Choice of Law dan Ketertiban

BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 5 Volum e 3 Nom or 3, Desem ber 2005 dalam menyelesaikan sengketa para pihak hukum negara pihak penanggung guarantor dapat sebagai tempat penyelesaiannya. Selanjutnya disinggung pula substansi pengaturan berkaitan dengan benda bergerak yang harus didaftarkan, dan intellectual property yang sudah disetujui dalam sidang sebelumnya sebagai security right intangible property , yang akan dilanjutkan di New York. Pembahasan yang dilakukan oleh Pokja Hukum UNCITRAL tersebut merupakan pembahasan yang selama ini telah dilakukan, dan sebagian sudah mencapai kesepakatan, antara lain E- Commerce, the Use of Elect ronic Communications in International Contracts, yang dibahas oleh Pokja IV sebagai respon terhadap kebutuhan hukum berkaitan dengan secured transaction , yang secara efisien diharapkan mampu menghilangkan hambatan hukum dan memberikan dampak positif terhadap kesediaan biaya bagi kredit. 13 Pelaksanaan Sidang Working Group UNCITRAL yang diselenggarakan tanggal 5-9 September 2005, membahas masalah security interest, sesi ke 8 untuk draft rancangan ketentuan hukum secured 13 Sebagian besar masih dalam proses pembahasan. Substansi yang dibahas adalah mengenai procurement Pokja I, arbit rat ion pokja II , t ransport law Pokja III, insolvency law Pokja V, dan securit y int erest Pokja VI. Securit y int erest oleh Pokja VI merupakan lanjutan pembahasan pada sesi 7, diselenggarakan di New York pada tanggak 24-28 Januari 2005. transaction , dengan fokus secured credit law . Pertimbangan pembahasan isu mengenai secured credit law ini adalah merupakan respon terhadap kendala-kendala hukum yang timbul dalam pelaksanaan penyediaan dan pembiayaan bank. Beberapa hasil keputusan dalam pembahasan Working Group VI tersebut adalah chapter IX tentang insolvency, chapter X tentang acquisition financing , dan chapter XI tentang conflict of law . Diskusi terkait dengan conflict of law antara lain menyinggung tentang bank account rekening bank, dan security account surat berharga. Kedua instrumen ini sulit dibedakan dalam pelaksanaan fungsi bank sebagai pihak ketiga dalam melayani nasabah. Security account berfungsi sebagai pemenuhan kew ajiban yang diatur terakhir dalam Hague Convention lebih kompleks dari bank account . Kesepakatan pemanfaatan surat berharga sebagai pemenuhan kew ajiban mengikuti perjanjian pokok, dan harus dibayar saat jatuh tempo oleh penerbit.

2. Choice of Law dan Ketertiban

Umum Ketertiban umum dan choice of law merupakan dua asas hukum sangat penting dalam conflict of law . Para ahli beranggapan bahw a ketertiban umum berfungsi sebagai lembaga yang membatasi kebebasan para BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 6 Volum e 3 Nom or 3, Desem ber 2005 pihak dalam menentukan choice of law yaitu memilih hukum yang berlaku bagi mereka apabila terjadi sengketa. Hijman mengatakan dalam bidang perdata internasional masih didiskusikan tentang seberapa jauhkah arti dari hak para pihak dalam menentukan hukum bagi mereka. Apakah keinginan para pihak memiliki peranan dalam menentukan hukum yang harus diperlakukan. Berkaitan dengan partij-autonomie dikatakan bahw a “ M et dit vragstuk raak ik een hoofdproblemen, van het geheele privaatrecht: de betekenis van den menselijken w il voor het recht” . Dengan pertanyaan ini sampailah saya pada masalah yang utama dari keseluruhan hukum perdata: arti dari keinginan manusia terhadap hukum–Terjemahan Redaksi Choice of law sangat penting dihubungkan dengan ketertiban umum, yang bila dilihat dari sudut pandang falsafah peranan kemauan individu terhadap hukum yang berlaku w ildogma dan ajaran Romaw i. Persoalan pilihan hukum dalam bidang bisnis internasional menampilkan unsur-unsur falsafah hukum, mengandung pula segi-segi teori hukum, praktek hukum dan politik hukum, yang oleh Kosters disebut sebagai de hoek steen van het rechtstelsel batu penjuru dari suatu sistem hukum-Terjemahan Redaksi. Pendekatan semacam ini dapat mempengaruhi pandangan ke arah falsafah tentang sejauh manakah peranan kemauan individu terhadap hukum yang berlaku, atau dalam hukum romaw i mengenai animus, voluntas, consentire , yang substansinya tidak diuraikan lebih jauh dalam tulisan ini. Persoalannya adalah dalam menentukan haknya bila terjadi conflict of law . Para ahli dibidang bisnis internasional mengakui bahw a secara empiris prinsip pilihan hukum dibidang kontrak dipergunakan di dunia tanpa mempersoalkan pandangan secara dogmatis yang dikemukakan para ahli. Pelaksanaannya lebih didasarkan pada pertimbangan dari segi prinsip- prinsip ekonomi, dan hukum, berkaitan dengan batas-batas kew enangan choice of law . Batas kew enangan choice of law dapat dilakukan secara tidak terbatas, atau dibatasi hanya dalam hal-hal tertentu, yaitu tentang hukum manakah yang berlaku bagi kontrak yang disepakati para pihak, dan sejauh manakah para pihak dapat menentukan sendiri hukum yang dipergunakan bagi hubungan hukum mereka, dan apabila para pihak tidak menggunakan haknya untuk memilih hukum yang berlaku bagi mereka maka hukum manakah yang menjadi dasar pelaksanaan kontrak mereka. Ketentuan apakah yang pantas diterapkan apabila para pihak tidak mempergunakan haknya dalam BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 7 Volum e 3 Nom or 3, Desem ber 2005 menentukan pilihan hukum, dan apabila menggunakannya hak tersebut ditinjau dari sifat kebebasan untuk menentukan sendiri hukum yang berlaku bagi para pihak yang berkontrak sesuai dengan logika atau bertentangan dengan sifat memaksa dw ingend dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Juga merupakan persoalan apakah para pihak bebas dalam pilihan mereka atau sangat terbatas dalam kemampuan mereka ini. Apakah para pihak dapat menentukan kaidah-kaidah tertentu tunduk atau berlaku hanya terhadap bagian- bagian tertentu dalam kontrak, sehingga dalam satu kontrak terdapat beberapa kaidah yang menjadi dasar penundukan sebagian tunduk kepada hukum tertentu, sedangkan bagian lainnya dari kontrak tunduk kepada hukum lain perlu diamati secara tersendiri. Berkaitan dengan substansi ini, Rabel yang mendukung prinsip kebebasan memilih hukum mengatakan bahw a para pihak berhak menentukan hukum yang berlaku dalam kontrak mereka. 14 Secara empiris dapat dilihat pada hasil penelitian terhadap keputusan M ahkamah Agung Internasional, dan badan-badan arbitrase 14 Rabel, dalam Sudargo Gautama, op.cit, hal 122, mengatakan bahwa “despite some the parties to a contract have a right to determine the law applicable to their contractual relationship only the limits may be controversial. Hence the recent literature interest it self more in the limits to imposed upon the autonomy of the parties intention than in challenging its existence”. internasional tentang adanya pengakuan terhadap hak pilihan hukum bagi para pihak the principle of the importance of the intention of the parties has been adopted by most courts and publicits . Sudargo Gautama mengemukakan pendapat Winter dalam suatu karangan khusus mengenai peranan yang memaksa pada perjanjian-perjanjian internasional tentang penerimaan pilihan hukum oleh para pihak berkenaan dengan dilakukannya kontrak-kontrak internasional. 15 Ketertiban umum memiliki beberapa fungsi dihubungkan dengan choice of law , pertama; sebagai rem atau penghambat, yaitu membatasi diberlakukannya hukum asing dalam hal-hal tertentu. Kedua; untuk menghalangi kebebasan hak otonomi para pihak dalam menentukan berlakunya hukum dalam kontrak mereka. Ketiga; sebagai elemen yang membatasi berlakunya stelsel hukum asing yang tidak sesuai dengan stelsel hukum dari hakim yang mengadili sengketa para pihak; dan keempat; sebagai perlindungan terhadap pemakaian otonomi hak para pihak dalam choice of law yang terlampau luas. Fungsi ketertiban umum tersebut secara empiris terdapat di Cina. Ketentuan hukum Cina melarang 15 De Winter, LJ, Dwingen Recht bij Internasionale Overeenkomsten, University of Leiden, Marthijn Nijhof, Nederland, 1964, hal 329-331. “ Deze opvat t ing, die aanvankelijk op bezw aren van dogmat ische aard st uit t e, w ordt t hans in vrijw ealle landen zow el in de recht spraak als de w et enschap aanvaard” BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 8 Volum e 3 Nom or 3, Desem ber 2005 pelaksanaan choice of law dalam kontrak bisnis yang terkait dengan teknologi. Ketentuan hukum yang dipergunakan adalah hukum Cina. Ketentuan yang ditetapkan oleh M enteri Perdagangan dan Ekonomi Cina itu mengenai kebijakan impor teknologi di RRC. 16 Oleh karena itu menurut Niboyet, salah satu ahli yang menentang otonomi para pihak, mengatakan bahw a apabila istilah otonomi dipergunakan perlu membatasi pengertiannya, misalnya dalam bentuk definisi untuk menghindari pelaksanaan yang luas. 17 Caleb menyebut ketertiban umum atau openbare orde Belanda, dan ordre public Perancis, sebagai pembatasan utama kebebasan untuk melaksanakan kemauan seseorang dalam bidang kontrak untuk menghindari terjadinya penyelundupan hukum. Penyelundupan hukum itu dapat dilakukan melalui perubahan titik taut yang menentukan dalam proses hukum yang dipakai sebagai dasar dalam penyelesaian suatu peristiw a 16 Douglas C. Markel dan Randy Peerenboom. The Technology Transfer Tango, The China Business, January-February 1997, P. 25. 17 Niboyet, dalam Subekti, op.cit. hal. 12 Volker Triebel dalam The Choice of Law in Commercial Relations, A German Prespective, International and Comparative Law Quarterly, Vol. 37, October 1988, P. 939, mengemukakan bahwa di negara- negara lain antara lain Jerman membentuk undang-undang yang membatasi part y aut onomy , yaitu t he act on t he regulat ion of st andardized cont ract . Pilihan hukum para pihaktidak boleh mengabaikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila kontrak bersifat publik, misalnya public of f er , public advert ising di Jerman. hukum. Peranan subyektif dengan jalan memindahkan atau mengubah titik-titik taut penentu ke arah stelsel hukum lain yang dikendaki dapat berakibat terjadinya penyelundupan hukum ini. Penyelundupan hukum adalah penggeseran titik-titik pertalian obyektif yang menentukan titik pertalian sekunder. Para pihak melakukan perubahan domicilie, atau menutup kontrak di luar negeri, atau memilih tempat pelaksanaan lex loci executionis di luar negeri. Secara hukum, pilihan hukum dapat dilakukan dengan titik pertalian yang bersifat obyektif, seperti misalnya kew arganegaraan lex patriea , domisili lex domicilie, tempat letaknya benda lex rei sitae, tempat kontrak dilaksanakan lex loci contractus , dan sebagainya. Untuk menghindari terjadinya penyelundupan hukum, melalui sikap pihak bersangkutan secara sew enang-w enang memilih hukum yang dibalut kepentingan menguntungkan dirinya sendiri, dan bukan hukum yang berlaku di negara salah satu pihak yang melakukan kontrak, maka diterapkan persyaratan secara tegas. 18 18 Yurispudensi negara-negara dengan sistem hukum Anglo Saxon sangat tegas menerapkan persayaratan ini. Misalnya dalam hukum Inggris, sebagai jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan oleh pemerintah Belanda berhubung dengan Konfrensi ke-6 di Den Haag mengenai jual beli internasional telah dikemukakan antara lain: “ The view adopt ed in English Law is t hat a cont ract ought t o be governed and is governed by t he law or law s t o w hich t he part ies int ended t o summit t hemselves. When t he part ies expressly BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 9 Volum e 3 Nom or 3, Desem ber 2005 Jika dilakukan perbuatan bersangkutan di tempat tertentu, maka pilihan tempat ini tidak dengan sengaja dipilih dengan maksud untuk melakukan penyelundupan. Rabel mengemukakan “ the place should not be intentionaly selected for the purpose of evasion ” , dalam berbagai sistem hukum tertentu disyaratkan bahw a pemilihan hanya dapat dilakukan mengenai hukum yang benar-benar mempunyai hubungan nyata dengan peristiw a hukum yang bersangkutan. Pemilihan hanya terhadap hukum yang ada hubungan tertentu dengan kontrak bersangkutan. Persyaratan di atas merupakan usaha untuk menghindari kemungkinan pilihan hukum berubah menjadi penyelundupan hukum. Dalam hubungan ini dapat ditunjuk pada perkara-perkara riba, yang seringkali terjadi pada Yurispudensi USA tentang perbedaan “ rate” bunga dan syarat-syaratnya di berbagai negara bagian, mengakibatkan terjadinya penyelundupan hukum dengan jalan pilihan-hukum. Dalam hal ini Hakim berpendirian bahw a pilihan hukum hanya dapat diterima, jika hukum yang dipilih merupakan hukum domisili sebenarnya para pihak dan kontrak ditutup, sekaligus st ipulat e t hat t heir cont ract shall be governed by t he cont ract , provided t hat t he st ipulat ion express t he bonaf ide int ent ion of t he part ies. But a cont ract w ill not be enf orced in England, w het her law f ul by t he law w hich t he part ies int ended t o be applicable or not , 1 if it or t he enf orcement of it is opposed in English int erest s of st at e, or t o t he police of t he English law , or t he moral rules upheld by English law…” dianggap dibuat, dan dilaksanakan dan dilakukannya pembayaran. 19

3. Choice of Law Dalam Praktek