Model Travel Cost Contoh Agenda TOT OK

72 Pada pendekatan individual TCM secara prinsip metodologi sama dengan sistem zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survey dan teknik statistika yang relatif kompleks. Kelebihan dari metode kedua ini adalah hasil yang relatif lebih akurat daripada metoda zonasi. Didalam menentukan fungsi permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata, pendekatan indi- vidual TCM menggunakan teknik ekonometrik seperti regresi sederhana OLS. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan travel cost, dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang berslope negatif. Secara sederhana fungsi permintaan tersebut di atas dapat ditulis sebagai berikut : V i N = fT i ,S i Dimana ViN adalah jumlah kunjungan perkapita N dari wilayah i, Ti adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan travel cost dan Si adalah variabel sosial ekonomi lainnya seperti rata-rata pendapatan penduduk di wilayah i. Jika fungsi permintaan di atas sudah ditemukan melalui perhitungan ekonometrik, maka kita bisa mensimulasikan efek dari kenaikan harga tiket masuk misalnya terhadap jumlah kunjungan per kapita. Meski dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis, TCM memiliki beberapa kelemahan. Pertama, satu hal yang harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini, kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda multi purpose visit, padahal mungkin dalam kenyataannya seorang individu bisa saja mengunjungi tempat lain terlebih dahulu sebelum ke tempat wisata yang kita maksud. Kedua, TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur holiday makers dan mereka yang datang dari wilayah setempat resident. Jadi jika para holiday makers ini memang datang untuk menikmati keindahan alam tempat wisata yang kita teliti, maka tentunya biaya perjalanan dari penduduk sekitar harus dialokasikan kepada holiday makers tersebut. Ketiga, adalah masalah pengukuran nilai dari waktu value of time. Sebagaimana kita ketahui dari teori ekonomi mikro, variabel “waktu” memiliki nilai intrinsik tersendiri yang dinyatakan dalam bentuk biaya korbanan opportunity cost. Beberapa pakar menyatakan bahwa harus dibedakan antara waktu yang memang menghasilkan utilitas piknik dan waktu yang menjadi korbanan op- portunity cost. Sebab ketika seorang individu berkunjung ke tempat wisata, maka ia mengorbankan perolehan upah yang biasa didapatkannya dari mencurahkan waktu untuk bekerja dan sebagainya.

b. Hedonic Pricing

Teknik Hedonic Pricing dikembangkan dari teori atribut atau karakteristik yang dikemukakan oleh Lancaster 1966. Teknik ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Griliches 1971 dan Rosen 1974. Teknik ini pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implisit dari karak- teristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Misalnya, rumah yang dibangun di tepi danau permintaannya akan banyak ditentukan oleh karakteristik yang dihasilkan dari danau keindahan, kebersihan, dsb. Analisis HP terdiri dari dua tahapan. Pertama adalah menentukan variabel kualitas lingkungan yang akan dijadikan studi fungsi HP dan untuk mengkajinya diperlukan ketersediaan data spasial dan juga data dari harga suatu objek yang akan dinilai. Kedua adalah menentukan fungsi permintaan. Di bawah ini tahapan-tahapan tersebut diuraikan secara lebih rinci. 73 Tahap satu : menentukan fungsi HP Pada tahap ini melibatkan pemodelan beberapa variabel karakteristik yang diduga mempengaruh permintaan suatu barang dan jasa. Misalnya saja pendirian bangunan di suatu tepi pantai, permintaanya P akan dipengaruhi oleh beberapa variabel karakteristik seperti, kualitas lingkungan Q, tingkat kebisingan N banyak pengunjung pada saat hari liburan, misalnya, dan tingkat kemudahan akses A accessibility seperti jarak dan sebagainya. Jika variabel-variabel ini sudah teridentifikasi, maka teknik regresi sederhana bisa dilakukan untuk mengestimasi fungsi permintaan tersebut. Sebagai contoh, model di atas dapat ditulis dalam persamaan: P h = fQ j ,N k , A l Dari persamaan ini akan kita peroleh, fungsi permintaan implisit terhadap kualitas lingkungan. Dengan menurunkan fungsi di atas terhadap variabel Q, akan diperoleh: dP h dQ j = fQ j ,N k , A j Fungsi ini bisa juga kita sebut sebagai fungsi permintaan terbalik inverse demand curve bagi kualitas lingkungan. Tahap kedua : Menentukan fungsi permintaan dari variabel lingkungan yang ingin diketahui Tahap kedua dari HP ini adalah menentukan fungsi permintaan dari kualitas lingkungan berdasarkan informasi yang diperoleh pada tahap pertama. Penentuan fungsi permintaan ini akan dipengaruhi oleh informasi mengenai sisi penawaran supply pasar. Masalah-masalah di dalam menghitung HP Ada beberapa masalah yang harus dicermati dalam melakukan HP. Masalah ini kebanyakan terkait dengan digunakannya metode regresi sederhana untuk menghitung tingkat permintaan. Di dalam menggunakan regresi beberapa masalah yang mungkin timbul adalah: • Variabel yang tidak termasuk di dalam regresi omitted variables. Di dalam memilih variabel bebas ada kemungkinan variabel yang semestinya mempengaruhi fungsi permintaan, tidak dimasukkan kedalam model sehingga akan menghasilkan misalnya nilai R 2 yang kecil dan menghasilkan koefisien yang bias. • Multi kolinieritas. Beberapa variabel bebas yang dipilih di dalam model kemungkinan saling terkait satu sama lain sehingga menimbulkan kolinieritas. Timbulnya kolinieritas ini bisa saja menghasilkan tanda yang salah untuk koefisien peubah bebas. • Pemilihan fungsi. Dalam memilih fungsi HP, kita juga harus hati-hati, misalnya apakah tepat jika fungsi tersebut dimodelkan secara linear bukan dengan non-linear ?. Kesalahan memilih fungsi ini juga akan menghasilkan interpretasi yang keliru. Teknik Pengukuran Langsung direct method Berbeda dengan pendekatan tidak langsung, pada pendekatan pengukuran secara langsung, nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan dapat diperoleh langsung dengan menanyakan kepada individu atau masyarakat mengenai keinginan membayar mereka willingness to pay terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Teknik yang paling umum digunakan dalam pendekatan langsung ini adalah melalui contingent valuation method atau CVM.

a. Contingent Valuation Method

Pendekatan CVM pertama kali dikenalkan oleh Davis 1963 dalam penelitian mengenai perilaku perburuan hunters di Miami. Pendekatan ini sendiri baru populer sekitar pertengahan