4
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Peran Perumahan Dalam Pembangunan Bangsa
Sering kali t anpa rumah at au t empat bermukim yang t et ap keberadaan seseorang secara f ormal sulit diakui memiliki KTP sehigga kesepakat an
unt uk masuk dunia f ormal dimana kebij aksanaan pembangunan di arahkan menj adi t ert ut up.
Rumah at au t empat bermukim dengan demikian merupakan pint u masuk ke dunia yang menj anj ikan pemenuhan kebut uhan dasar l ainnya. Mal ah
keadaan perumahan secara umum sering dianggap sebagai baromet er t araf hidup suat u bangsa.
Lebih lanj ut GBHN 1993 menekankan bahwa pembangunan sekt or perumahan dan permukiman dalam PJPT II lebih diarahkan unt uk
meningkat kan kualit as kehidupan keluarga dan masyarakat , mencipt akan kerukunan hidup keluarga dan keset iakawanan sosial masyarakat dal am
rangka membent uk lingkungan sert a persemaian nilai budaya dan pembinaan wat ak anggot a keluarga.
Jadi perumahan sebagai salah sat u kebut uhan dasar manusia yang dapat berf ungsi sebagai sarana produkt if kel uarga merupakan t it ik st rat egik
dalam pembangunan manusia seut uhnya sepert i dicit a-cit akan GBHN karena
dengan pemenuhan
kebut uhan dasar
lainnya sehingga
mempercepat pembangunan keluarga yang pada gil irannya mempercepat pembangunan bangsa.
1. 2 Permasalahan Perumahan
Secara sederhana permasalahan perumahan dapat dibedakan menj adi dua sebagai berikut :
a. Permasalahan perumahan yang t erj adi oleh sebab adanya def isit
penyediaan dibanding permint aan suppl y and deman d di pasar perumahan yang dit unj ukkan dengan adanya permint aan unit hunian
oleh kelompok masyarakat yang bersedia membayar unt uk unit hunian yang dipasarkan di sat u sisi dan kurangnya persediaan unit
BAGIAN I : KERANGKA PEMIKIRAN
5 hunian yang dapat dipasarkan di sisi yang lain. Skala permasalahan ini
di Indonesia pada umumnya relat if kecil oleh sebab j uml ah warga masyarakat yang mam pu membeli unit hunian dari pasar bebas relat if
kecil pula dan pemecahannya lebih mudah karena perumahan dalam hal ini lebih merupakan t uj uan akhir.
b. Permasalahan perumahan yang t erj adi oleh sebab sebagian besar
masyarakat t inggal diunit-unit hunian sub- st andar di permukiman yang t idak layak at au kumuh oleh karena t idak dikuasainya sumber
daya kunci yang memadai unt uk menopang kehidupan mereka. Skala permasalahan ini di negara berkembang sepert i Indonesia pada
umumnya besar dan perlu penanganan yang l ebih menyeluruh comprehensive. Dalam memecahkan permasalahan ini program
perumahan hanya merupakan alat sarana means unt uk pembangunan manusia seut uhnya.
1. 3 Tinj auan Upaya Penanganan Perumahan
Pada saat ini upaya penanganan perumahan dit ekankan pada pengadaan perumahan sebanyak - banyaknya dengan harga yang t erj angkau. Upaya ini
didasarkan pada ancangan penyediaan suppl y si de or i ent ed appr oach yang mendorong pembangunan perumahan oleh sekt or pemerint ah
maupun swast a unt uk menghasilkan rumah sebagai komodit i yang dapat dipasarkan secara l uas dal am rangka memenuhi kebut uhan perumahan
masyarakat . Bila perlu unt uk mempe r luas j angkauan pemasaran dapat dilakukan dengan mengurangi st andar dan at au memberikan subsidi.
Ancangan ini memisahkan pelaku pembangunan menj adi dua pihak pr ovi der dan r ecei ver dan menit ikberat kan kemampuan pemecahan
permasalahan perumahan pada kemampuan sang penyedia Pr ovider yang dalam hal ini adalah pemerint ah dan developer sebagai mit ra kerj a
sedangkan masyarakat hanya dilihat sebagai obyek yang t idak berdaya yang kebut uhan mereka harus diupayakan dipenuhi.
