PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA KELAS XI SEKOLAH INKLUSI MAN MAGUWOHARJO.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogayakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

oleh

Arbaina Nurru Hidayati NIM 12201241066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

“Bahagiankanlah orang tuamu maka akan terbuka jalan kesuksesanmu” (Penulis)

“Tulislah sesuatu yang layak untuk dibaca atau lakukan sesuatu yang layak untuk ditulis”

(Benjamin Franklin)

“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”


(6)

vi

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Suharno dan Ibu Farida Nurlaila 2. Ketiga kakakku, Mas Jajang, Mas Ujik, Mas Uma

3. Seluruh keluargaku 4. Teman-teman tersayang


(7)

vii

memberikan berkat rahmat, hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada dosen pembimbing, Dr. Anwar Efendi, M.Si., yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang tidak henti-hentinya di sela kesibukannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Tidak lupa terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah MAN Maguwoharjo, Bapak Drs. Aris Fuad, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di MAN Maguwoharjo. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Heru Prabowo, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia sekaligus pembimbing selama penelitian. Terima kasih pula kepada siswa Kelas XI IPA 2, XI IPS 1, dan XI Agama MAN Maguwoharjo yang sudah bekerja sama selama penelitian. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Bahtera atas kebersamaan, dukungan moral, bantuan, dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menjalani studi dengan baik dan penuh kebahagiaan.

Akhirnya, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang menjadi motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Kakak-kakak, Mas Jajang, Mas Ujik, Mas Uma yang telah memberikan dukungan


(8)

viii dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.


(9)

ix

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... G. Batasan Istilah ... 1 4 5 5 6 6 8 BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Konsep Sekolah Inklusi ... B. Pembelajaran ... C. Pembelajaran Sastra ... D. Komponen Pembelajaran Sastra ... 1. Siswa ... 2. Guru ... 3. Tujuan Pembelajaran ...

9 10 11 12 12 13 14


(10)

x

7. Media Pembelajaran ... 8. Evaluasi Pembelajaran ... E. Metode yang Relevan ...

17 17 18 BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Pendekatan Penelitian ... B. Objek dan Subjek Penelitian ... C. Wujud Data ... D. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Pengamatan Berpartisipasi ... 2. Wawancara ... 3. Analisis Dokumen ... E. Instrumen Penelitian ... F. Teknik Kredibilitas Penelitian ...

1. Perpanjangan Keikutsertaan ... 2. Ketekunan ... 3. Triangulasi ... G. Teknik Analisis Data ...

20 20 23 23 23 23 24 25 26 26 27 27 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 1. Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah

Inklusi MAN Maguwoharjo ... 5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI

29

30

31

33


(11)

xi

2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo ... 3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo ... 4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah

Inklusi MAN Maguwoharjo ... 5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI

Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo ...

42

50

59

65 BAB V PENUTUP ... 66

A. Simpulan ... B. Saran ...

66 69 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN ... 72


(12)

xii

Tabel 2 : Jumlah Siswa Inklusi MAN Maguwoharjo ... 21 Tabel 3 : Deskripsi Kondisi Fisik MAN Maguwoharjo ... 22 Tabel 4 : Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Sastra

Kelas XI MAN Maguwoharjo ...

30

Tabel 5 : Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo ...

40

Tabel 6 : Kompetensi Dasar dan Indikator pada RPP yang Dibuat Guru ...

41

Tabel 7 : Penggunaan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran ... 44 Tabel 8 : Hasil Penilaian Sikap Siswa oleh Guru ... 57 Tabel 9 : Nilai Ulangan Harian dan Tugas Terstruktur ... 58 Tabel 10 : Koleksi Novel Indonesia Perpustakaan MAN

Maguwoharjo ...

60

Tabel 11 : Koleksi Novel Terjemahan Perpustakaan MAN Maguwoharjo ...

61

Tabel 12 : Koleksi Kumpulan Puisi Perpustakaan MAN Maguwoharjo ...


(13)

xiii

Gambar II : Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Kelas IX ...

