Sastra dan Pembelajaran Sastra

12

C. Model-model Pembelajaran Sastra

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’nya Depdiknas, 2003:1. Suryaman 2010:2 menyebutkan ada beberapa model dalam pembelajaran sastra: 1. Model Stratta Model ini diciptakan oleh Leslie Stratta. Terdapat tiga tahapan di dalam pembelajaran dengan model Stratta, yakni: a. tahap penjelajahan misalnya, mengajukan pertanyaan atas karya yang akan diapresiasi kemudian menjawabnya berdasarkan pengertian pribadi; b. tahap interpretasi membandingkan kesamaan dan perbedaan antara yang ada dalam karya dengan jawaban sendiri; dan c. tahap rekreasi melisankan puisi, prosa atau dramayang telah diapresiasi dan yang lain mengevaluasi. 2. Model Induktif Model ini diciptakan oleh Hilda Taba. Model Taba sangat dekat penalaran induktif. Di samping itu, model ini juga merupakan pengejawantahan dari teori belajar kontruktif dan inkuiri. Model ini diorientasikan pada pembelajaran berorientasi pemrosesan informasi. Langkah-langkahnya adalah: a. pembentukan konsep mendata, mengklasifikasi, memberi nama terhadap karya yang diapresiasi; b. analisis konsep menafsirkan, membandingkan, menggeneralisasikan; serta 13 c. penerapan prinsip menganalisis masalah baru, membuat hipotesis, menjawab hipotesis dan dapat diakhiri melalui penciptaan karya baru. 3. Model Analisis Pencipta Model Analisis adalah S.H. Burton. Model ini menekankan pada proses analisis terhadap sesuatu, dan kemudian menentukan unsur-unsur yang akan dianalisisnya. 4. Model Sinektik Pencipta Model Sinektik Willian J. Gordon. Orientasi utama dari model ini adalah pembentukan kreatifitas pada siswa. Gordon menggunakan tiga jenis proses kreatif, yakni: a. analogi langsung mengandaikan siswa menjadi pengarang; b. analogi personal membandingkan pengalaman pengarang dengan pengalaman siswa; serta c. analogi keempaan membandingkan cara pengarang dengan cara siswa dalam menyelesaikan masalah. 5. Model Bermain Peran Pencipta model bermain peran adalah Torrance. Model ini sangat mirip dengan pementasan drama sederhana. Namun, peran di dalam bermain peran diambil dari kehidupan nyata, bukan kehidupan imajinasi. Ada beberapa tahap dalam model ini yakni; 1 memotivasi, 2 kelompok, 3 pemilihan pemain, 4 penyiapan pengamat, 5 penyiapan tahap dan peran, 6 pemeranan, 7 diskusi dan evaluasi tahap I, 8 pemeranan ulang, 9 diskusi dan evaluasi tahap II, 10 serta pembagian pengalaman dan generalisasi.