, mesosofir, dan termosfir, sebagaimana tersebut di bawah ini.
Tabel 2 : Susunan lapisan atmosfir berdasarkan profil suhu.
43
Nama Unsur Tinggi km
Suhu ºC Troposfir
± 0 sd 11 15 sd -60
Stratosfir ± 11 sd 49
-60 sd -10 Mesosfir
± 49 sd 80 -10 sd -90
Termosfir ± 80 sd diatas 110
-90 sd diatas -30 Sumber: Moh. Soerjani, Rofiq Ahmad, Rozy Munir.
Pada dasarnya perubahan iklim dapat terjadi karena alam dan karena campur tangan manusia, serta dapat berlangsung dalam skala luas maupun kecil.
Perubahan iklim alami adalah perubahan iklim yang ditimbulkan oleh adanya proses-proses alam yang tidak karena campur tangan manusia. Perubahan
iklim alami umumnya terjadi dalam skala besar, sedangkan campur tangan manusia umumnya menyebabkan perubahan iklim dalam skala kecil, namun tidak
tertutup kemungkinan terjadinya perubahan iklim dalam skala besar.
44
Perubahan iklim global adalah peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca ERK yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfir yang menyerap sinar
panas, yaitu sinar infra merah, yang dipancarkan oleh bumi. Gas yang ada dalam atmosfir disebut gas rumah kaca GRK. Penyerapan sinar infra merah itu
menyebabkan sinar panas terperangkap sehingga naiklah suhu permukaan bumi. Apabila tidak ada gas rumah kaca dan karena itu tidak ada pula efek rumah kaca,
suhu permukaan bumi rata-rata hanya -18°C. Keadaan tersebut masih terlalu
43
Ibid, hal. 195.
44
Ibid.
dingin bagi kehidupan makhluk hidup. Dengan adanya efek rumah kaca, maka suhu bumi rata-rata adalah 15°C, seperti yang ada pada saat ini.
45
Naiknya volume air laut maka permukaan laut akan naik. Dengan laju kenaikan kadar gas rumah kaca seperti sekarang maka diperkirakan pada sekitar
tahun 2030 suhu kan naik dengan kisaran 1,5-4,5°C, dan akan meyebabkan naiknya permukaan laut sebesar 25 sampai dengan 140 cm. Dampak naiknya
permukaan laut adalah tergenangnya daerah pantai yang rendah, seperti daerah pantai Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Masalah peresapan air laut di sungai dan
di bawah tanah akan semakin berat. Kenaikan permukaan laut juga akan menyebabkan naiknya laju erosi pantai. Untuk setiap kenaikan permukaan laut
maka 1 cm garis pantai akan mundur 1 m, sehingga kenaikan permukaan laut 25 cm sampai dengan 140 cm akan menyebabnkan mundurnya garis pantai sejauh 25
sampai dengan 140 m.
46
Dalam persoalan pemanasan global, manusia harus bertindak sebelum ada bukti, karena pada saat manusia memiliki bukti kuat tentang pengaruh pemanasan
global maka sudah terlambat untuk menghentikannya. Ada beberapa hal yang sudah diketahui bahwa atmosfir bumi, seperti halnya kaca pada rumah kaca,
membiarkan sinar dan kehangatan matahari masuk tetapi mencegah panas keluar, karena tanpa atmosfir maka bumi akan sedingin Bulan. Selain itu gas-gas tertentu,
seperi karbondioksida, uap air, dan klorofluorokarbon CFC buatan manusia membuat atmosfir bekerja seperti rumah kaca. Disadari pula bahwa manusia telah
45
Ibid, hal. 195-196.
46
Ibid, hal. 196.
meningkatkan emisi rumah gas rumah kaca selama beberapa dasawarsa, sehingga konsentrasi gas tersebut akan meningkatkan suhu bumi. Seberapa besar
peningkatannya, seberapa cepat, dan apa akibatnya bagi manusia merupakan persoalan-persoalan yang mengemuka pada akhir-akhir ini.