Pola penanganan perumahan ini pada dasarnya melihat rumah sebagai produk komodit i yang dapat diproduksi secara besar-besaran unt uk
dipasarkan agar menut up kesenj angan ant ara permint aan rumah supply dan at au sebagai benda sosial social goods yang harus diproduksi besar -
besaran unt uk dialokasikan khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin, sebagai upaya j alan pint as unt uk
mengoreksi disparit as sosial ekono mi. Pola ini melet akkan pemerint ah besert a kerabat kerj anya, sekt or swast a
f ormal, sebagai t okoh sent ral dan penent u dalam seluruh proses pembangunan perumahan ini bert umpu pada pemerint ah.
6 Sering kali unt uk memperkuat mendukung ancangan ini penyediaan rumah
melalui pola ini j uga didudukkan sebagai alat inst rumen pengarah unt uk mengat ur t at a ruang pert umbuhan ekonomi.
Tidak disangka pola penanganan perumahan ini t elah mampu melahirkan proyek- proyek perumahan skala besar t ersebar di kot a-kot a besar dan
menengah di Indonesia dan memproduksi berbagai t ipe bangunan rumah. Meskipun demikian hasil t ersebut t ernyat a hanya mampu memenuhi
sekit ar 10 dari j umlah kebut uhan rumah perkot aan di Indonesia bila t idak dikait kan dengan kelompok sasaran yang harus dicapai, sehingga 90 dari
masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah harus menyediakan perumahan mereka sendiri.
Agar pola penanganan perumahan ini mampu t erus menerus memproduksi rumah dalam rangka menyediakan perumahan bagi sel uruh warga
masyarakat ya ng membut uhkan t ermasuk yang berpenghasilan rendah, haruslah didukung oleh pemasokan sumberdaya yang menerus.
Unt uk it u dit empuh dua j alur sebagai berikut : a.
Jalur daur ulang dimana warga masyarakat yang menerima pel ayanan perumahan melalui pola ini harus mampu mengembalikannya dalam
bent uk pembayaran at au angsuran. Ini berart i unt uk menj amin kelanggengan produksi harus diimbangi pula dengan pengembalian
modal yang lancar dan mant ap.
b. Jal ur subsidi silang yait u dengan membangun perumahan mewah dan
bangunan komersial unt uk menut up def isit biaya penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini dalam
prakt eknya sering mengaburkan misi pembangunan it u sendiri. Oleh sebab adanya konf lik t uj uan ant ara kerasnya upaya unt uk menut up
def isi t t ersebut diat as dan upaya penyediaan perumahan unt uk masyarakat berpenghasilan rendah akibat nya mengorbankan t uj uan
ut ama menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini dapat dilihat dari lokasi- lokasi KSB dan rumah-r umah
t ipe kecil yang sangat t idak mengunt ungkan
Akibat nya pemilihan kelompok sasaran menj adi bias, cenderung kepada mereka yang lebih menj amin pembayaran kembali, at au produk r umah
j adi sebagian dikomersialkan unt uk menj amin likwidit as sehingga t erj adilah rumah sebagai barang komodit i.
Kesemuanya ini menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah yang pada awalnya merupakan sasaran ut ama t elah t ergeser j auh di luar
j angkauan pola penanganan ini yang diwarnai oleh pemikiran yang berorient asi penyediaan suppl y si de or i ent ed.
7 Jadi pola penanganan ini yang dit empuh yang t adinya secara khusus
dirancang unt uk memecahkan permasalahan perumahan bagi masyarakat berpenghasil an rendah t ernyat a diakhirnya j ust ru menghasil kan
perumahan yang di luar j angkauan daya beli masyarakat berpenghasil an rendah. Belum lagi dampak samping yang t erj adi di mana pola penanganan
ini yang mendudukan perumahan eskalasi harga rumah sehingga diakhirnya perumahan makin j auh dari j angkauan daya beli masyarakat
berpenghasilan rendah.
BAB II MAKSUD, TUJUA N DAN SASARAN
2. 1 Maksud Pedoman Mempercepat t ercipt anya iklim pembangunan yang mendorong dan
memberi kemudahan bagi masyarakat banyak, khususnya yang berpenghasilan rendah t idak t et ap unt uk mampu memenuhi kebut uhan
perumahan mereka secara mandiri.
2. 2 Tuj uan Pedoman
- Arahan dan pegangan bagi para pelaku pembangunan dalam
menyelenggarakan pembangunan perumahan sebagai upaya bersama secara t erorganisasi sehingga pembangunan perumahan oleh, dari,
dan unt uk masyarakat dapat t erwuj ud dengan mudah, cepat dan menghasilkan lingkungan perumahan yang Iayak.
- Arahan dan pegangan bagi perencana dan pelaksana program
pembangunan bidang perumahan unt uk mengembangkan program- program yang meningkat kan kemampuan masyarakat dalam upaya
merumahkan diri secara t erorgani sasi.
2. 3 Sasaran Pedoman a.
Sasaran Kelompok
- Semua pihak yang t erkait dalam perencanaan dan pelaksanaan
program-program pembangunan dan pengembangan sekt or perumahan.
- Kelompok masyarakat yang mengorganisasikan diri unt uk
menyelengggarakan pembangunan perumahan secara kooperat if sebagai upaya bersama.
8
b. Sasaran Fungsional
- Tercipt anya pranat a pembangunan perumahan yang mampu
menggalang upaya part isipasif dalam pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok masyarakat .
- Meningkat kan aksebil it as masyarakat berpenghasilan rendah dan
at au t idak t et ap ke berbagai sumber daya inst it usional yang murah.
- Tercipt anya pola pembangunan perumahan oleh, dari, dan unt uk
masyarakat .
BAB III PEMBANGUNAN BERTUMPU PADA MASYARAKAT
3. 1 Latar Belakang Pe mbangunan Bert umpu Pada Masyarakat
Sekurang-kurangnya ada lima alasan yang dapat dikemukakan perlunya penerapan ancangan pembangunan bert umpu pada masyarakat khususnya
sekt or perumahan.
Yang t iga berangkat dari f akt a-f akt a yang ada yait u i masih banyak warga masyarakat mengal ami kemiskinan, ii t radisi yang berlaku sampai
saat Ini dalam pengadaan perumahan dan iii kekurangef ekt if an pola penanganan perumahan yang dit erapkan saat ini. Sedangkan yang dua
mengacu ke kebij aksanaan pembangunan yait u i mengacu pada pergeseran kebij aksanaan perumahan dari yang berorient asi yang
menyediakan pr ovi di ng ke mendorong dan memampukan enabl i ng, ii mempercepat perwuj udan cit a- cit a yang diamanat kan dalam UUD45, GBHN
dan UU 4 92 yait u masyarakat sebagai subyek pembangunan, keadil an sosi al dan kemakmuran bangsa.
a. Banyak masyarakat masih mengalami kemiskinan
Kenyat aan sosial menunj ukan masih adanya kemiskinan yang dialami oleh banyak warga masyarakat Indonesla. Kemiskinan yang dimaksud
di sini adalah kemiskinan st rukt ural ya it u keti mpangan sosial yang t erj adi karena adanya sekelompok orang yang t idak mampu unt uk
memenuhi kebut uhan dasar mereka sampai t ingkat minimum kehidupan yang masih dapat dinilai manusiawi karena t idak
dikuasai nya sumber daya kunci yang memadai dan adanya kel ompok elit e yang j ust ru menguasai berbagai sumber daya kunci secara
berlebihan.
9 Memperhat ikan hal t ersebut diat as maka ancangan pembangunan
bert umpu pada masyarakat menj adi mut lak diperlukan karena pembangunan bert umpu pada masyarakat j ust ru merupakan bagian
yang t idak t erpisahkan dari upaya memperbaiki akses ke sumber daya kunci yang akan mempercepat mobilit as sosial dan pada gilirannya
memperbaiki st rukt ur sosial yang ada.
Lebih lanj ut , mengingat sumber kemiskinan st rukt ural adalah j ust ru st rukt ur sosial yang ada makna perbaikan st rukt ur sosial ini hanya
mungkin dat angnya dari kaum miskin sendiri dan hal ini sesuai dengan konsep pembangunan bert umpu pada masyarakat yang mengaj ak dan
mendudukkan masyarakat sebagai subyek dan pelaku ut ama penent u sehingga akhirnya dapat mengent askan diri dari kemiskinan.
b. Tradisi penyediaan perumahan
Tradisi yang berlangsung sampai dengan saat ini menunj ukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menyediakan perumahan
mereka sendiri, baik secara perorangan maupun kolekt if dengan memanf aat kan sumber daya yang berada dalam j angkauan kendali
masing-masing.
Prakt ek - prakt ek penyediaan perumahan ini mendasarkan seluruh operasinya pada kemampuan masing-masing dan pengalaman empiris
yang t elah dilaluinya unt uk membangun sesuai dengan st rat egi hidupnya dan lebih menekankan nilai guna use value ket imbang
nilai t ukar exchange value sepert i yang selalu dit ekankan pada pola-pola yang berorient asi penyediaan.
c. Kekurangefektifan pola penanganan berorientasi penyediaan
suppy side orient ed approach
Pola penanganan ini t ernyat a t idak mampu menyent uh sebagian besar masyarakat yang membut uhkan perumahan, baik karena t erbat asnya
kemampuan pola ini unt uk memproduksi perumahan secara besar - besaran maupun sist em akses yang kurang memberi peluang bagi
masyarakat banyak yang sebagian besar berpenghasilan rendah dan at au t idak t et ap, dan secara t idak langsung mengkomersialkan
perumahan sebagai komodit i dagang sehingga mempercepat eskalasi harga rumah.
Sit uasi ini t elah menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah dan at au t idak t et ap, yang pada awalnya merupakan sasaran ut ama, t elah
t ergeser j at uh diluar j angkauan pola penanganan ini.
10
d. Pola pembangunan bertumpu pada masyarakat ini adalah sej alan
dengan globalisasi kebij aksanaan perumahan Pergeseran kebij aksanaan dari berorient asi menyediakan providing
menj adi berorient asi memampukan enabling t elah disepakat i sebagian dari globalisasi kebij aksanaan perumahan dunia.
Pergeseran kebij aksanaan ini t ent u saj a menunt ut pergeseran pel aku ut ama t okoh sent ral penyediaan perumahan it u sendiri, yait u dari
pemerint ah ke masyarakat .
Pergeseran pelaku ut ama t okoh sent ral dari pemerint ah ke masyarakat ini sebenarnya j ust ru sesuai dengan azas pembangunan
yang digariskan dengan GBHN, dimana m asyarakat adalah subyek pembangunan.
Dengan kat a lain ancangan pembangunan, t ermasuk perumahan yang t adinya bert umpu pada pemerint ah dengan pergeseran kebij aksanaan
t ersebut diat as menj adi bert umpu pada masyarakat . Ini berart i masyarakat menj adi pelaku ut ama t okoh sent ral dan pelaku penent u
dimana peranan pelaku- pelaku lain, pemerint ah dan swast a adalah mencipt akan iklim yang mendorong pembangunan it u sendiri. Khusus
dalam hal ini peranan pemerint ah adalah mencipt akan peluang- peluang yang mampu mendorong pembangunan perumahan oleh
kelompok-kel ompok masyarakat sendiri.
Berangkat dari uraian t ersebut di at as j elaslah diperlukan ancangan baru sebagai ancangan alt ernat if yang lebih mampu mengakomodasi
kebut uhan masyarakat banyak dan mampu mendudukan masyarakat sebagai pusat dari seluruh kegiat annya yang j ust ru merupakan azas
ut ama pembangunan bert umpu pada masyarakat .
e. Mempercepat perwuj udan cit a-cita UUD 45, Tap No. II MPR1993,
GBHN, UU No. 4 92 Melalui pembangunan perumahan yang bert umpu pada masyarakat ini
akan mempercepat perwuj udan cit a- cit a yang t erkandung dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, Tap No. II MPR 1993 t ent ang GBHN,
UU No. 2 1992 t ent ang perumahan dan permukiman yang int inya adalah kecerdasan bangsa, keadilan sosial, pembangunan manusia
seut uhnya, dan t iap orang dapat mendiami rumah yang layak di dalam lingkungan yang sehat .
11
3. 2 Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Masyarakat
Pola pembangunan perumahan berlandaskan ancangan pembangunan bert umpu pada masyarakat ini sangat berbeda dengan pola-pola yang
sudah biasa dikenal yang mendudukan rumah sebagai komodit i, menekankan nilai t ukar exchange val ue dan mendudukkan si penghuni
sebagai obj ek yang harus menerima apa yang direncanakan dan dibuat oleh pihak lain yait u pola penanganan perumahan berorient asi pada sisi
penyediaan.
Pola pembangunan ini lebih menekankan nilai guna use val ue dan mendudukan penghuni sebagai t okoh sent ral dalam seluruh proses
merumahkan diri. Secara singkat pembangunan perumahan bert umpu pada masyarakat adalah pola pembangunan yang mendudukkan masyarakat
individu kelompok sebagai pelaku ut ama dan penent u dimana semua keput usan dan t indakan pembangunan didasarkan pada :
a A spirasi masyarakat
b K epent ingan masyarakat
c K emampuan masyarakat
d U paya masyarakat
Pola pembangunan bert umpu pada masyarakat ini mengakui perlunya peran pelaku- pelaku pembangunan lainnya dan mendudukkan sekt or
pemerint ah sebagai kat alisat or, f asilit at or dan sekaligus wasit sedangkan swast a sebagai penunj ang. Kedua sekt or ini secara konsept ual
dikelompokkan dalam pengert ian enabler. Pola ini percaya bahwa pembangunan perumahan hanya akan berhasil
dengan baik bila t iap pelaku pembangunan memainkan perannya dengan akt if dan sebaik- baiknya. Dikait kan dengan pembangunan perumahan dan
pemukiman maka pola pembangunan bert umpu pada masyarakat ini secara rinci dapat dibedakan menj adi dua.
a. Yang tidak terorganisasi
Yait u pembangunan perumahan yang dilakukan secara swakelola oleh orang per
orang. Unt uk mendukung pola ini maka perlu dikembangkan pirant i-pirant i lunak yang mampu memberikan
dorongan dan mempermudah warga masyarakat menyelenggarakan perumahannya masing-masing.
12
b. Yang terorganisasi
Yait u pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat yang t erorganisasi dengan baik dalam wadah lembaga sepert i paguyuban,
koperasi at au hanya t radisi kebersamaan dalam got ong royong yang selanj ut nya disebut :
Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok P2BPK
Dalam t aut an it u peranan organisasi bert umpu pada masyarakat yang mampu membent uk kelompok komunit as sepert i ant ara lain
koperasi, paguyuban dan sebagainya menj adi sangat pent ing. Melalui organisasi menj adi kelompok komunit as dapat mengakt ualisasikan
diri mereka sebagai subj ek pembangunan dan pelaku penent u. Pembangunan per umahan bert umpu pada kelompok masyarakat ini
lebih memungkinkan unt uk dikembangkan sebagai program pembangunan berbant uan
ai ded housi ng pr ogr amme yang memf asilit asi warga masyarakat berpenghasilan rendah unt uk dapat
menyelenggarakan perumahan mereka secara kooperat if got ong royong.
13
BAB I KETENTUAN UMUM
1. 1 Dasar Hukum Dasar hukum yang melandasi pembangunan perumahan bert umpu pada
kelompok, kelompok ini adalah : a. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 27 ayat 2 dan pa sal 33.
b. Ket et apan MPR No. II MPR 1993 dan al inea 4 Pembukaan UUD 1945 t ent ang Garis-garis Besar Haluan Negara.
c. Undang-undang No. 4 t ahun 1992 t ent ang Perumahan dan Permukiman khususnya pasal 3, 4, 5 dan 29.
d. Undang-undang No. 6 t ahun 1974 t ent ang Ket ent uan Pokok Kesej aht eraan Sosial.
e. Undang-undang No. 8 t ahun 1985 t ent ang Organisasi Kemasyarakat an. f . Undang-undang No. 4 t ahun 1982 t ent ang Ket ent uan Pokok Lingkungan
Hidup. g. Undang-undang No. 7 t ahun 1992 t ent ang Perbankan.
h. Undang-undang No. 5 t ahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan di Daerah.
i. Undang-undang No. 5 t ahun 1979 t ent ang Pokok- pokok Pemerint ahan di Desa.
j . Undang-undang No. 24 t ahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang. k. Undang-undang No. 25 t ahun 1992 t ent ang Perkoperasian.
l. Perat uran Pemerint ah No. 6 t ahun 1988 t ent ang Koordinasi Inst ansi Vert ikal di Daerah.
BAGIAN II : PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN