Gambar 6. Algoritma untuk evaluasi nistagmus dengan kecurigaan penurunan visus. VLCFA: very long-chain fatty acid, ERG: electroretinogram.
1
2.2.1. Pemeriksaan Visus
Prosedur pemeriksaan visus memegang peran penting dan tergantung kemampuan pasien untuk memberikan data yang akurat secara subjektif. Keakuratan tergantung pada umur pasien
dan status neurologis, dan visus binokular harus diperiksa pertama kali. Sewaktu pemeriksaan visus bila terdapat anomalous head posture AHP, pengamatan arah postur diperlukan selama 5
hingga 7 menit. Hingga 17 pasien dengan nistagmus kongenital dengan dan tanpa defek sistem sensori memiliki manifes secara klinis berupa perubahan postur kepala ke arah fase cepat
pada periodisitas tertentu Gambar 7.
1,2
Gambar 7. Perubahan postur kepala ke arah kiri pada pasien dengan nistagmus jerk kiri. Titik null diperoleh dengan posisi rightgaze.
1
7
Pada anak nonverbal, berbagai tes dapat digunakan untuk menentukan visus monokular dan binokular, yaitu perilaku fiksasi, kartu visus Teller atau optotip HOTV. Tes visus terbaik
pada anak yang lebih tua dapat menggunakan chart ETDRS atau Snellen. Pada anak yang lebih tua refraksi subyektif merupakan dasar untuk berbagai terapi refraktif. Refraksi sikloplegik
memberikan data tambahan yang penting untuk terapi.
1, 11, 12
2.2.2. Pemeriksaan Motilitas Okular
Evaluasi klinis menyeluruh dari osilasi okular juga mencakup arah fase cepat, intensitas gerak, konyugasi, efek gaze, efek konvergensi dan efek penutupan monokular Gambar 8.
Evaluasi juga memperhatikan amplitudo, frekuensi, dan arah nistagmus pada semua arah pandangan. Nistagmus juga diamati ketika menggerakkan kepala pasien. Konyugasi pergerakan
bola mata harus diamati. Nistagmus yang asimetrik antara kedua mata, terutama pada posisi pandangan primer, sering menunjukkan gangguan jalur visual anterior.
1, 12
Gambar 8. Skema untuk pencatatan pola nistagmus, mengilustrasikan nistagmus jerk kiri yang memburuk pada leftgaze dan membaik pada rightgaze. Jumlah panah yang bertambah
menunjukkan peningkatan gerakan pada posisi pandangan tersebut.
1
2.2.3. Perekaman Motilitas Okular