47
Dampak dari perubahan iklim global diperkirakan akan memunculkan ancaman baru. Diperkirakan pada abad ini jutaan orang diberbagai belahan bumi
akan menderita kelaparan sebgai akibat langsung dari perubahan iklim. Produksi pertanian akan menurun cukup tajam di Asia. Kemudian persediaan air di
Australia dan Selandia Baru diperkirakan akan menyusut. Di Eropa risiko banjir diperkirakan pula akan meningkat. Sementara itu didaerah pesisir timur Amerika
Serikat diperkirakan akan mengalami gelombang badai besar dan erosi di wilayah pantai dan pesisir. Selanjutnya di Afrika diperkirakan semakin meluasnya padang
pasir gersang. Ancaman lingkungan di masa depan tersebut merupakan hasil kesimpulan dari sekitar 700 saintis yang tergabung dalam IPPC
Intergovernmental Panel on Climate Change, yang diminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meneliti perubahan iklim yang akan terjadi di masa
depan.
48
Dalam laporan IPPC tentang perubhan iklim disebutkan bahwa pemanasan Bumi akan berlangsung lebih cepat daripada yang pernah diprediksi sebelumnya.
Temperatur secara umum pada abad ini akan meningkat antara 1,4 sampai dengan 5,8 derajat Celcius. Akibatnya tingkat permukaan laut diperkirakan naik sampai
10 cm, yang tentu saja akan mengkhawatirkan bagi penduduk yang tinggal di
47
Ibid, hal. 196-197.
48
Ibid, hal. 197.
kawasan yantg rendah, terutama di pesisir pantai. Beberapa perubahan fisik yang sudah terjadi pada saat ini diantaranya adalah lautan es di Kutub Utara akan
menyusut sampai 10-15 yang disebabkan mencairnya kutub es tersebut. Sementara itu laut es Antartika mundur kesebelah selatan sebesar 2,8 derajat
lintang pada tahun 1950-an sampai awal tahun 1970-an. Perubahan tersebut terjadi hingga sekarang. Lebih jauh IPPC menyatakan akan terjadi kerusakan di hampir
seluruh bagian Bumi sebagaimana disebutkan pada tabel 3 di bawah ini.
49
Tabel 3 : Perkiraan Kerusakan Menurut Draft Geneva IPCC 2001.
50
WILAYAH DAMPAK KERUSAKKAN
Afrika •
Hasil tanaman pangan diperkirakan akan menurun : •
Ketersediaan air bersih berkurang •
Pembentukan padang pasir atau desertifikasi diperburuk oleh kurangnya rata-rata curah hujan
tahunan, khususnya dibagian selatan, utara, dan barat Afrika
• Daerah pesisir pantai di Negeria, Senegal, Zambia,
Mesir dan sejumlah wilayah pesisir di bagian timur Afrika Selatan akan mengaklami peningkatan
permukaan air laut dan erosi pesisir pantai;
Asia •
Temperatur meningkat, musim kering panjang, banjir dan degradasi lapisan tanah mengakibatkan
berkurangnya Asia; •
Kawasan utara Asia, produktivitasnya mungkin meningkat. Namun terjadi peningkatan permukaan air
laut dan badai tropis lebih sering terjadi; •
Penduduk di kawasan pesisir yang rendah dengan suhu tropis Asia perlu dipindahkan, jumlahnya diperkirakan
mencapai 10 juta orang;
Eropa •
Eropa bagian selatan cenderung mudah terkena musim kering dan di wilayah lain serangan banjir akan
meningkat; •
Sebagian dari sungai atau gletser Alpina akan
49
Ibid.
50
Ibid, hal. 198.
menghilang pada akhir abad ke 21 •
Gelombang panas mungkin akan mengubah tujuan Turis yang akan menikmati salju musim dingin;
• Produksi hasil pertanian akan meningkat di wilayah
utara Eropa namun akan menurun di daerah Selatan Eropa.
