Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan

39 |Kementerian Kehutanan b. Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50. c. Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 10 rata-rata 2 per tahun. 6 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan Outputkeluaran pelaksanaan kegiatan dimaksud adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Ditjen Bina Usaha Kehutanan berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Kegiatan tersebut adalah menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola lingkup Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama kegiatan ini adalah: a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker. b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011.sebanyak 24 Satker. 7 Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL Kegiatan ini merupakan fasilitas untuk pencapaian target pembangunan untuk UPT BP2HP seluruh Indonesia, yang keluarannya adalah penyelenggaraan usaha kehutanan secara lestari di unit-unit usaha kehutanan. Indikator kinerja dari kegiatan ini adalah : a. Dokumen peredaran tertib sesuai peraturan perundangan minimal 95 di tahun 2014. b. Kualitas kinerja Ganis dan Wasganis meningkat minimal menjadi 60 di tahun 2014.

c. Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan

Tujuan Meningkatkan ‘kemandirian’ pengelolaan kawasan konservasi, terwujudnya kelestarian keanekaragaman hayati, dan hak-hak negara atas kawasan dan hasil hutan, serta meningkatnya penerimaan negara dan masyarakat dari kegiatan konservasi sumberdaya alam. Beberapa kegiatan dalam program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan sangat erat kaitannya dalam merespon terhadap isu-isu perubahan iklim, utamanya dalam hal menekan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Outcomehasil Biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global. Indikator kinerja utama 1. Terbangunnya sistem pengelolaan BLU 12 di UPT PHKA. 2. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya CA, SM, TB dan HL menurun sebanyak 5. 3. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3 dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. 40 |Kementerian Kehutanan 4. Kasus baru tindak pidana kehutanan illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liarTSL ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan penanganannya terselesaikan minimal 75. 5. Hotspot titik api di pulau Kalimantan, pulau sumatera, dan pulau sulawesi berkurang 20 setiap tahun. 6. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam sebesar 60 dibanding tahun 2009. Kegiatan-kegiatan Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan terdiri dari: 1 Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan Lindung Kegiatan tersebut akan menghasilkan output berupa peningkatan pengelolaan dan pendayagunaan 50 unit tanam nasionalTN dan 477 unit kawasan konservasiKK lainnya cagar alamCA, suaka margasatwaSM, taman buruTB dan hutan lindungHL dan ekosistem esensial lainnya. Indikator kinerja utama pencapaian outputkeluaran tersebut adalah: a. Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya CA, SM, TB dan HL menurun sebanyak 5. b. Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10. c. Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng. d. Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi, 4 lokasi. e. Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 TN prioritas. f. Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut, 8 provinsi. g. Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala keluarga atau sebesar 30 melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. 2 Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik Outputkeluaran pelaksanaan kegiatan di atas adalah meningkatnya kualitas konservasi keanekaragaman hayati dan produk tumbuhan dan satwa liar TSL, dengan indikator kinerja utama berupa: a. Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3 dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. b. Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5. c. Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi kenakeragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun. d. Terselenggaranya skema DNS Kehutanan, 2 aktifitas. 3 Penyidikan dan Pengamanan Hutan Kegiatan Penyidikan dan Perlindungan Hutan akan menghasilkan ouputkeluaran berupa meningkatnya pengamanan kawasan hutan, hasil hutan dan jaminan terhadap hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan. Indikator kinerja utama untuk pelaksanaan kegiatan tersebut terdiri dari: 41 |Kementerian Kehutanan a. Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75. b. Terjaminnya tunggakan perkara illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran terselesaikan sebanyak 25 per tahun. c. Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20. d. Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi. 4 Pengendalian Kebakaran Hutan Keluaranoutput kegiatan di atas adalah meningkatnya sistem pencegahan, pemadaman, dan penanggulangan dampak kebakaran hutan dan lahan. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah: a. Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20 setiap tahun dari rerata 2005-2009. b. Terjaminnya luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50 dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009. c. Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS 10 Provinsi. 5 Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Outputkeluaran pelaksanaan kegiatan di atas adalah meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam, dengan indikator kinerja utama antara lain: a. Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60 dibandingkan tahun 2008. b. Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit. c. Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100 dibandingkan tahun 2008. d. Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi hutan gambut. e. Terjaminnya kader konservasi KK, Kelompok Pecinta Alam KPA, Kelompok Swadaya MasyarakatKelompok Profesi KSMKP yang dapat diberdayakan meningkat 10 dari tahun 2009. 6 Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam Outputkeluaran pelaksanaan kegiatan Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal PHKA berjalan secara efektif dan efisien baik di pusat maupun di daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama kegiatan tersebut adalah: a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 81 satker. b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker. c. Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA. 42 |Kementerian Kehutanan 7 Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional Kegiatan ini merupakan kegiatan UPT Balai BesarBalai TN seluruh Indonesia, yang memiliki output meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan taman nasional, kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Indikator kinerja kegiatan tersebut adalah : a. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5. b. Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 50 TN. c. Kasus baru tindak pidana kehutanan illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75. d. Tunggakan perkara illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran terselesaikan sebanyak 25 per tahun. e. Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20. f. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3 dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. g. Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20 setiap tahun dari rerata 2005-2009. h. Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50 dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009. i. Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60 dibandingkan tahun 2008. j. PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100 dibandingkan tahun 2008. k. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman nasional. l. Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia. 8 Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam Kegiatan ini untuk memfasilitasi kegiatan UPT Balai BesarBalai KSDA seluruh Indonesia, yang outputnya adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi dan ekosistem esensial, kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Indikator kinerja dari kegiatan ini adalah : a. Konflik dan tekanan terhadap kawasan CA, SM, TB dan HL menurun sebanyak 5. b. Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10. c. Kasus baru tindak pidana kehutanan illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75. d. Tunggakan perkara illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran terselesaikan sebanyak 25 per tahun. e. Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20 f. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3 dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. g. Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20 setiap tahun dari rerata 2005-2009. h. Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50 dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata 2005-2009. i. Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60 dibandingkan tahun 2008. j. PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100 dibandingkan tahun 2008. 43 |Kementerian Kehutanan k. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi. Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan seluruh Indonesia. d. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Tujuan Pengelolaan sumberdaya lahan oleh para pemangku kepentingan pemerintah dan masyarakat yang berbasis DAS dilakukan secara terintegrasi, sehingga daerah aliran sungai DAS berfungsi lebih efektif, serta perekonomian masyarakat berbasis usaha- usaha pengembangan komoditas kehutanan meningkat. Outcomehasil Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas. Beberapa indikator output kegiatan- kegiatan dalam program di atas baik langsung dan tidak langsung terkait dengan isu-isu pengelolaan perubahan iklim. Indikator kinerja utama a. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha. b. Terbangunnya hutan kemasyarakatan HKm seluas 2 juta ha. c. Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas 250.000 ha. d. Terbangunnya sumber benih baru seluas 6.000 ha, dan pengelolaan areal sumber benih yang telah ada seluas 4.500 ha. e. Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 ha. f. Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 unit DAS prioritas. Kegiatan-kegiatan 1 Pengembangan Perhutanan Sosial Outputkeluaran kegiatan Pengembangan Perhutanan Sosial adalah meningkatnya pengelolaan hutan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut antara lain: a. Terjaminnya hutan kemasyarakatan HKm seluas 2 juta ha terbangun. b. Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 unit. c. Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit. d. Terjaminnya Dukungan ketahanan pangan di 32 provinsi. e. Terjaminnya hutan rakyat untuk bahan baku kayu industri pertukangan seluas 250.000 ha terbangun. f. Terjaminnya sentra HHBK unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 kabupaten. g. Terjaminnya hutan desa seluas 500.000 ha terbangun. 2 Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan Outputkeluaran pelaksanaan kegiatan tersebut adalah ketersediaan materi genetik, sumber benih, dan benih berkualitas yang memadai, dengan indikator kinerja utama berupa: a. Terjaminnya areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik. b. Terjaminnya areal sumber benih baru seluas 6.000 ha terbangun. c. Terjaminnya pengembangan seed for people 100 lokasi. d. Terjaminnya sentra bibit 33 unit terbangun. 44 |Kementerian Kehutanan 3 Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS Outputkeluaran kegiatan Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS adalah terselenggaranya pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS prioritas. Indikator kinerja utama pencapaian output tersebut adalah: a. Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 unit DAS prioritas b. Terjaminnya baseline data pengelolaan DAS di 36 BPDAS. c. Terjaminnya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS tersedia. 4 Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Reklamasi Hutan Outputkeluaran pelaksanaan kegiatan di atas adalah berkurangnya lahan kritis melalui rehabilitasi dan reklamasi hutan, dengan indikator kinerja utama berupa: a. Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 500.000 ha. b. Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas 1.954.000 ha. c. Terjamainnya hutan kota seluas 6000 ha terbangun. d. Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa seluas 40.000 ha. 5 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Outputkeluaran pelaksanaan kegiatan tersebut di atas adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama kegiatan tersebut adalah: a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker. b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut “wajar tanpa pengecualian” mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker. 6 Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS Kegiatan ini untuk memfasilitasi UPT BPDAS seluruh Indonesia, yang outputnya adalah berkurangnya lahan kritis dan peningkatan pendapatan masyarakat. Indikator kinerja kegiatan ini adalah : a. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha. b. Terbangunnya hutan kemasyarakatan HKm seluas 2 juta ha. c. Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi d. Terbangunnya hutan rakyat kemitraan untuk bahan baku industri pertukangan seluas 250.000 ha. e. Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 108 unit DAS prioritas. f. Terbangunnya hutan desa seluas 500.000 ha. 7 Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan mangrove Kegiatan ini digunakan oleh BPHM yang outputnya adalah Meningkatnya pengelolaan hutan mangrove, dengan indikator kinerja adalah : a. Rencana RTkRHL Mangrove, 2 kegiatan. b. Rencana pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan. 45 |Kementerian Kehutanan c. Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi. d. Data informsi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan. 8 Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan Output dari kegiatan ini adalah tersedianya sumber benih untuk mendukung RHL. Kegiatan ini digunakan oleh BPTH, yang indikator kinerjanya adalah : a. Areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola secara baik. b. Areal sumber benih baru seluas 6.000 ha. c. Pengembangan Seed for People 100 lokasi. d. Terbangunnya sentra bibit 33 Unit. 9 Pengembangan Persuteraan Alam Kegiatan ini digunakan oleh UPT BPTH yang output adalah meningkatnya jumlah produksi sutera alam, dengan indikator kinerja kegiatan adalah : a. Jumlah unit usaha persuteraan alam meningkat sebesar 15 unit b. Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 10

e. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan