Kepmen No 6 Tahun 1994
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
NOMOR : 06/ KPTS/ 1994
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN PERUMAHAN
BERTUMPU PADA KELOMPOK
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT;
Menimbang
: a. Bahwa unt uk meningkat kan kuant it as dan kualit as
perumahan yang dibangun oleh warga masyarakat ,
t erut ama oleh warga masyarakat berpenghasilan
rendah, perlu dikembangkan upaya pembangunan
perumahan oleh warga masyarakat yang memerlukan
rumah secara berkelompok dengan dukungan dan
part isipasi dari berbagai pihak yang t erkait sepert i
inst ansi pemerint ah, badan usaha swast a, lembaga
penggerak swadaya masyarakat , asosiasi prof esi,
lembaga pengabdi kepada masyarakat , perguruan t inggi
dan konsult an pembangunan;
b. Bahwa agar pembangunan perumahan oleh warga
masyarakat secara berkelompok t ersebut dapat berdaya
guna dan berhasil guna perlu adanya Pedoman Umum
Pembangunan Perumahan Bert umpu Pada Kelompok;
c. Bahwa Pedoman Umum Pembangunan Perumahan
Bert umpu Pada Kelompok t ersebut perlu dit et apkan
dengan Keput usan Ment e ri Negara Perumahan Rakyat .
(2)
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 t ent ang
Perumahan dan Pemukiman;
2. Keput usan Presiden R. I. Nomor 44 Tahun 1993 t ent ang
Kedudukan, Tugas, Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi
dan Tat a Kerj a Ment eri Negara;
3. Keput usan Presiden R. I. Nomor 96/ M t ent ang
Pembent ukan Kabinet Pembangunan VI
Memperhat ikan : Keberhasilan proyek uj i coba pembangunan perumahan
bert umpu pada kelompok masyarakat yang ant ara lain
t elah berhasil :
a. Mendudukan masyarakat sebagai pelaku ut ama dalam
pembangunan perumahan;
b. Memandirikan masyarakat unt uk memecahkan persoalan
perumahan secara kooperat if dalam rangka pengent asan
masyarakat dari kemiskinan;
sert a hasil-hasil lokakarya dan koordinasi operasionalisasi
pola pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok
masyarakat dengan inst ansi - inst ansi t erkait dan keput usan
sidang- sidang Badan Kebij aksanaan Perumahan Nasional
(BKPN) t anggal 30 Sept ember 1993 dan 24 Maret 1994.
MEMUTUSKAN
Menet apkan
:
Pert ama
: Pedoman Umum Pembangunan Perumahan Bert umpu Pada
Kelompok sebagai arahan dan acuan kerj a bagi set iap
penyelenggara dan pelaksana di bidang pembangunan
perumahan dan pemukiman yang melibat kan masyarakat
sebagai pelaku ut ama;
Kedua
: Pedoman Pelaksanaan yang lebih rinci akan disusun dan
dit et apkan kemudian oleh inst ansi-inst ansi t erkait ;
Ket iga
: Keput usan Ment eri Negara Perumahan Rakyat ini mul ai
berlaku sej ak t anggal dit et apkan, dengan ket ent uan
(3)
apabila dikemudian hari t erdapat kekel iruan akan diadakan
pembet ulan seperlunya.
DITETAPKAN DI
: JAKARTA
PADA TANGGAL
: 13 SEPTEMBER 1994
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
Ir. Akbar Tanj ung
Tembusan Surat Keput usan ini disampaikan kepada :
1.
Yt h. Bapak Presiden Republik Indonesia, sebagai laporan.
2.
Yt h. Para Ment eri Kabinet Pembangunan VI.
3.
Yt h. Ket ua Badan Pemeriksa Keuangan.
4.
Yt h. Guber nur Bank Indonesia.
5.
Yt h. Kepala Badan Pengaw asan Keuangan dan Pembangunan.
6.
Yt h. Kepala Badan Pert anahan Nasional.
7.
Yt h. Deput i Bidang Pembiayaan dan Pengendalian Pelaksanaan, Bappenas.
8.
Yt h. Deput i Bidang Regional dan Daerah, Bappenas.
9.
Yt h. Deput i Bidang Sumber Daya Manusia, Bappenas.
10. Yt h. Dirj en. Anggaran, Depart emen Keuangan.
11. Yt h. Dirj en. Pemerint ahan Umum dan Ot onomi Daerah, Depart emen Dal am
Negeri.
12. Yt h. Dirj en. Pembangunan Daerah, DEPDAGRI.
13. Yt h. Dirj en. Pembangunan Masyarakat Desa, DEPDAGRI.
14. Yt h. Cipt a Karya, Depart emen Pekerj aan Umum.
15. Yt h. Dirj en. Bina Kesej aht eraan Dep. Sosial.
16. Yt h. Dirj en. Bina Koperasi Perkot aan, Depart emen Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil.
17. Yt h. Pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
18. Yt h. Para Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II.
19. Yt h. Direksi Bank Tabungan Negara (Persero).
(4)
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Peran Perumahan Dalam Pembangunan Bangsa
Sering kali t anpa rumah at au t empat bermukim yang t et ap keberadaan
seseorang secara f ormal sulit diakui (memiliki KTP) sehigga kesepakat an
unt uk masuk dunia f ormal dimana kebij aksanaan pembangunan di arahkan
menj adi t ert ut up.
Rumah at au t empat bermukim dengan demikian merupakan pint u masuk
ke dunia yang menj anj ikan pemenuhan kebut uhan dasar l ainnya. Mal ah
keadaan perumahan secara umum sering dianggap sebagai baromet er t araf
hidup suat u bangsa.
Lebih lanj ut GBHN 1993 menekankan bahwa pembangunan sekt or
perumahan dan permukiman dalam PJPT II lebih diarahkan unt uk
meningkat kan kualit as kehidupan keluarga dan masyarakat , mencipt akan
kerukunan hidup keluarga dan keset iakawanan sosial masyarakat dal am
rangka membent uk lingkungan sert a persemaian nilai budaya dan
pembinaan wat ak anggot a keluarga.
Jadi perumahan sebagai salah sat u kebut uhan dasar manusia yang dapat
berf ungsi sebagai sarana produkt if kel uarga merupakan t it ik st rat egik
dalam pembangunan manusia seut uhnya sepert i dicit a-cit akan GBHN
karena
dengan
pemenuhan
kebut uhan
dasar
lainnya
sehingga
mempercepat pembangunan keluarga yang pada gil irannya mempercepat
pembangunan bangsa.
1. 2 Permasalahan Perumahan
Secara sederhana permasalahan perumahan dapat dibedakan menj adi dua
sebagai berikut :
a.
Permasalahan perumahan yang t erj adi oleh sebab adanya def isit
penyediaan dibanding permint aan
(suppl y and deman d) di pasar
perumahan yang dit unj ukkan dengan adanya permint aan unit hunian
oleh kelompok masyarakat yang bersedia membayar unt uk unit
hunian yang dipasarkan di sat u sisi dan kurangnya persediaan unit
(5)
hunian yang dapat dipasarkan di sisi yang lain. Skala permasalahan ini
di Indonesia pada umumnya relat if kecil oleh sebab j uml ah warga
masyarakat yang mam pu membeli unit hunian dari pasar bebas relat if
kecil pula dan pemecahannya lebih mudah karena perumahan dalam
hal ini lebih merupakan t uj uan akhir.
b.
Permasalahan perumahan yang t erj adi oleh sebab sebagian besar
masyarakat t inggal diunit-unit hunian sub- st andar di permukiman
yang t idak layak at au kumuh oleh karena t idak dikuasainya sumber
daya kunci yang memadai unt uk menopang kehidupan mereka. Skala
permasalahan ini di negara berkembang sepert i Indonesia pada
umumnya besar dan perlu penanganan yang l ebih menyeluruh
(comprehensive). Dalam memecahkan permasalahan ini program
perumahan hanya merupakan alat / sarana (means) unt uk
pembangunan manusia seut uhnya.
1. 3 Tinj auan Upaya Penanganan Perumahan
Pada saat ini upaya penanganan perumahan dit ekankan pada pengadaan
perumahan sebanyak - banyaknya dengan harga yang t erj angkau. Upaya ini
didasarkan pada ancangan penyediaan
(suppl y si de or i ent ed appr oach)
yang mendorong pembangunan perumahan oleh sekt or pemerint ah
maupun swast a unt uk menghasilkan rumah sebagai komodit i yang dapat
dipasarkan secara l uas dal am rangka memenuhi kebut uhan perumahan
masyarakat . Bila perlu unt uk mempe r luas j angkauan pemasaran dapat
dilakukan dengan mengurangi st andar dan at au memberikan subsidi.
Ancangan ini memisahkan pelaku pembangunan menj adi dua pihak
pr ovi der dan
r ecei ver
dan menit ikberat kan kemampuan pemecahan
permasalahan perumahan pada kemampuan sang penyedia (Pr ovider )
yang
dalam hal ini adalah pemerint ah dan developer sebagai mit ra kerj a
sedangkan masyarakat hanya dilihat sebagai obyek yang t idak berdaya
yang kebut uhan mereka harus diupayakan dipenuhi.
Pola penanganan perumahan ini pada dasarnya melihat rumah sebagai
produk komodit i yang dapat diproduksi secara besar-besaran unt uk
dipasarkan agar menut up kesenj angan ant ara permint aan rumah (supply)
dan at au sebagai benda sosial (social goods) yang harus diproduksi besar
-besaran unt uk dialokasikan khususnya bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah dan miskin, sebagai upaya j alan pint as unt uk
mengoreksi disparit as sosial ekono mi.
Pola ini melet akkan pemerint ah besert a kerabat kerj anya, sekt or swast a
f ormal, sebagai t okoh sent ral dan penent u dalam seluruh proses
pembangunan perumahan ini (bert umpu pada pemerint ah).
(6)
Sering kali unt uk memperkuat / mendukung ancangan ini penyediaan rumah
melalui pola ini j uga didudukkan sebagai alat / inst rumen pengarah unt uk
mengat ur t at a ruang pert umbuhan ekonomi.
Tidak disangka pola penanganan perumahan ini t elah mampu melahirkan
proyek- proyek perumahan skala besar t ersebar di kot a-kot a besar dan
menengah di Indonesia dan memproduksi berbagai t ipe bangunan rumah.
Meskipun demikian hasil t ersebut t ernyat a hanya mampu memenuhi
sekit ar 10% dari j umlah kebut uhan rumah perkot aan di Indonesia bila t idak
dikait kan dengan kelompok sasaran yang harus dicapai, sehingga 90% dari
masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah harus menyediakan
perumahan mereka sendiri.
Agar pola penanganan perumahan ini mampu t erus menerus memproduksi
rumah dalam rangka menyediakan perumahan bagi sel uruh warga
masyarakat ya ng membut uhkan t ermasuk yang berpenghasilan rendah,
haruslah didukung oleh pemasokan sumberdaya yang menerus.
Unt uk it u dit empuh dua j alur sebagai berikut :
a.
Jalur daur ulang dimana warga masyarakat yang menerima pel ayanan
perumahan melalui pola ini harus mampu mengembalikannya dalam
bent uk pembayaran at au angsuran. Ini berart i unt uk menj amin
kelanggengan produksi harus diimbangi pula dengan pengembalian
modal yang lancar dan mant ap.
b.
Jal ur subsidi silang yait u dengan membangun perumahan mewah dan
bangunan komersial unt uk menut up def isit biaya penyediaan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini dalam
prakt eknya sering mengaburkan misi pembangunan it u sendiri. Oleh
sebab adanya konf lik t uj uan ant ara kerasnya upaya unt uk menut up
def isi t t ersebut diat as dan upaya penyediaan perumahan unt uk
masyarakat berpenghasilan rendah akibat nya mengorbankan t uj uan
ut ama menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Hal ini dapat dilihat dari lokasi- lokasi KSB dan rumah-r umah
t ipe kecil yang sangat t idak mengunt ungkan
Akibat nya pemilihan kelompok sasaran menj adi bias, cenderung kepada
mereka yang lebih menj amin pembayaran kembali, at au produk r umah
j adi sebagian dikomersialkan unt uk menj amin likwidit as sehingga
t erj adilah rumah sebagai barang komodit i.
Kesemuanya ini menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah yang
pada awalnya merupakan sasaran ut ama t elah t ergeser j auh di luar
j angkauan pola penanganan ini yang diwarnai oleh pemikiran yang
berorient asi penyediaan (suppl y si de or i ent ed).
(7)
Jadi pola penanganan ini yang dit empuh yang t adinya secara khusus
dirancang unt uk memecahkan permasalahan perumahan bagi masyarakat
berpenghasil an rendah t ernyat a diakhirnya j ust ru menghasil kan
perumahan yang di luar j angkauan daya beli masyarakat berpenghasil an
rendah. Belum lagi dampak samping yang t erj adi di mana pola penanganan
ini yang mendudukan perumahan eskalasi harga rumah sehingga diakhirnya
perumahan makin j auh dari j angkauan daya beli masyarakat
berpenghasilan rendah.
BAB II
MAKSUD, TUJUA N DAN SASARAN
2. 1 Maksud Pedoman
Mempercepat t ercipt anya iklim pembangunan yang mendorong dan
memberi kemudahan bagi masyarakat banyak, khususnya yang
berpenghasilan rendah/ t idak t et ap unt uk mampu memenuhi kebut uhan
perumahan mereka secara mandiri.
2. 2 Tuj uan Pedoman
-
Arahan dan pegangan bagi para pelaku pembangunan dalam
menyelenggarakan pembangunan perumahan sebagai upaya bersama
secara t erorganisasi sehingga pembangunan perumahan oleh, dari,
dan unt uk masyarakat dapat t erwuj ud dengan mudah, cepat dan
menghasilkan lingkungan perumahan yang Iayak.
-
Arahan dan pegangan bagi perencana dan pelaksana program
pembangunan bidang perumahan unt uk mengembangkan
program-program yang meningkat kan kemampuan masyarakat dalam upaya
merumahkan diri secara t erorgani sasi.
2. 3 Sasaran Pedoman
a.
Sasaran Kelompok
-
Semua pihak yang t erkait dalam perencanaan dan pelaksanaan
program-program pembangunan dan pengembangan sekt or
perumahan.
-
Kelompok masyarakat yang mengorganisasikan diri unt uk
menyelengggarakan pembangunan perumahan secara kooperat if
sebagai upaya bersama.
(8)
b.
Sasaran Fungsional
-
Tercipt anya pranat a pembangunan perumahan yang mampu
menggalang upaya part isipasif dalam pembangunan perumahan
bert umpu pada kelompok masyarakat .
-
Meningkat kan aksebil it as masyarakat berpenghasilan rendah dan
at au t idak t et ap ke berbagai sumber daya inst it usional yang
murah.
-
Tercipt anya pola pembangunan perumahan oleh, dari, dan unt uk
masyarakat .
BAB III
PEMBANGUNAN BERTUMPU PADA MASYARAKAT
3. 1 Latar Belakang Pe mbangunan Bert umpu Pada Masyarakat
Sekurang-kurangnya ada lima alasan yang dapat dikemukakan perlunya
penerapan ancangan pembangunan bert umpu pada masyarakat khususnya
sekt or perumahan.
Yang t iga berangkat dari f akt a-f akt a yang ada yait u (i) masih banyak
warga masyarakat mengal ami kemiskinan, (ii) t radisi yang berlaku sampai
saat Ini dalam pengadaan perumahan dan (iii) kekurangef ekt if an pola
penanganan perumahan yang dit erapkan saat ini. Sedangkan yang dua
mengacu ke kebij aksanaan pembangunan yait u (i) mengacu pada
pergeseran kebij aksanaan perumahan dari yang berorient asi yang
menyediakan/
pr ovi di ng ke mendorong dan memampukan/
enabl i ng, (ii )
mempercepat perwuj udan cit a- cit a yang diamanat kan dalam UUD45, GBHN
dan UU 4/ 92 yait u masyarakat sebagai subyek pembangunan, keadil an
sosi al dan kemakmuran bangsa.
a.
Banyak masyarakat masih mengalami kemiskinan
Kenyat aan sosial menunj ukan masih adanya kemiskinan yang dialami
oleh banyak warga masyarakat Indonesla. Kemiskinan yang dimaksud
di sini adalah kemiskinan st rukt ural ya it u keti mpangan sosial yang
t erj adi karena adanya sekelompok orang yang t idak mampu unt uk
memenuhi kebut uhan dasar mereka sampai t ingkat minimum
kehidupan yang masih dapat dinilai manusiawi karena t idak
dikuasai nya sumber daya kunci yang memadai dan adanya kel ompok
elit e yang j ust ru menguasai berbagai sumber daya kunci secara
berlebihan.
(9)
Memperhat ikan hal t ersebut diat as maka ancangan pembangunan
bert umpu pada masyarakat menj adi mut lak diperlukan karena
pembangunan bert umpu pada masyarakat j ust ru merupakan bagian
yang t idak t erpisahkan dari upaya memperbaiki akses ke sumber daya
kunci yang akan mempercepat mobilit as sosial dan pada gilirannya
memperbaiki st rukt ur sosial yang ada.
Lebih lanj ut , mengingat sumber kemiskinan st rukt ural adalah j ust ru
st rukt ur sosial yang ada makna perbaikan st rukt ur sosial ini hanya
mungkin dat angnya dari kaum miskin sendiri dan hal ini sesuai dengan
konsep pembangunan bert umpu pada masyarakat yang mengaj ak dan
mendudukkan masyarakat sebagai subyek dan pelaku ut ama/ penent u
sehingga akhirnya dapat mengent askan diri dari kemiskinan.
b.
Tradisi penyediaan perumahan
Tradisi yang berlangsung sampai dengan saat ini menunj ukkan bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia menyediakan perumahan
mereka sendiri, baik secara perorangan maupun kolekt if dengan
memanf aat kan sumber daya yang berada dalam j angkauan kendali
masing-masing.
Prakt ek - prakt ek penyediaan perumahan ini mendasarkan seluruh
operasinya pada kemampuan masing-masing dan pengalaman empiris
yang t elah dilaluinya unt uk membangun sesuai dengan st rat egi
hidupnya dan lebih menekankan nilai guna (use value) ket imbang
nilai t ukar (exchange value) sepert i yang selalu dit ekankan pada
pola-pola yang berorient asi penyediaan.
c.
Kekurangefektifan pola penanganan berorientasi penyediaan
(suppy side orient ed approach)
Pola penanganan ini t ernyat a t idak mampu menyent uh sebagian besar
masyarakat yang membut uhkan perumahan, baik karena t erbat asnya
kemampuan pola ini unt uk memproduksi perumahan secara besar
-besaran maupun sist em akses yang kurang memberi peluang bagi
masyarakat banyak yang sebagian besar berpenghasilan rendah dan
at au t idak t et ap, dan secara t idak langsung mengkomersialkan
perumahan sebagai komodit i dagang sehingga mempercepat eskalasi
harga rumah.
Sit uasi ini t elah menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah dan
at au t idak t et ap, yang pada awalnya merupakan sasaran ut ama, t elah
t ergeser j at uh diluar j angkauan pola penanganan ini.
(10)
d.
Pola pembangunan bertumpu pada masyarakat ini adalah sej alan
dengan globalisasi kebij aksanaan perumahan
Pergeseran kebij aksanaan dari berorient asi menyediakan (providing)
menj adi berorient asi memampukan (enabling) t elah disepakat i
sebagian dari globalisasi kebij aksanaan perumahan dunia.
Pergeseran kebij aksanaan ini t ent u saj a menunt ut pergeseran pel aku
ut ama/ t okoh sent ral penyediaan perumahan it u sendiri, yait u dari
pemerint ah ke masyarakat .
Pergeseran pelaku ut ama/ t okoh sent ral dari pemerint ah ke
masyarakat ini sebenarnya j ust ru sesuai dengan azas pembangunan
yang digariskan dengan GBHN, dimana m asyarakat adalah subyek
pembangunan.
Dengan kat a lain ancangan pembangunan, t ermasuk perumahan yang
t adinya bert umpu pada pemerint ah dengan pergeseran kebij aksanaan
t ersebut diat as menj adi bert umpu pada masyarakat . Ini berart i
masyarakat menj adi pelaku ut ama/ t okoh sent ral dan pelaku penent u
dimana peranan pelaku- pelaku lain, pemerint ah dan swast a adalah
mencipt akan iklim yang mendorong pembangunan it u sendiri. Khusus
dalam hal ini peranan pemerint ah adalah mencipt akan
peluang-peluang yang mampu mendorong pembangunan perumahan oleh
kelompok-kel ompok masyarakat sendiri.
Berangkat dari uraian t ersebut di at as j elaslah diperlukan ancangan
baru sebagai ancangan alt ernat if yang lebih mampu mengakomodasi
kebut uhan masyarakat banyak dan mampu mendudukan masyarakat
sebagai pusat dari seluruh kegiat annya yang j ust ru merupakan azas
ut ama pembangunan bert umpu pada masyarakat .
e.
Mempercepat perwuj udan cit a-cita UUD 45, Tap No. II/ MPR/1993,
GBHN, UU No. 4/ 92
Melalui pembangunan perumahan yang bert umpu pada masyarakat ini
akan mempercepat perwuj udan cit a- cit a yang t erkandung dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945, Tap No. II/ MPR/ 1993 t ent ang GBHN,
UU No. 2/ 1992 t ent ang perumahan dan permukiman yang int inya
adalah kecerdasan bangsa, keadilan sosial, pembangunan manusia
seut uhnya, dan t iap orang dapat mendiami rumah yang layak di
dalam lingkungan yang sehat .
(11)
3. 2 Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Masyarakat
Pola pembangunan perumahan berlandaskan ancangan pembangunan
bert umpu pada masyarakat ini sangat berbeda dengan pola-pola yang
sudah biasa dikenal yang mendudukan rumah sebagai komodit i,
menekankan nilai t ukar
(exchange val ue) dan mendudukkan si penghuni
sebagai obj ek yang harus menerima apa yang direncanakan dan dibuat
oleh pihak lain yait u pola penanganan perumahan berorient asi pada sisi
penyediaan.
Pola pembangunan ini lebih menekankan nilai guna
(use val ue)
dan
mendudukan penghuni sebagai t okoh sent ral dalam seluruh proses
merumahkan diri. Secara singkat pembangunan perumahan bert umpu pada
masyarakat adalah pola pembangunan yang mendudukkan masyarakat
(individu/ kelompok) sebagai pelaku ut ama dan penent u dimana semua
keput usan dan t indakan pembangunan didasarkan pada :
a) A (spirasi masyarakat )
b) K
(epent ingan masyarakat )
c) K
(emampuan masyarakat )
d) U (paya masyarakat )
Pola pembangunan bert umpu pada masyarakat ini mengakui perlunya
peran pelaku- pelaku pembangunan lainnya dan mendudukkan sekt or
pemerint ah sebagai kat alisat or, f asilit at or dan sekaligus wasit sedangkan
swast a sebagai penunj ang. Kedua sekt or ini secara konsept ual
dikelompokkan dalam pengert ian enabler.
Pola ini percaya bahwa pembangunan perumahan hanya akan berhasil
dengan baik bila t iap pelaku pembangunan memainkan perannya dengan
akt if dan sebaik- baiknya. Dikait kan dengan pembangunan perumahan dan
pemukiman maka pola pembangunan bert umpu pada masyarakat ini
secara rinci dapat dibedakan menj adi dua.
a.
Yang tidak terorganisasi
Yait u pembangunan perumahan yang dilakukan secara swakelola oleh
orang per
orang. Unt uk mendukung pola ini maka perlu
dikembangkan pirant i-pirant i lunak yang mampu memberikan
dorongan dan mempermudah warga masyarakat menyelenggarakan
perumahannya masing-masing.
(12)
b.
Yang terorganisasi
Yait u pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat yang
t erorganisasi dengan baik dalam wadah lembaga sepert i paguyuban,
koperasi at au hanya t radisi kebersamaan dalam got ong royong yang
selanj ut nya disebut :
Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK)
Dalam t aut an it u peranan organisasi bert umpu pada masyarakat yang
mampu membent uk kelompok/ komunit as sepert i ant ara lain
koperasi, paguyuban dan sebagainya menj adi sangat pent ing. Melalui
organisasi menj adi kelompok/ komunit as dapat mengakt ualisasikan
diri mereka sebagai subj ek pembangunan dan pelaku penent u.
Pembangunan per umahan bert umpu pada kelompok masyarakat ini
lebih memungkinkan unt uk dikembangkan sebagai program
pembangunan berbant uan
(ai ded housi ng pr ogr amme)
yang
memf asilit asi warga masyarakat berpenghasilan rendah unt uk dapat
menyelenggarakan perumahan mereka secara kooperat if / got ong
royong.
(13)
BAB I
KETENTUAN UMUM
1. 1 Dasar Hukum
Dasar hukum yang melandasi pembangunan perumahan bert umpu pada
kelompok, kelompok ini adalah :
a. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 27 ayat (2) dan pa sal 33.
b. Ket et apan MPR No. II/ MPR/ 1993 dan al inea 4 Pembukaan UUD 1945
t ent ang Garis-garis Besar Haluan Negara.
c. Undang-undang No. 4 t ahun 1992 t ent ang Perumahan dan Permukiman
khususnya pasal 3, 4, 5 dan 29.
d. Undang-undang No. 6 t ahun 1974 t ent ang Ket ent uan Pokok
Kesej aht eraan Sosial.
e. Undang-undang No. 8 t ahun 1985 t ent ang Organisasi Kemasyarakat an.
f . Undang-undang No. 4 t ahun 1982 t ent ang Ket ent uan Pokok Lingkungan
Hidup.
g. Undang-undang No. 7 t ahun 1992 t ent ang Perbankan.
h. Undang-undang No. 5 t ahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan di
Daerah.
i. Undang-undang No. 5 t ahun 1979 t ent ang Pokok- pokok Pemerint ahan di
Desa.
j . Undang-undang No. 24 t ahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang.
k. Undang-undang No. 25 t ahun 1992 t ent ang Perkoperasian.
l. Perat uran Pemerint ah No. 6 t ahun 1988 t ent ang Koordinasi Inst ansi
Vert ikal di Daerah.
BAGIAN II :
PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN
PERUMAHAN BERTUMPU PADA KELOMPOK
(14)
m. Keput usan Presiden RI No. 60 t ahun 1981 t ent ang PKKTLN.
n. Inst ruksi Ment eri Dalam Negeri No. 8 t ahun 1990 t ent ang Pembinaan
Lembaga Swadaya Masyarakat .
o. Keput usan Presiden RI No. 28 t ahun 1980 t ent ang Penyuluhan dan
Peningkat an Fungsi LSD menj adi LKMD.
p. Keput usan Ment eri Dalam Negeri No. 27 t ahun 1984 t ent ang Susunan
dan Tat a Kerj a LKMD.
q. Keput usan Ment eri Dalam Negeri No. 28 t ahun 1984 t ent ang Pembinaan
Kesej aht eraan Keluarga.
1. 2 Tuj uan Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
a.
Tuj uan Jangka Panj ang
- Terpenuhinya kebut uhan masyarakat akan t empat t inggal.
- Berkurangnya kemiskinan melalui ket erpaduan program ant ara
pembangunan manusia, pembangunan rumah/ lingkungan, dan
peningkat an lapangan kerj a sert a penghasilan.
- Terj adinya gerakan pembangunan perumahan dari, oleh dan unt uk
masyarakat .
- Tiap keluarga dapat mendiami rumah yang layak dalam lingkungan
yang sehat .
b.
Tuj uan Jangka Pendek
- Kemandirian warga masyarakat dalam memenuhi kebut uhan
perumahan mereka secara t erorganisasi.
- Penyediaan perumahan melalui upaya bersama dapat dilaksanakan
dengan mudah, murah dan sesuai dengan aspirasi masyarakat
sert a t at a t ert ib pembangunan.