Amerika Latin •
Banjir dan musim kering panjang akan lebih sering terjadi;
• Hasil panen tanaman penting akan menurun di berapa
bagian Amerika Latin; •
Penghidupan para petani di bagian timur laut Brasil akan terpengaruh pada perubahan iklim;
• Terjadi peningkatan penyakit, seperti malaria dan
kolera. Amerika Utara
• Produksi pangan dapat menguntungkan dari
pemanasan yang rendah, namun akan terjadi efek regional yang cukup besar, seperti penurunan di
Padang rumput Canada dan Great Plains Amerika Serikat;
• Peningkatan permukaan air laut akan meningkatkan
erosi di wilayah pesisir; Banjir dan serangan badai akan lebih banyak dialami di daerah Florida dan
pesisir Atlantik;
• Penyakit demam berdarah dan malaria akan meluas di
wilayah Amerika Utara dan akan meningkatkan angka kematian pada kawasan tersebut.
Daerah Kutub •
Perubahan iklim di kawasan kutub diperkirakan akan berpengaruh paling besar dibandingkan kawasan
lainnya di muka bumi ini; •
Saat ini sudah terjadi penyusutan dan pengurangan ketebalan kutub es di Kutub Utara;
• Distribusi dan limpahan spesies akan terpengaruh;
• Stabilisasi gas rumah kaca akan berpengaruh pada
sirkulasi global dan tingkat permukaan air laut. Pulau-pulau Kecil
• Diperkirakan permukaan air laut akan meningkat
sekitar dua persepuluh inchi per tahunnya selama 100 tahun ke depan, yang akan mengakibatkan erosi pesisir
pantai, kerusakan ekosistem; tenggelamnya pulau- pulau kecil, dan dislokasi penduduk;
• Terumbu karang akan rusak yang berpengaruh pada
kehidupan ikan di laut. Sumber: Republika, 20 Februari 2001.
Perkiraan kerusakan sebagaimana yang dibuat oleh IPPC tersebut di atas diperkuat dengan bukti-bukti yang didapatkan melalui penelitian yang dilakukan
para peneliti dari Imperial College, London, Inggris dengan membandingkan data- data satelit ADEOS milik Jepang dan satelit Nimbus 4 milik NASA. Salah satu
kesimpulan yang didapatkan adalah adanya peningkatan karbon dioksida CO
2
sebagai akibat dari aktivitas manusia dari angka satuan 280 ppm menjadi 360 ppm.
51
Upaya mencegah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir dimulai oleh masyarakat internasional sejak tahun 1985 dengan dihasilkannya
Konvensi Wina tentang Perlindungan Lapisan Ozon. Selanjutnya pada tahun 1987 dihasilkan pula Protokol Montreal tentang Bahan-Bahan Yang Dapat Merusak
Lapisan Ozon, yang kemudian diamandemen pada tanggal 29 Juni 1990. Selanjutnya pada tanggal 5 Juni 1992 ditandatangani United Nations Framework
Convention on Climate Change untuk selanjutnya disebut Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim 1992 oleh sejumlah Negara besar, termasuk Indonesia.
52
Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim 1992 terdiri atas batang tubuh, yang berisi pembukaan dan 26 pasal mengenai : pengertian; tujuan; prinsip-
prinsip; komitmen; penelitian dan pengamatan sistematik; pendidikan, pelatihan, dan kesadaran masyarakat; konperensi para pihak; sekretariat; badan pendukung
pelaksana; mekanisme pembiayaan; komunikasi informasi mengenai pelaksanaan; penyelesaian masalah-masalah pelaksanaan; penyelesaian sengketa; perubahan-
51
Ibid, hal. 199-200.
52
Ibid, hal. 200.
perubahan terhadap konvensi; persetujuan dan perubahan lampiran-lampiran pada konvensi; protokol; hak suara; depositari; penandatanganan; pengaturan
sementara; ratifikasi, penerimaan, persetujuan, atau aksesi; hal berlakunya; keberatan-keberatan reservasi; penarikan diri, dan teks asli. Selanjutnya
dicantumkan lampiran I tentang daftar negara maju dan negara ekonomi transisi dan lampiran II tentang daftar negara industri maju yang berkewajiban
menyediakan pendanaan.
53
Beberapa hal penting dalam konvensi dapat dijelaskan berikut ini, misalnya yang dimaksud dengan perubahan iklim sebagaimana disebutkan pada
Pasal 1 2, yaitu :
54
Hal yang menarik dari pengertian tersebut diatas adalah tidak dimasukkannya unsure alam sebagai salah satu faktor berubahnya iklim.
Selanjutnya Pasal 2 menyebutkan tentang tujuan dari konvensi, yaitu : “… a change of climate which is attributed directly or indirectly to human
activity that alters the composition of the global atmosphere and which is in addition to natural climate variability observed over comparable time periods”
55
“….. tercapainya kestabilan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir pada tingkat yang dapat mencegah perbuatan manusia yang membahayakan sistem iklim.
Tingkat yang demikian itu harus dicapai dalam jangka waktu yang cukup agar ekosistem dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iklim dan untuk menjamin
53
Ibid.
54
Ibid, hal. 200-201.
55
Ibid, hal. 201.
agar produksi pangan tidak terancam serta memungkinkan pembangunan ekonomi dapat berlanjut terus”
Adapun prinsip-prinsip yang ditentukan untuk mencapai tujuan konvensi disebutkan pada Pasal 3, yakni :
56
1. Prinsip melindungi sistem iklim untuk kepentingan kehidupan generasi
kini dan mendatang atas dasar kesamarataan dan tanggung jawab bersama yang berbeda, sesuai dengan kemampuan masing-masing;
2. Prinsip kebutuhan dan keadaan khusus negara berkembang, terutama
negara-negara yang rawan terhadap akibat yang merugikan dari perubahan iklim, dan yang harus memikul beban yang tidak sepadan atau diluar
jangkauan; 3.
Prinsip tindakan pencegahan untuk mengantisipasi, mencegah, atau mengurangi penyebab perubahan iklim dan meringankan akibat yang
merugikan; 4.
Prinsip mempunyai hak dan harus memprakarsai pembangunan yang berkelanjutan;
5. Prinsip harus bekerja sama untuk mengembangkan suatu sistem ekonomi
internasional yang bersifat menunjang dan terbuka menuju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan pada semua pihak,
khususnya negara berkembang yang memungkinkan untuk menghadapi persoalan perubahan iklim.
56
Ibid.
Pasal 7 konvensi menyebutkan bahwa konperensi para pihak Conference of the Parties atau selanjutnya disebut CoP ditentukan sebagai badan tertinggi
yang bertugas mengawasi dan memajukan pelaksanaan dari konvensi dan perangkat-perangkat hukum terkait lainnya. Selanjutnya dalam Pasal 17 dikatakan
bahwa CoP boleh menyetujui dibuatnya protokol pada konvensi yang harus disampaikan kepada para pihak.
57
Protokol Kyoto meminta komitmen dari negara industri maju untuk menurunkan tingkat emisinya secara keseluruhan sebesar 5 dari tingkatnya pada
tahun 1990. Diharapkan tujuan itu tercapai pada tahun 2008-2012. Negara-negara Uni Eropa misalnya diminta menurunkan emisinya sebanyak 8 delapan
persen, sedangkan Jepang 6 enam persen, dan Amerika Serikat 7 tujuh Penjabaran lebih lanjut dari CoP menghasilkan Protokol Kyoto pada tahun
1997. Protokol Kyoto merupakan perjanjian internasional yang mengatur pembatasan emisi gas-gas penyebab efek rumah kaca. Gas-gas itu antara lain
karbon dioksida CO
2
, metana CH
4
, dinitrogen oksida N
2
O, dan klorofluorokarbon CFC. Gas-gas ini terkonsentrasi di atmosfir, semakin lama
semakin menumpuk, lalu membentuk apa yang disebut efek rumah kaca, dimana panas matahari masuk ke atmosfir tetapi tidak dapat keluar kembali, ibarat panas
yang terkungkung dalam mobil yang tertutup rapat dan diparkir terjemur matahari. Semakin menumpuk gas-gas berbahaya tadi, atmosfir makin sulit melepaskan
panas matahari. Bumi akan semakin panas dan perubahan iklim duniapun akan terjadi.
57
Ibid, hal. 202.
persen. Amerika Serikat, yang menyumbangkan 25 dua puluh lima persen emisi total dunia, menolak Protokol Kyoto. Padahal emisi negara-negara
berkembang besar seperti Korea, Meksiko, Afrika Selatan, Brasil, Argentina, dan Indonesia apabila di jumlah tidaklah melebihi emisi yang dihasilkan Amerika
Serikat. Adapun alasan Amerika Serikat menolak Protokol Tokyo ini karena tidak adanya kewajiban yang mengharuskan 80 delapan puluh persen penduduk
dunia yang berbeda di negara-negara berkembang untuk mentaati kesepakatan dalam Protokol Kyoto. Selain itu Amerika Serikat juga menyangsikan
sempurnanya ilmu pengetahuan mengenai pemanasan Bumi dan solusinya, sehingga dari sebab itu diusulkan untuk mengurangi emisi dengan cara jual beli
karbondioksida global.
58
Menurut Amerika Serikat, perdagangan karbon adalah pemecahan terbaik untuk mengurangi polusi udara. Prinsipnya, industri di negara maju dapat
membuang karbon sebanyak-banyaknya ke udara asalkan membayar kepada negara yang masih punya hutan sebagai penyerap karbon. Jual beli karbon ini
diukur per ton karbon dioksida yang dapat diserap oleh sebuah kawasan hutan. Hutan tropis di Asia dapat meyerap 135-250 ton karbon per hektar dengan harga
bervariasi dari US6 hingga US45 per ton. Tampaknya perdagangan karbon tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah polusi. Satu hal yang jelas,
perdagangan karbon diharapkan bisa menurunkan suhu bumi., meskipun tidak berarti bisa menyerap CO
2
secara signifikan. Tampaknya kesadaran untuk mentaati apa yang sudah menjadi komitmen hukum dari masyarakat internasional
58
Ibid.
menjadi faktor yang sangat penting untuk mengurangi perubahan iklim global, selain itu penanaman pohon secara besar-besaran merupakan salah satu bentuk
partisipasi publik yang bermanfaat untuk menurunkan suhu bumi.
59
Secara hukum ratifikasi atau pengsahan suatu Konvensi tidak selalu ditindaklanjuti dengan pengesahan Protokolnya. Jika ternyata ada negara yang
mengesahkan Konvensi, tetapi menolak Protokolnya, itu adalah hak negara tersebut karena menurut pertimbangannya terdapat hal-hal yang merugikan.
Dengan kata lain, perlu tidaknya pengesahan adalah kedaulatan setiap negara yang didasari berbagai pertimbangan, termasuk pertimbangan-pertimbangan politis,
hukum nasional, dan finansial serta peluang melakukan pengembangan bisnis. Berikut ini adalah uraian tentang implikasi politis sehubungan dengan relasi kita
dengan negara berkembang lainnya, implikasi hukum nasional dan lokal sehubungan dengan tatanan peraturan secara sektoral, dan keberadaan pemerintah
di daerah.
60
Sebagai bagian dari negara berkembang yang tergabung dalam kelompok G77+Cina, sangatlah penting bagi Indonesia untuk menjaga solidaritas sejauh
tidak mengorbankan kepentingan nasional. Sebab, dalam negoisasi, dukungan dan kekompakan tidak hanya diperlukan dalam satu hal saja misalnya soal perubahan
iklim, tetapi juga hal-hal lain yang mungkin lebih kompleks dan rumit, sehingga menjaga kesatuan dan kebersamaan politis adalah penting. Hingga saat ini,
sebagian besar negara yang telah menegesahkan Protokol Kyoto adalah negara berkembang. Bahkan sebagian besar di antara mereka adalah negara-negara
59
Ibid, hal. 202-203.
60
Daniel Murdiyarso, op.cit, hal. 108.
kepulauan yang tergabung di dalam AOSIS yang secara geografis memiliki kondisi dan tantangan yang sama dengan Indonesia.
Sebagian Negara-negara ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand juga telah mengesahkan Protokol Kyoto dengan alasan dan pertimbangan masing-
masing. Solidaritas kepada sesama anggota ASEAN juga perlu ditunjukkan, meskipun isu perubahan iklim tidak pernah dibicarakan secara formal dalam
forum ASEAN. Adalah sangat strategis dan wajar bagi Indonesia yang telah mengesahkan Konvensi Perubahan Iklim, sekali lagi menunjukkan kepeduliannya
akan masalah global tanpa harus mengorbankan kepentingan nasionalnya, melalui pengesahan Protokol Kyoto. Secara umum langkah ini diperkirakan akan
membawa konsekuensi politik dalam hubungan internasional yang menguntungkan bagi Indonesia.
61
Seperti dicantumkan di dalam Annex A Protokol Kyoto, sektor diartikan sebagai kategori sumber emisi yang terdiri dari energi untuk industri, konstruksi,
dan transportasi, proses industri mineral, kimia, logam, produksi, dan konsumsi halokarbon dan SF6, pertanian fermentasi hewan ruminansia, pengelolaan
limbah ternak, penanaman padi, pembakaran residu dan penglolaan tanah, limbah penimbunan dan pembakaran limbah padat dan penanganan limbah cair.
Didalam Komunikasi Nasional, penggunaan lahan, alih-guna lahan dan kegiatan kehutanan land-use, land-use change and forestry, LULUCF juga dianggap
sebagai sektor penting. Dengan demikian, sektor-sektor tersebut juga berhubungan dengan sektor-sektor pembangunan kita. Kita memang wajib lapor
61
Ibid, hal. 108-109.
lihat Bab 9 tentang emisi kita di sektor-sektor tersebut, tetapi sekaligus juga memiliki peluang untuk melakukan mitigasi bersama negara maju melalui
mekanisme Kyoto lihat Bab 5. Dalam perspektif nasional, sektor energi sangat terkait dengan upaya mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi GRK.
Sektor energi merupakan sektor yang strategis untuk ditangani karena proyek- proyek energi diperkirakan akan memiliki integritas lingkungan yang tinggi,
kepastian yang lebih baik dan risiko yang lebih kecil. Di dalam keputusan CoP7 secara eksplisit dinyatakan bahwa energi terbarukan dan efisiensi energi mendapat
prioritas yang tinggi. Bahkan proyek energi terbarukan dengan kapasitas tidak lebih dari 15 MW, efisiensi energi yang tidak lebih dari 15 GWhtahun dan
proyek-proyek energi yang mengemisikan kurang dari 15 kt CO
2
tahun akan mendapat perlakuan khusus untuk di implementasikan dengan segera melalui
prosedur yang sederhana dan jalur yang cepat fast track. Proyek-proyek skala kecil tersebut tentu akan mendorong pengembangan kelistrikan di luar sistem
grid, misalnya daerah pegunungan untuk microhydro power, daerah pedesaan untuk solar home system dan hybrid dan daerah pantai solar home system,
hybrid dan wind power.
62
62
Ibid, hal. 109-110.
BAB III RUANG LINGKUP UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009