- Penyediaan perumahan dari, oleh dan unt uk masyarakat menj adi
bagian int egrasi dari sist em penyediaan perumahan nasional.
(15)
1. 3 Kelompok Sasaran
Warga masyarakat yang menj adi kelompok sasaran ini adalah :
"Warga masyarakat yang membut uhkan hunian dan ber sedia
mengorganisasikan diri unt uk menyelenggarakan pembangunan perumahan
secara kooperat if dan unt uk dihuni sendiri".
Unt uk pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok yang
memanf aat kan bant uan/ subsidi pemerint ah maka sasaran kelompok
disesuaikan dengan sasaran kelompok program bant uan/ subsidi t ersebut .
1. 4 Azas Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
Penerapan ancangan Pembangunan Perumahan Bert umpu pada
Masyarakat , khususnya unt uk kelompok masyarakat yang t erorganisasi
(Pembangunan Perumahan Ber t umpu Pada Kelompok), hanya akan berhasil
bila dilandasi dengan 5 azas pembangunan sebagai berikut :
a.
Azas Solidaritas
Penet apan azas sol idarit as ini sebagai azas pert ama adal ah sangat
pent ing sebab melalui azas ini ket erpaduan f okus kegiat an
pembangunan dari berbagai pelaku pembangunan menj adi j elas,
sehingga unt uk siapa pembanguan dilakukan dapat dij awab dengan
t egas yait u unt uk yang t ert inggal. Solidarit as ini t idak saj a dit unt ut
ant ar anggot a kelompok masyarakat t et api ant ara masyarakat dan
kerabat kerj a pembangunan lainnya.
b.
Azas Partisipasi
Azas solidarit as t ersebut diat as haruslah dij alankan secara akt if dan
bukan hanya sekedar menunggu. Dengan demikian set iap pelaku
pembangunan t erkait haruslah bert indak secara akt if sehingga
t ercipt alah pola pembangunan part isipat if dimana t iap pelaku
bert indak secara akt if berlandaskan sat u t ekad yang t elah disepakat i
bersama.
c.
Azas Kemitraan
Dalam kegiat an pembangunan part isipat if ant ar berbagai pelaku
pembangunan, dimana masyarakat t et ap pada posisi pelaku
ut ama/ penent u, maka peran pelaku-pelaku pembangunan lain
haruslah dilakukan mengikut i azas kemit raan art inya int eraksi yang
t erj adi adalah int eraksi ant ar pihak yang set ara meskipun berbeda
f ungsi sehingga t erbent uklah kerabat kerj a pembangunan sepert i
(16)
kerj asama yang Iazim t erj adi dalam sat u t ubuh (mat a, t angan, kaki,
dsb).
d.
Azas Memampukan
Pembangunan bert umpu pada masyarakat sepert i diuraikan t ersebut
diat as, dimana masyarakat menj adi t okoh sent ral dan pelaku
penent u, t idak akan berhasil dengan baik bila t idak ada kont ribusi
dari pelaku- pelaku pembangunan lainnya, lebih- l ebih bila kelompok
masyarakat yang dimaksud adalah kelompok masyarakat ber
-penghasilan rendah dan at au t idak t et ap yang pada umumnya t idak
memiliki sumber daya yang cukup memadai un t uk menyelenggarakan
perumahan mereka dengan layak.
Karena t idak semua sumber daya dimiliki/ dikuasai / ada dit angan
masyarakat sepert i misalnya perij inan, t eknologi, dana, lahan dan
peluang- peluang / kemudahan maka peran pelaku- pel aku
pem-bangunan l ainnya masih sangat diharapkan sebagai
enabl er
agar apa
yang t idak mungkin dicapai oleh masyarakat sendiri melalui pola ini
dapat t ercapai, misalnya perumahan yang layak dalam lingkungan
yang sehat .
e.
Azas Pemerataan
Azas pemerat aan ini menekankan pemerat aan kesepakat an dal am
memanf aat kan peluang pembangunan bagi semua masyarakat
t ermasuk masyarakat miskin.
Kelima azas ini merupakan sat u kesat uan dan haruslah dit erapkan secara
t erpadu yang menj adi lima pilar ut ama pembangunan bert umpu pada
kelompok.
1. 5 Pola Dasar pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
Pola dasar pembangunan Perumahan Bert umpu Pada Kelompok yait u unt uk
kelompok masyarakat yang t erorganisasi, pada dasarnya dapat
dikelompokkan menj adi t iga bagian sebagai berikut :
1)
Pengorganisasian Warga Masyarakat dan Peningkatan Kemampuan
Pengorganisasian warga masyarakat yang membut uhkan perumahan
baru at au pengembangan menj adi suat u paguyuban kel ompok
swadaya masyarakat / koperasi/ klien yang t erorganisasi
(or gani zed
client s)
dan peningkat an kemampuan mereka unt uk mengembangkan
pot ensi diri dan memanf aat kan peluang- peluang pembangunan secara
ef ekt if .
(17)
2)
Pengorganisasian Sumber Daya dan Peluang
Dalam rangka membuka akses bagi masyarakat berpenghasilan rendah
ke sumber daya kunci dan peluang- peluang pembangunan unt uk
penyediaan perumahan maka perlu digalang berbagai sumber daya
yang ada unt uk dikerahkan dan diarahkan agar mampu menunj ang
pembangunan perumahan oleh, dari dan unt uk masyarakat .
3)
Mempertemukan kelompok Dengan Sumber Daya dan Peluang
Mempert emukan kelompok masyarakat t ersebut dengan sist em
penyediaan sumber daya dan peluang-peluang pembangunan yang
t elah digalang t ersebut .
1. 6 Kelembagaan
a.
Pelaku Pembangunan
Pelaku pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok ini
mencakup empat sekt or ut ama di masyarakat yait u :
1) Sekt or Pemerint ah
Mewakili unsur- unsur pemerint ah baik pemerint ah pusat ,
pemerint ah daerah maupun badan usaha milik negara/ daerah.
2) Sekt or Swast a
Mewakil i unsur-unsur swast a usaha baik di bidang produksi
maupun j asa.
3) Sekt or Kelompok Masyarakat Koperasi
Mewakili kelompok -kel ompok kepent ingan bersama.
4) Sekt or Individu
Mewakili individu-individu baik sebagai anggot a kelompok maupun
anggot a masyarakat lepas.
b.
Fungsi Koordinasi P2BPK
Unt uk dapat menyelenggarakan pembangunan perumahan bert umpu
pada kelompok ini perlu dikembangkan f ungsi-f ungsi koordinasi
sebagai berikut ini :
(18)
Di tingkat nasional
1) Perlu dikembangkan f ungsi koordinasi P2BPK Nasional yang mampu
memonit or dan meng endalikan operasional isasi P2BPK sert a
memberikan masukan ke BKP4N ( Badan Kebij aksanaan dan
Pengendalian Pembangunan Perumahan
dan Permukiman
Nasional). Fungsi t ersebut diat as dikoordinasikan oleh Ment eri
Negara Perumahan Rakyat selaku Pelaksana Harian PKP4N.
2) Disamping f ungsi koordinasi P2BPK Nasional perlu dikembangkan
pula f ungsi pemampu keswadayaan masyarakat yang mampu
menghimpun dana-dana murah dari berbagai sumber yang dapat
digunakan unt uk membant u Iikwidit as Kelompok Swadaya
Masyarakat dalam bent uk pinj aman sement ara
( bri dgi ngf un)
sambil menunggu proses dengan pihak Bank/ Lembaga Keuangan
Formal selesai.
Fungsi ini dapat dilaksanakan oleh suat u lembaga yang khusus
dibent uk unt uk ini at au menugasi lembaga keuangan yang t elah ada.
Di tingkat I
1) Perlu dikembangkan f ungsi koordinasi P2BPK TK I yang mampu
mengkoordinasikan peluang dan sumber daya skala propinsi unt uk
mempermudah kelompok masyarakat menyelenggarakan
perumahan mereka secara mandiri dan sekaligus mengendalikan
penyelenggaraan P2BPK.
Di tingkat II
1) Unt uk kat alisasi penyelenggaraan pembangunan perumahan
bert umpu pada kelompok maka di :
- Tingkat II perlu dikembangkan f ungsi koordinasi yang mampu
mengkoordinasi inst ansi t erkait dalam melayani kelompok
masyarakat menyelenggarakan
pembangunan perumahan
melalui sat u pint u yang sekaligus mampu memberikan
masukan-masukan kepada BP4D (Badan Pengendal ian
Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Daerah).
- Tingkat Proyek j uga perlu dikembangkan f ungsi konsult ansi
pembangunan yang secara langsung mampu memberikan
bimbingan t eknik kepada kelompok masyarakat di lapangan.
2) Unt uk mel engkapi f ungsi-f ungsi eksekut if di t ingkat II dan unt uk
(19)
perumahan dan permukiman perlu dikembangkan f ungsi
pendamping pemerint ah daerah yang merupakan perpaduan
ant ara unsur pakar, unsur asosiasi t erkait , unsur lembaga
pengembangan swadaya masyarakat dan unsur pemerint ah.
Fungsi pendamping ini diharapkan mampu membant u pemerint ah
daerah dan BP4D unt uk dapat mengambil keput usan secara cepat
dan t epat dalam menangani pembangunan perumahan dan
permukiman. Oleh sebab it u f ungsi pendamping mencakup t
ugas-t ugas sebagai berikuugas-t :
- Menilai kegiat an dan program-program perumahan dan
permukiman yang memerlukan keput usan negara.
- Memberi masukan dalam banyak gagasan inovat if .
-
Menj adi pusat inf ormasi pembangunan perumahan bert umpu
pada kelompok masyarakat .
Di tingkat komunitas
Warga masyarakat yang berminat menyelenggarakan pembangunan
perumahan bert umpu pada kelompok secara kooperat if sebagai upaya
bersama harus membent uk komunit as sesuai dengan kondisi lokal.
Komunit as ini merupakan
KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)
dan harus merupakan organisasi para peminat / klien yang mampu
mencerminkan kebersamaan sepert i ant ara lain paguyuban, asosiasi,
koperasi dan sebagainya.
Kelompok swadaya masyarakat ini merupakan organisasi orang- orang
yang senasib dalam art i t idak memiliki rumah dapat bersif at f ormal
sepert i koperasi yang berbadan hukum at au non f ormal sepert i
kelompok arisan misalnya. Bila dikait kan dengan kemungkinan
memanf aat kan dana- dana murah (bersubsidi) yang disediakan
pemerint ah maka diusulkan bersif at f ormal meskipun t idak menut up
kemungkinan pemberian pinj aman kepada organisasi nonf ormal.
c.
Fungsi Penggerak P2BPK
Pola kerj a pembangunan ini merupakan pola kerj a pembangunan
part isipat if yang menggalang kerj asama ant ara sekt or pemerint ah,
sekt or swast a dan sekt or masyarakat sebagai mit ra kerj a at au
kerabat kerj a pembangunan unt uk mencapai ef ek sinergik.
Unt uk menumbuhkan dan menggerakkan pola kerj a pembangunan
part isipat if sert a mencipt akan iklim pembangunan yang kondusif
(20)
maka ant ar pelaku pembangunan dikembangkan 3 f ungsi yang saling
menunj ang dan menj adi penggerak ut ama sebagai berikut :
Fungsi Katalis Pembangunan dan Pengendali
Fungsi kat alisat or dan sekaligus mengendalikan secara adil. Fungsi ini
diperankan oleh sekt or pemerint ah baik pusat maupun daerah.
Fungsi Konsultan Pembangunan
Fungsi konsult ansi yang selalu mencipt akan berbagai inovasi yang
mampu memperkaya pembangunan it u sendiri sehingga pada
gil irannya mampu mengangkat mart abat manusia. Fungsi konsul t ansi
ini diperankan oleh sekt or swast a melalui para konsult an
pembangunan.
Fungsi Kader Pembangunan
Fungsi yang mencipt akan pembaharuan di t ingkat masyarakat unt uk
mendorong t umbuhnya masyarakat pembangunan. Fungsi ini
diperankan oleh sekt or masyarakat melalui t okoh-t okoh masyarakat ,
f ormal dan inf ormal at au kader-kader pembangunan.
1. 7 Berbagi Peran
Secara khusus peran para pelaku int i pembangunan dalam
penyelenggaraan pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Peran Lembaga Pemerintah
Disamping t ugas dan f ungsi masing - masing inst ansi pemerint ah t erkait
secara khusus berperan sebagai berikut :
- Kant or Ment eri Negara Perumahan Rakyat sebagai koordinat or
perumusan kebij aksanaan dan pengendalian pelaksanaan t ingkat
nasional.
- Depart emen Pekerj aan Umum bert anggung j awab dalam
mengembangkan bimbingan t eknik dan manaj emen pembangunan
melalui perangkat daerah.
- Badan Pert anahan Nasional bert anggung j awab dalam
mempermudah pengurusan t anah t ermasuk memberikan inf ormasi
ket ersediaan t anah.
(21)
- Depart emen Koperasi bert anggung j awab dalam pengembangan
organisasi, manaj emen dan usaha koperasi.
- Depart emen Dalam Negeri bert anggung j awab membina
kelembagaan swadaya masyarakat dikait kan dengan pemerint ah di
daerah.
- Pemerint ah Daerah secara khusus berperan memobilisasi berbagai
sumber daya unt uk memampukan penduduknya merumahkan diri
secara layak dan memberikan pelayanan t eknik dan manaj emen
t ermasuk kemudahan perizinan.
b.
Peran Lembaga Keuangan dan Bank
- Bank dan Lembaga Keuangan t erkait bert anggung j awab dal am
penyediaan dana murah melalui bent uk -bent uk perkredit an
j angka pendek, m enengah dan panj ang.
c.
Peran Lembaga Asuransi
- Lembaga asuransi sesuai dengan f ungsi dan t ugasnya adalah
berperan dalam menut up asuransi kredit bila diper lukan, ant ara
lain unt uk j enis paket kredit yang t idak memiliki agunan sepert i
j enis kredit usaha kecil.
d.
Peran Developer
- Developer swast a maupun badan usaha mil ik negara/ daerah sesuai
dengan f ungsinya sebagai mit ra Pemerint ah dapat berperan unt uk
menyediakan lahan murah melalui program - program, ant ara lain
lingkungan siap bangun, blok siap bangun at au kapling siap bangun
dan pelayanan t eknik yang dibut uhkan oleh KSM t ermasuk
pengurusan ij in.
e.
Peran Konsultan Pembangunan
- Konsult an Pembangunan dapat berperan sebagai pembimbing dan
pendamping organisasi klien/ KSM dalam pemupukan modal/
pot ensi pembangunan, menyel enggarakan pembangunan
masyara-kat (communi t y devel opment )
dan pembangunan perumahan sert a
kegiat an t erkait nya.
(22)
f.
Peran Warga dan Kelompok
- Warga pesert a pembangunan perumahan bert umpu pada
kelompok merupakan pelaku ut ama, berperan akt if dalam
membent uk kel ompok t erorganisasi/ KSM, mencipt akan kegiat
an-kegiat an usaha bersama dan at au perorangan, t ermasuk
pengelolaan dana yang diperolehnya sert a menyel enggarakan
pembangunan rumah dan lingkungan
secara kooperat if
t erorganisasi.
1. 8 Lahan dan Bangunan
Lahan unt uk pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok ini dapat
diperoleh secara langsung dari pemilik lahan melalui proses kerj a sama
saling mengunt ungkan, konsolidasi lahan dan at au j ual beli at au dari
devel oper swast a at au pemerint ah dalam bent uk lingkungan siap
bangun/ blok siap bangun/ kapling siap bangun (KSB).
Bila penyelenggaraan pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok
ini akan memanf aat kan kredit berbant uan/ bersubsidi sepert i misalnya
Kredit Triguna maka ket ent uan luas lahan dan bangunan sesuai dengan
ket ent uan yang berlaku.
BAB II
PENDANAAN
2. 1 Sumber Dana
Pada dasarnya sumber dana pembangunan perumahan bert umpu pada
kelompok ini yang merupakan upaya bersama/ upaya kreat if adalah dari
calon penghuni at au peser t a program pembangunan perumahan bert umpu
pada kelompok it u sendiri, yang digalang melalui kegiat an pemupukan
pot ensi kelompok t ermasuk kemungkinan subsidi silang ant ar anggot a yang
berbeda penghasilan.
Meskipun demikian unt uk mempercepat proses dan melindungi upaya
bersama ini dari f lukt uasi ekonomi maka pemerint ah menyediakan
bant uan dalam bent uk pinj aman lunak sepert i ant ara lain Kredit Triguna
(TK), yang sif at penggunaanya dapat sebagai dana awal
(pr ef i nanci ng)
at au dana akhir
(end f i nanci ng)
dengan syarat ut ama sudah t ersedia Dana
Mit ra yang merupakan swadaya kelompok sekurang-kurangnya 10% dari
biaya perolehan rumah (bangunan dan lahan) yang akan dibangun.
(23)
2. 2 Pola-Pola Pendanaan
Pada dasarnya pendanaan pembangunan perumahan bert umpu pada
kelompok ini sangat lah beragam yang secara sederhana dapat
dikelompokkan menj adi :
a.
Swadaya Murni
Dana yang digunakan unt uk membiayai seluruh pembangunan adalah
dana swadaya yang diperoleh, dikumpulkan dan dimobilisasi oleh
kelompok, t anpa menut up kemungkinan subsi di silang ant ar anggot a
kelompok. Cont oh : Arisan rumah
b.
Kerj a Sama
Seluruh pembangunan dilakukan secara got ong royong dimana t iap
pihak yang t erlibat punya obligasi yang sama unt uk mengkont ribusi
-kan sumber daya yang dikuasai at au bart er. Cont ohnya : Perumahan
got ong royong
c.
Pinj aman
Dana yang digunakan unt uk membiayai seluruh pembangunan pada
dasar nya diperoleh dari pinj aman pihak lain. Pinj aman inipun
berbagai macam dari yang bersif at non inst it usional dan non f or mal
(dari kerabat ) sampai dengan yang bersif at inst it usional dan f ormal
(dari Bank/ Lembaga Keuangan). Unt uk mendapat kan pinj aman
inst it usional pada umumnya lembaga pem beri pinj aman m enunt ut
kolat eral dan dana swadaya sej umlah t ert ent u. Unt uk mempermudah
warga masyarakat mendapatkan pinj aman inst it usional maka
pemerint ah memperkenalkan Kredit Triguna (unt uk pengadaan lahan,
konst ruksi dan usaha kecil) dimana dikolat eralnya adalah lahan dan
rumah yang akan dibangun dengan menggunakan kredit ini.
2. 3 Dana Mitra dan Dana Solidaritas
a.
Dana Mitra
Unt uk mendapat kan pinj aman lunak misalnya Kredit Triguna maka
para anggot a KSM harus mengumpulkan t erlebih dahulu Dana Mit ra
yang besarnya sekurang-kurangnya 10% dari ni lai rumah yang akan
dibangun.
(24)
Dana Mit ra ini diperlukan unt uk :
- Modal awal bagi KSM unt uk bergerak mengurus berbagai
kepent ingan.
- Mengikat seluruh anggot a unt uk secara konkrit komit t erhadap
upaya bersama ini.
- Mendisiplinkan anggot a KSM unt uk menabung secara t et ap
sekaligus dapat memberikan gambaran kemampuan kelompok
dalam penyediaan dana (
t r ack r ecor d) yang sangat diperlukan
oleh Bank pada saat pengaj uan pinj aman.
- Penyer t aan modal (
equi t y) unt uk mendapat kan/ memancing dari
pihak luar.
b.
Dana Solidaritas
Disamping Dana Mit ra yang harus disediakan diawal keg iat an maka
pada saat proses angsuran j uga diperkenalkan
Dana Solidaritas
yait u
j umlah kelebihan dana angsuran yang disepakat i bersama, misalnya
angsuran Rp. 30. 000, 00/ bulan t et api anggot a sepakat membayar ke
KSM sebesar Rp. 35. 000, 00/ bulan. Dana Rp. 5. 000, 00 ini akan t et ap
dit abung dikelompok at as nama masing-masing anggot a yang
sewakt u-wakt u dapat digunakan bila t erj adi kemacet an angsuran
oleh beberapa anggot a kelompok sehingga dapat dit erapkan sist em
Tanggung Renteng.
BAB III
PELAKSANAAN P2BPK
3. 1 Ragam Kegiatan
Pada dasarnya kegiat an pembangunan perumahan bert umpu pada
kelompok dit uj ukan unt uk mengumpulkan warga masyarakat secara
t erorganisasi memecahkan permasalahan perumahan mereka sendiri dan
sekaligus menj adi wahana belaj ar bagi pihak- pihak per encana dan
pelaksana program sekt or perumahan sehingga t ercipt alah gerakan
pembangunan perumahan dari, oleh, dan unt uk masyarakat .
Unt uk it u maka kegiat an P2BPK ini dapat dibedakan menj adi t iga
kelompok kegiat an sebagai berikut :
(25)
a.
Kelompok kegiat an yang dit uj ukan unt uk mencipt akan peluang-
peluang yang mampu dimanf aat kan oleh masyarakat banyak.
Kelompok kegiat an ini mencakup upaya - upaya mencipt akan iklim
pembangunan rumah dan lingkungan dengan cara :
-
Meninj au kembali/ mengkaj i ulang upaya - upaya pembangunan
yang sudah/ sedang berlangsung.
-
Mencipt akan peluang- peluang baru.
-
Membuka kemudahan-kemudahan unt uk mendapat kan sumber
daya perumahan melalui perbaikan pengat uran dan
kelembagaan.
Kegiat an ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, koordinasi
perumusan kebij aksanaan dan program perumahan sert a
pe-ngembangan kelembagaan pelayanan t eknik.
b.
Kelompok kegiat an yang berlangsung dit uj ukan kepada kelompok
sasaran unt uk meningkat kan kemampuan mereka dalam bidang
manaj emen, ekonomi maupun pembang unan perumahan.
Kelompok ini mencakup upaya-upaya :
-
Mengorganisasi masyarakat sasaran menj adi kelompok swadaya
masyarakat / klien yang t erorganisasi (or gani zed cl i ent s
) dal am
bent uk organisasi f ormal.
-
Melakukan pekerj aan-pekerj aan yang t idak mampu / kurang
ef isien bila dilakukan oleh KSM.
-
Meningkat kan kemampuan kelompok unt uk menggali,
me-ngembangkan dan memobilisasikan sumber daya kelompok dan
sumber daya yang dapat diraih kelompok.
-
Meningkat kan kemampuan kelompok unt uk mengembangkan
kel ompok usaha bersama dalam usaha-usaha kecil (smal l
bussi nes ent r epr i se
).
Keempat kelompok t ersebut dapat dilakukan melalui proses
pembinaan, bimbingan, pendamping, pelat ihan dan negosiasi.
c.
Kelompok kegiat an yang dit uj ukan unt uk mengangkat pot ensi
kelompok ke dalam sist em pembangunan yang lebih luas.
(26)
-
Kelompok kegiat an ini mencakup upaya - upaya : Pengemasan
paket- paket program kelompok unt uk dapat dipasarkan kepada
pihak- pihak kerabat kerj a pembangunan.
-
Negosiasi dengan pihak- pihak kerabat kerj a pembangunan unt uk
mendapat kan sumber- sumber daya murah.
Kegiat an ini dapat dilakukan melalui berbagai lobby dan pert
emuan-pert emuan negosiasi.
3.2. Langkah-Langkah
a.
Pengorganisasian Peserta
Pada langkah kesat u KP mendampingi calon pesert a program
pembangunan
perumahan bert umpu pada kelompok dalam
membent uk organisasi/ kelompok swadaya masyarakat (KSM) sepert i
koperasi, paguyuban dan sebagainya.
Hasil : Terbent uk kelompok swadaya masyarakat (KSM)
b.
Penyusunan Aturan Main (
Rules of t he Game
)
Pada langkah kedua KP mendampingi KSM merumuskan dan mencapai
kesepakat an t uj uan kelompok dan kemungkinan langkah yang perlu
dilakukan unt uk mencapai t uj uan sert a kesepakat an at uran main
(
r ul es of t he game
) yang dianut oleh seluruh pesert a sepert i misalnya
anggaran dasar, anggaran dasar rumah t angga, t at a cara mengikut i
program P2BPK dan sebagainya.
Hasil :
Tuj uan kelompok dan at uran main yang disepakat i at au Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Tat a Cara mengikut i program P2BPK.
c.
Penyusunan Rencana Tindak (
Act ion Pl an
)
Pada langkah ket iga KP mendampingi KSM unt uk menyusun dan
mencapai kesepakat an rencana t idak unt uk pembangunan komunit as
dan perumahan. Dalam penyusunan rencana t indak ini diident if ikasi
sumber - sumber daya yang dibut uhkan dan pihak- pihak yang perlu
dilibat kan besert a wakt u yang dibut uhkan. Bila dalam proses
penyusunan rencana t indak t ersebut diperkirakan diperlukannya
ket erlibat an beberapa t enaga ahli/ konsult an t eknik maka t ugas KP
sej ak dini unt uk menghubungka n/ mempert emukan KSM dengan
konsult an t ek nik yang dibut uhkan.
(27)
Hasil :
Rencana t indak yang berbent uk langkah- langkah yang akan dil akukan
oleh KSM dalam upaya mencapai t uj uan akhir t ermasuk kemungkinan
masukan t enaga ahli yang diperlukan.
d.
Survei dan Penentuan Lokasi
Pada langkah keempat KP mendampingi KSM unt uk memilih dan
menyepakat i lokasi perumahan yang cocok dan penj aj agan awal
kemungkinan pembangunan perumahan di lokasi t ersebut .
Hasil ant ara lain :
-
Alt ernat if lokasi.
-
Pernyat aan dari Lurah yang diperkuat oleh Camat bahwa lahan
dilokasi t ersebut t idak dalam sengket a at au menj adi agunan.
-
Pernyat aan dari Inst ansi yang berwenang bahwa pembangunan
perumahan dilokasi t ersebut t idak menyalahi perunt ukan
lahan/ rencana t at a ruang.
-
Pernyat aan dari Inst ansi yang berwenang bahwa sert if ikat dapat
diproses.
-
Pernyat aan dari Inst ansi yang berwenang bahwa lokasi t ersebut
bebas banj ir.
-
Pernyat aan dari Inst ansi yang berwenang bahwa kandungan
airt anah memenuhi syarat unt uk air minum.
e.
Penyusunan Usulan Awal Proyek Perumahan
Pada langk ah kelima KP mendampingi KSM unt uk menyusun dan
menyepakat i Usulan Awal Program perumahan bert umpu pada
kelompok unt uk bahan penj aj agan kerj asama dengan pihak t erkait .
Hasil :
Usulan awal yang berisi :
-
Lat ar belakang pembangunan perumahan.
-
Maksud dan t uj uan program perumahan.
(28)
-
Gambaran umum warga KSM yang akan menyelenggarakan
pembangunan perumahan t ermasuk pot ensi ekonomi rat a-rat a
anggot a (prof il keluarga, prof il sosial dan ekonomi keluarga).
-
Gambaran pembangunan f isik mencakup lokasi, luas t iap kapl ing
dan luas lant ai bangunan rumah, biaya pembangunan.
-
Langkah- langkah yang t elah dilakukan oleh KSM dan hasilnya.
f.
Pendataan / Mawas diri (
Communit y SeIf Surve y
)
Pada l angkah keenam KP mendampingi KSM mel akukan pendat aan
pesert a program khususnya mengenai dat a keluarga, sosial ekonomi
dan harapan t iap pesert a.
Hasil :
-
Inf ormasi yang bersif at obyekt if mengenai :
§
Prof il keluarga (st rukt ur keluarga, karakt erist ik dari kepala
keluarga, j umlah keluarga).
§
Prof il sosial ekonomi keluarga (pendidikan, dist rt busi wakt u
di dalam/ luar rumah, pekerj aan j umlah dan st rukt ur
penghasilan, j umlah dan st rukt ur pengeluaran) ket erampilan
yang dimiliki.
§
Kondisi f isik hunian dan lingkungan (luas hunian, bahan
bangunan yang digunakan, pola dan kondisi pelayanan
prasarana air bersih, sampah, drainasi, sirkulasi, penguasaan
t erhadap bangunan dan lahan).
-
Inf ormasi yang bersif at subyekt if mengenai :
§
Tingkat kepuasan t erhadap kondisi f isik bangunan dan
lingkungan, j arak ke t empat k erj a dan j aringan t ransport asi.
§
Kesediaan menyisihkan dana unt uk rumah, membangun
bersama/ got ong royong.
(29)
g.
Penyusunan Usulan Proyek Pembangunan Perumahan
Pada l angkah ket uj uh KP mendampingi KSM mel akukan penyusulan
Usulan Proyek Pembangunan perumahan dan
Pembangunan
Komunit as unt uk diaj ukan ke pihak t erkait t ermasuk pengel ol a
sumber daya (bank, develover, pemerint ah daerah, dsb) sebagai
bahan pert imbangan negosiasi dan perizinan.
Hasil :
Usulan Proyek P2BPK (Pembangunan Perumahan Bert umpu Pada
Kelompok) dan Pembangunan Komunit as.
h.
Negosiasi dan Penilaian (
Appraisal
)
Pada langkah kedelapan KP mendampingi KSM melakukan negosiasi
dengan pihak- pihak t erkait unt uk mendapat kan kesepakat an t indak.
Negosiasi ini j uga dapat dilakukan secara lokakarya. Pada lokakarya
ini usulan proyek pembangunan dari pihak KSM dibahas dan dinilai.
Hasil :
Kesepakat an-kesepakat an ant ar kerabat kerj a, Bank, Developer,
Dinas-dinas, KSM.
i.
Realisasi Kesepakatan Tindak
Langkah kesembilan merupakan realisasi dari kesepakat
an-kesepakat an yang t elah dibuat pada langkah ke-8. Sering kali realisasi
kesepakat an sangat lambat unt uk it u maka diperlukan peranan
Lembaga Pemampu Keswadayaan Masyarakat (LPKM) yang mampu
memberikan dana-dana yang bersif at sement ara sampai sehingga
likuidit as KSM dapat t erj amin.
Hasil :
Perj anj ian Akad Kredit (lahan, konst ruksi/ pembangunan, izin-izin,
dsb).
(30)
j .
Pembangunan Rumah
Pada langkah kesepuluh dilakukan proses penyiapan lapangan dan
dilanj ut kan dengan pembangunan rumah.
Hasil :
Lingkungan Perumahan Sehat .
k.
Penghunian
Pada langkah kesepuluh dilakukan realisasi perj anj ian ant ara warga/
anggot a dengan KSM khususnya mengenai persyarat an penghunian
dan pembayaran angsuran.
Hasil :
Anggot a KSM t inggal di lingkungan perumahan sehat .
l.
Pembinaan Lanj ut
Disamping pembangunan perumahan pada langkah kesebelas ini
secara t erus menerus pembangunan komunit as dilakukan sehingga
secara menyeluruh masyarakat pesert a P2BPK yang t erorganisasi ini
mampu mengent askan diri dari hambat an-hambat an sosial ekonomi.
Hasil :
(31)
Lampiran 1 : Pengertian
a. Rumah
:
Bangunan yang f ungsi ut amanya adalah t empat t inggal.
b. Perumahan
:
Sekelompok bangunan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan t erbat as yang f ungsi ut amanya adalah t empat t inggal.
c. Masyarakat
:
Merupakan pengert ian generik dari seluruh rakyat , baik sebagai individu
maupun kel ompok.
d. Kelompok
:
Himpunan warga masyarakat yang memiliki kepent ingan dan t uj uan yang
sama menyelenggarakan pembangunan perumahan mereka.
e. Pembangunan bert umpu pada masyarakat:
Pembangunan yang mendudukkan masyarakat sebagai pelaku ut ama,
sehingga semua keput usan didasarkan at as aspirasi, k epent ingan/
kebut uhan, kemampuan dan upaya masyarakat .
f . Pembangunan perumahan bert umpu pada masyarakat (P2BPM) :
Pembangunan perumahan yang mendudukkan masyarakat sebagai pelaku
ut ama (aplikasi ancangan pembangunan bert umpu pada masyarakat dal am
bidang perumahan) .
g. Pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok (P2BPK) :
Pembangunan perumahan yang mendudukan kelompok masyarakat yang
t erorganisasi (
organi zed cl i ent s) sebagai pelaku ut ama.
h. BKP4N :
Badan Kebij aksanaan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Nasional .
i. BP4D :
Badan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional.
j . Konsult an Pembangunan :
Konsult an yang mendampingi klien unt uk secara mandiri mampu
memecah-kan permasalahan yang dihadapinya.
(32)
Lampiran 2 : Kredit Triguna
a. Pengertian
Kredit Triguna adalah pola pemberian kredit kepada kelompok upaya
bersama/ kooperat if unt uk membiayai pengadaan rumah (pengadaan lahan,
pemat angan lahan, dan konst ruksi rumah) dan usaha peningkat an
penghasilan, dengan pencairan secara bert ahap sesuai dengan kemaj uan
pekerj aan. Hasil f isik (lahan dan bangunan) menj adi agunan lembaga
pemberi Kredit Triguna.
Kredit ini merupakan bersubsidi dengan bunga rendah dengan debit ur
adalah Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai kelompok usaha/ upaya
bersama.
b. Pagu Kredit Maksimum
Pagu kredit maksimum adalah sama dengan pagu kredit maksi mum yang
berlaku unt uk j enis rumah yang akan dihasilkan (Rumah Sederhana/ Rumah
Sangat Sederhana). Unt uk sement ara dipriorit askan j enis-j enis rumah yang
masuk kat egori paket A (RS/ RSS).
c. Pola Pencairan Kredit
Sebagai Dana Awal (
Pre Financing
)
- Pencairan bert ahap sesuai dengan t ahapan proses konst ruksi.
- Pencairan bert ahap sesuai dengan pengelompokan pembangunan RS/ RSS.
Secara rinci pencairan Kredit Triguna sebagai dana awal adalah :
Pencairan kredit pert ama dilakukan pada saat penandat anganan akad kredit
sej umlah yang disepakat i ant ara kredit or dan debit or.
Selanj ut nya berapa kali pencairan kredit dilakukan sesuai kesepakat an
ant ara kredit or dan debit or dengan ket ent uan :
- Tiap kali pencairan maka nilai prest asi pekerj aan (baik berbent uk
komponen bangunan/ unit rumah) sekurang-kurangnya 10/ 9 dar i nilai
t ot al kredit yang t elah dit erima.
- Nilai rupiah dari t iap kali pencairan harus mampu menghasilkan
pekerj aan yang dapat dij adikan kolat eral (komponen bangunan/ unit
rumah).
(33)
- Jumlah berapa kali pencairan unt uk t iap kali paket kredit dapat diat ur
dengan memperhat ikan but ir c t ersebut diat as.
Sebagai Dana Akhir (
End Financing
)
- Pencairan bert ahap sesuai dengan j umlah unit rumah yang dihasilkan
oleh KSM (pola hipot ek berant ai).
Pola hipot ek berant ai ini merupakan modif ikasi pemanf aat an Kredit Triguna
dimana SKM/ kel ompok memul ai produksi rumah (dengan/ t anpa bekerj a
sama dengan pihak lain) t erlebih dahulu dan hasil pembangunan pada t iap
put aran dalam bent uk unit rumah dihipot ekkan ke lembaga pemberi kredit
secara berant ai. Dalam kasus pembangunan bert umpu pada kelompok ini
maka KSM/ kelompok harus dilihat sebagai produser dan sekaligus
konsumer.
Pola hipot ek berant ai ini sangat cocok digunakan bila kelompok mampu
menggalang dana mit ra sebagai modal awal pembangunan yang cukup unt uk
memulai dengan pembangunan sej umlah rumah. Hasil berupa unit rumah
pada put ar an pert ama ini kemudian dihipot ekan unt uk memperoleh
likuidit as guna melanj ut kan pembangunan pada put aran ke dua dan
sel anj ut nya sehingga sel uruh kebut uhan rumah dari anggot a kelompok t er
-penuhi.
Unt uk mengga lang modal awal , KSM/ kel ompok dapat bekerj a sama dengan
pemilik lahan t anpa harus membayar t erlebih dahulu. Jadi Dana Mit ra yang
t erkumpul dapat digunakan unt uk memat angkan lahan dan membangun
rumah secara bert ahap.
Bila kemudian pada put aran I t ersebut dihipot ekk an maka dana yang
diperoleh dapat digunakan unt uk membayar lahan put aran I dan unt uk
melanj ut kan pembangunan put aran I dan unt uk melanj ut kan pembangunan
put aran II, dst .
Pola pencairan ini j uga t et ap menunt ut adanya Dana Mit ra
sekurang-kurangnya 10% dari nilai rumah (lahan dan Bangunan).
(1)
- Gambaran umum warga KSM yang akan menyelenggarakan pembangunan perumahan t ermasuk pot ensi ekonomi rat a-rat a anggot a (prof il keluarga, prof il sosial dan ekonomi keluarga). - Gambaran pembangunan f isik mencakup lokasi, luas t iap kapl ing
dan luas lant ai bangunan rumah, biaya pembangunan.
- Langkah- langkah yang t elah dilakukan oleh KSM dan hasilnya. f. Pendataan / Mawas diri (Communit y SeIf Surve y)
Pada l angkah keenam KP mendampingi KSM mel akukan pendat aan pesert a program khususnya mengenai dat a keluarga, sosial ekonomi dan harapan t iap pesert a.
Hasil :
- Inf ormasi yang bersif at obyekt if mengenai :
§ Prof il keluarga (st rukt ur keluarga, karakt erist ik dari kepala keluarga, j umlah keluarga).
§ Prof il sosial ekonomi keluarga (pendidikan, dist rt busi wakt u di dalam/ luar rumah, pekerj aan j umlah dan st rukt ur penghasilan, j umlah dan st rukt ur pengeluaran) ket erampilan yang dimiliki.
§ Kondisi f isik hunian dan lingkungan (luas hunian, bahan bangunan yang digunakan, pola dan kondisi pelayanan prasarana air bersih, sampah, drainasi, sirkulasi, penguasaan t erhadap bangunan dan lahan).
- Inf ormasi yang bersif at subyekt if mengenai :
§ Tingkat kepuasan t erhadap kondisi f isik bangunan dan lingkungan, j arak ke t empat k erj a dan j aringan t ransport asi. § Kesediaan menyisihkan dana unt uk rumah, membangun
(2)
g. Penyusunan Usulan Proyek Pembangunan Perumahan
Pada l angkah ket uj uh KP mendampingi KSM mel akukan penyusulan Usulan Proyek Pembangunan perumahan dan Pembangunan Komunit as unt uk diaj ukan ke pihak t erkait t ermasuk pengel ol a sumber daya (bank, develover, pemerint ah daerah, dsb) sebagai bahan pert imbangan negosiasi dan perizinan.
Hasil :
Usulan Proyek P2BPK (Pembangunan Perumahan Bert umpu Pada Kelompok) dan Pembangunan Komunit as.
h. Negosiasi dan Penilaian (Appraisal)
Pada langkah kedelapan KP mendampingi KSM melakukan negosiasi dengan pihak- pihak t erkait unt uk mendapat kan kesepakat an t indak. Negosiasi ini j uga dapat dilakukan secara lokakarya. Pada lokakarya ini usulan proyek pembangunan dari pihak KSM dibahas dan dinilai. Hasil :
Kesepakat an-kesepakat an ant ar kerabat kerj a, Bank, Developer, Dinas-dinas, KSM.
i. Realisasi Kesepakatan Tindak
Langkah kesembilan merupakan realisasi dari kesepakat an-kesepakat an yang t elah dibuat pada langkah ke-8. Sering kali realisasi kesepakat an sangat lambat unt uk it u maka diperlukan peranan Lembaga Pemampu Keswadayaan Masyarakat (LPKM) yang mampu memberikan dana-dana yang bersif at sement ara sampai sehingga likuidit as KSM dapat t erj amin.
Hasil :
Perj anj ian Akad Kredit (lahan, konst ruksi/ pembangunan, izin-izin, dsb).
(3)
j . Pembangunan Rumah
Pada langkah kesepuluh dilakukan proses penyiapan lapangan dan dilanj ut kan dengan pembangunan rumah.
Hasil :
Lingkungan Perumahan Sehat . k. Penghunian
Pada langkah kesepuluh dilakukan realisasi perj anj ian ant ara warga/ anggot a dengan KSM khususnya mengenai persyarat an penghunian dan pembayaran angsuran.
Hasil :
Anggot a KSM t inggal di lingkungan perumahan sehat . l. Pembinaan Lanj ut
Disamping pembangunan perumahan pada langkah kesebelas ini secara t erus menerus pembangunan komunit as dilakukan sehingga secara menyeluruh masyarakat pesert a P2BPK yang t erorganisasi ini mampu mengent askan diri dari hambat an-hambat an sosial ekonomi. Hasil :
(4)
Lampiran 1 : Pengertian a. Rumah :
Bangunan yang f ungsi ut amanya adalah t empat t inggal. b. Perumahan :
Sekelompok bangunan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan t erbat as yang f ungsi ut amanya adalah t empat t inggal.
c. Masyarakat :
Merupakan pengert ian generik dari seluruh rakyat , baik sebagai individu maupun kel ompok.
d. Kelompok :
Himpunan warga masyarakat yang memiliki kepent ingan dan t uj uan yang sama menyelenggarakan pembangunan perumahan mereka.
e. Pembangunan bert umpu pada masyarakat:
Pembangunan yang mendudukkan masyarakat sebagai pelaku ut ama, sehingga semua keput usan didasarkan at as aspirasi, k epent ingan/ kebut uhan, kemampuan dan upaya masyarakat .
f . Pembangunan perumahan bert umpu pada masyarakat (P2BPM) :
Pembangunan perumahan yang mendudukkan masyarakat sebagai pelaku ut ama (aplikasi ancangan pembangunan bert umpu pada masyarakat dal am bidang perumahan) .
g. Pembangunan perumahan bert umpu pada kelompok (P2BPK) :
Pembangunan perumahan yang mendudukan kelompok masyarakat yang t erorganisasi (organi zed cl i ent s) sebagai pelaku ut ama.
h. BKP4N :
Badan Kebij aksanaan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional .
i. BP4D :
Badan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional. j . Konsult an Pembangunan :
Konsult an yang mendampingi klien unt uk secara mandiri mampu memecah-kan permasalahan yang dihadapinya.
(5)
Lampiran 2 : Kredit Triguna a. Pengertian
Kredit Triguna adalah pola pemberian kredit kepada kelompok upaya bersama/ kooperat if unt uk membiayai pengadaan rumah (pengadaan lahan, pemat angan lahan, dan konst ruksi rumah) dan usaha peningkat an penghasilan, dengan pencairan secara bert ahap sesuai dengan kemaj uan pekerj aan. Hasil f isik (lahan dan bangunan) menj adi agunan lembaga pemberi Kredit Triguna.
Kredit ini merupakan bersubsidi dengan bunga rendah dengan debit ur adalah Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai kelompok usaha/ upaya bersama.
b. Pagu Kredit Maksimum
Pagu kredit maksimum adalah sama dengan pagu kredit maksi mum yang berlaku unt uk j enis rumah yang akan dihasilkan (Rumah Sederhana/ Rumah Sangat Sederhana). Unt uk sement ara dipriorit askan j enis-j enis rumah yang masuk kat egori paket A (RS/ RSS).
c. Pola Pencairan Kredit
Sebagai Dana Awal (Pre Financing)
- Pencairan bert ahap sesuai dengan t ahapan proses konst ruksi.
- Pencairan bert ahap sesuai dengan pengelompokan pembangunan RS/ RSS. Secara rinci pencairan Kredit Triguna sebagai dana awal adalah :
Pencairan kredit pert ama dilakukan pada saat penandat anganan akad kredit sej umlah yang disepakat i ant ara kredit or dan debit or.
Selanj ut nya berapa kali pencairan kredit dilakukan sesuai kesepakat an ant ara kredit or dan debit or dengan ket ent uan :
(6)
- Jumlah berapa kali pencairan unt uk t iap kali paket kredit dapat diat ur dengan memperhat ikan but ir c t ersebut diat as.
Sebagai Dana Akhir (End Financing)
- Pencairan bert ahap sesuai dengan j umlah unit rumah yang dihasilkan oleh KSM (pola hipot ek berant ai).
Pola hipot ek berant ai ini merupakan modif ikasi pemanf aat an Kredit Triguna dimana SKM/ kel ompok memul ai produksi rumah (dengan/ t anpa bekerj a sama dengan pihak lain) t erlebih dahulu dan hasil pembangunan pada t iap put aran dalam bent uk unit rumah dihipot ekkan ke lembaga pemberi kredit secara berant ai. Dalam kasus pembangunan bert umpu pada kelompok ini maka KSM/ kelompok harus dilihat sebagai produser dan sekaligus konsumer.
Pola hipot ek berant ai ini sangat cocok digunakan bila kelompok mampu menggalang dana mit ra sebagai modal awal pembangunan yang cukup unt uk memulai dengan pembangunan sej umlah rumah. Hasil berupa unit rumah pada put ar an pert ama ini kemudian dihipot ekan unt uk memperoleh likuidit as guna melanj ut kan pembangunan pada put aran ke dua dan sel anj ut nya sehingga sel uruh kebut uhan rumah dari anggot a kelompok t er -penuhi.
Unt uk mengga lang modal awal , KSM/ kel ompok dapat bekerj a sama dengan pemilik lahan t anpa harus membayar t erlebih dahulu. Jadi Dana Mit ra yang t erkumpul dapat digunakan unt uk memat angkan lahan dan membangun rumah secara bert ahap.
Bila kemudian pada put aran I t ersebut dihipot ekk an maka dana yang diperoleh dapat digunakan unt uk membayar lahan put aran I dan unt uk melanj ut kan pembangunan put aran I dan unt uk melanj ut kan pembangunan put aran II, dst .
Pola pencairan ini j uga t et ap menunt ut adanya Dana Mit ra sekurang-kurangnya 10% dari nilai rumah (lahan dan Bangunan).