132

Gambar III : Buku Paket dan LKS yang Digunakan ... 133

Gambar IV : Metode Pembelajaran yang Digunakan di Kelas XI MAN Maguwoharjo ... 133 Gambar V : Guru Melakukan Presensi dan Memantau Siswa sebagai Bentuk Penilaian Sikap ... 134 Gambar VI : Siswa Mengerjakan Soal dari LKS ... 135

Gambar VII : Guru dan Siswa Mengoreksi Tugas Bersama ... 135

Gambar VIII : Koleksi Buku-buku Sastra di Perpustakaan ... 136


(14)

xiv

A. Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Sastra ... B. Pedoman Observasi Lingkungan Sekolah ... C. Pedoman Observasi Guru ... D. Pedoman Observasi Siswa ... E. Pedoman Wawancara Pihak Sekolah ... F. Pedoman Wawancara Guru ... G. Pedoman Wawancara Siswa ...

72 73 74 76 77 78 80 LAMPIRAN II : HASIL OBSERVASI

A. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Sastra ... B. Hasil Observasi Lingkungan Sekolah ... C. Hasil Observasi Guru ... D. Hasil Observasi Siswa ...

81 84 86 88 LAMPIRAN III : HASIL WAWANCARA

A. Hasil Wawancara Pihak Sekolah ... B. Hasil Wawancara Guru ... C. Hasil Wawancara Siswa I ... D. Hasil Wawancara Siswa II ... E. Hasil Wawancara Siswa III ... F. Hasil Wawancara Siswa IV ... G. Hasil Wawancara Siswa V ...

89 92 96 99 103 106 109 LAMPIRAN IV : CATATAN LAPANGAN ... 113 LAMPIRAN V : DOKUMENTASI ... 132 LAIN-LAIN ... 137


(15)

xv

NIM 12201241066 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk pelaksanaan pembelajaran sastra di Kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo yang meliputi mendeskripsikan materi pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan metode pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan evaluasi pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, mendeskripsikan permasalahan pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo, dan mendeskripsikan kegiatan penunjang pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa Kelas XI MAN Maguwoharjo. Objek penelitian adalah pelaksanaan pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. Data diperoleh melalui pengamatan partisipasif, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik analisis data meliputi 3 tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kredibilitas data diperoleh dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pemilihan materi pembelajaran sastra didasarkan pada silabus yang meliputi SKL, KD, indikator, tujuan pembelajaran sastra. Sumber materi didapatkan dari buku paket, LKS, browsing, MGMP, guru-guru senior. (2) Metode yang digunakan selama pembelajaran sastra berlangsung adalah metode ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi, dan asuh sebaya. Metode asuh sebaya digunakan untuk siswa tuna netra. (3) Dasar pelaksanaan evaluasi adalah silabus. Evaluasi yang digunakan berupa evaluasi tertulis yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai. Siswa tuna netra melakukan evaluasi bersama teman sebangku dan nilai diberikan berdua. (4) Permasalahan pembelajaran yang dihadapi adalah minat siswa karya sastra kurang, koleksi buku sastra perpustakaan kurang, tidak ada laboratorium bahasa, dan kelas tidak kondusif yang diatasi dengan guru memberikan tugas membaca karya sastra, mengambil bahan bacaan dari berbagai sumber, siswa memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru. (5) Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di MAN Maguwoharjo adalah ekstrakurikuler teater yang bermanfaat untuk siswa lebih aktif dan antusias dan mudah memahami sastra.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas bangsa. Komunikasi masyarakat Indonesia dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia sendiri terdiri dari empat keterampilan berbahasa, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan menyimak. Kempat keterampilan ini mencakup keilmuan bahasa (linguistik) dan sastra.

Pembelajaran sastra adalah hal yang penting dalam proses pendidikan siswa. Siswa dapat memperkaya pengalaman hidup dan membentuk karakter mereka ketika mempelajari sastra. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sastra siswa tidak hanya mempelajari kata-kata indah yang disajikan dalam karya-karya sastra. Siswa juga mempelajari makna beserta pesan yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Hal ini sesuai dengan teori pragmatik sastra yang dikemukakan oleh Abrams (melalui Wiyatmi, 18: 2009) yaitu karya sastra dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, misalnya nilai-nilai atau ajaran terhadap pembaca. Karya sastra dapat digunakan sebagai sarana instropeksi diri siswa karena sastra merupakan cerminan kehidupan manusia yang dituliskan oleh pengarangnya.

Liliani (2012) mengemukakan dua tujuan pembelajaran bahasa di sekolah menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang menyinggung soal


(17)

sastra yaitu para peserta didik diharapkan mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manuasia Indonesia. Tujuan ini ditujukan untuk seluruh siswa tanpa terkecuali, termasuk pada siswa berkebutuhan khusus. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003Ppasal 5 tentang hak dan kewajiban warga negara

menyatakan “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Siswa berkebutuhan khusus berhak mendapatkan porsi

pembelajaran sastra yang sama dengan siswa umum (normal). Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah selaras dengan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Siswa berkebutuhan khusus memiliki hambatan-hambatan dalam mengikuti

pembelajaran. Mereka membutuhkan pelayanan bersifat khusus agar dapat

memahami pembelajaran yang dilaksanakan. Kebutuhan akan pelayanan khusus ini

bukan berarti siswa berkebutuhan khusus harus selalu dipisahkan dengan siswa

normal. Masyarakat sudah banyak yang memiliki pemikiran bahwa pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus sebaiknya disatukan dengan pendidikan bagi anak pada

umumnya (anak yang normal). Hal ini bertujuan agar siswa berkebutuhan khusus

dapat berinteraksi dan belajar secara normal. Pemikiran seperti ini yang kemudian


(18)

siswa yang memiliki kondisi yang berbeda dan mendudukkan mereka dalam kelas

yang sama untuk mengikuti pembelajaran yang serupa.

Keadaan siswa yang beragam di sekolah inklusi membuat pembelajaran sastra yang dilaksanakan memiliki hal yang khas. Siswa umum duduk mendampingi siswa berkebutuhan khusus secara bergantian mengingat jumlah mereka yang lebih banyak dalam satu kelas. Mereka akan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi inilah yang membantu jalannya pembelajaran. Siswa umum akan membantu siswa berkebutuhan khusus ketika pembelajaran sastra dilakukan. Siswa umum akan membantu membacakan teks-teks sastra kepada siswa berkebutuhan khusus. Mereka juga akan menyesuaikan peran ketika mendapat tugas kelompok seperti diskusi dan presentasi. Siswa umum berperan sebagai mentor sebaya namun hanya dalam kapasitas membantu aktivitas siswa berkebutuhan khusus dalam mengikuti pembelajaran sastra di dalam kelas jika diperlukan.

Pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah inklusi akan ditemui banyak hambatan. Hambatan ini muncul baik dari pihak siswa, guru, maupun sekolah. Hambatan dari pihak siswa terletak pada dibutuhkannya perhatian lebih dalam mengikuti pembelajaran sastra pada siswa berkebutuhan khusus. Perhatian dan perlakuan pada siswa berkebutuhan khusus akan menentukan hasil akhir pembelajaran sastra yang didapatkan oleh siswa. Hambatan dari pihak guru terletak pada tuntutan untuk bekerja lebih keras dan berinovasi dengan berbagai metode pembelajaran sastra yang sesuai untuk seluruh murid. Hambatan dari pihak sekolah (Liliani, 2012) yaitu minimnya jumlah jam pembelajaran


(19)

kesastraan, minimnya keterampilan mengajar mata pembelajaran kesastraan, penetrasi media, dan atmosfer pembelajaran sastra yang masih rendah. Selain itu, kurangnya fasilitas pembelajaran sastra bagi siswa berkebutuhan khusus.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penelitian untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan. Penelitian dilakukan di sekolah inklusi MAN 1 Maguwoharjo. Selain untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah tersebut, sekolah ini dipilih untuk mengetahui permasalahan pembelajaran sastra yang dihadapi di sekolah inklusi. MAN 1 Maguwoharjo juga memiliki kegiatan-kegiatan pendukung pembelajaran sastra seperti majalah dinding, jurnalistik, dan majalah sekolah.

Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi gambaran pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah inklusi. Selain itu, penelitian diharapkan mampu menunjukkan permasalahan-permasalahan pembelajaran sastra yang terdapat di sekolah inklusi sehingga dapat menjadi bahan untuk perbaikan bagi para pelaksana pendidikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Fasilitas pembelajaran sastra berupa buku-buku sastra di perpustakaan kurang. Buku sastra dengan huruf braille bagi siswa berkebutuhan khusus juga kurang.


(20)

2. Guru belum memiliki solusi yang efektif untuk mengatasi hambatan yang dialami siswa berkebutuhan khusus dalam pembelajaran sastra di kelas. 3. Tidak semua guru memiliki keterampilan bahasa isyarat dan membaca huruf

braille.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan dibatasi sebagai berikut. 1. Materi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 2. Metode pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 3. Evaluasi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. 4. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah

inklusi MAN Maguwoharjo.

5. Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan-permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana materi pembelajaran sastra yang diberikan oleh guru kepada siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

2. Bagaimana metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sastra di kelas kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran sastra yang dilakukan guru terhadap siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?


(21)

4. Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

5. Bagaimana kegiatan penunjang pembelajaran sastra (ekstrakulikuler/ kokulikuler) di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan materi pembelajaran sastra yang diberikan oleh guru kepada siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

2. Mendeskripsikan metode pembelajaran sastra yang digunakan oleh guru di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran sastra yang dilakukan guru terhadap siswa kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

4. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

5. Mendeskripsikan kegiatan penunjang pembelajaran sastra (ekstrakulikuler/kokulikuler) di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran sastra di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo diharapkan dapat bermanfaat secara praktis maupun teoretis.


(22)

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran sastra Indonesia di sekolah. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi para pendidik

dalam menentukan bentuk pembelajaran sastra Indonesia di sekolah secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman pengembangan pembelajaran sastra di sekolah inklusi MAN 1 Maguwoharjo.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam mengelola inovasi pembelajaran sastra di kelas dan menjadi alternatif pemecahan masalah.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk masukan positif dalam upaya melakukan pengembangan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.

G. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah pengertian sehubungan dengan peggunaan istilah penelitian ini, selanjutnya perlu diberi batasan istilah sebagai berikut.

1. Pembelajaran

Pembelajaran berarti proses dan aktivitas belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru sebagai proses pengubahan perilaku siswa dari


(23)

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak terampil menjadi terampil.

2. Pembelajaran sastra

Pembelajaran sastra merupakan aktivitas belajar dan mengajar sastra yang dilakukan secara dua arah oleh siswa dan guru sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima siswa yang memiliki kondisi

yang berbeda dan mendudukkan mereka dalam kelas yang sama untuk mengikuti


(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Sekolah Inklusi

Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu (Kustawan, 2012: 8). Kustawan (2012: 8) menambahkan dalam Permendiknas nomor 70 tahun 2009 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pendidikan inklusif bertujuan agar semua anak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua anak (Kustawan, 2012: 9). Fungsi pendidikan inklusif adalah semua anak mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhannya, serta terciptanya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi semua anak untuk mengembangkan potensinya secara optimal (Kustawan, 2012: 10).

Sekolah inklusi pada dasarnya adalah implementasi dari pendidikan inklusif. Dari penjelasan yang telah dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan mengenai


(25)

pengertian dari sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah yang terbuka bagi semua anak bagaimanapun kondisi mereka dan mengakomodasi segala kebutuhan belajar tanpa diskriminasi. Tujuan sekolah inklusi yaitu untuk memberikan pendidikan yang bermutu serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bakat dan kondisi mereka.

B. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu upaya yang telah direncanakan sedemikian rupa oleh guru hingga memungkinkan terciptanya suatu kondisi yang kondusif untuk siswa melakukan aktivitas belajar. Penekanan proses belajar diarahkan pada pentingnya aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun mental (Jamaludin, 2003: 9).

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta sebagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran (Uno, 2008: 64).

Pembelajaran menurut Hamalik (2001: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Suatu sistem pembelajaran mempunyai tiga ciri utama yaitu memiliki rencana khusus, kesalingtergantungan antara unsur-unsurnya, dan tujuan yang hendak dicapai (Hamalik, 2001: 65).


(26)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah aktivitas belajar yang direncanakan secara khusus oleh guru untuk siswa. Kegiatan belajar disusun secara terintegrasi antara unsur-unsurnya demi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran adalah aktivitas belajar yang direncanakan secara khusus oleh guru untuk siswa. Kegiatan belajar disusun secara terintegrasi antara unsur-unsurnya demi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sastra dilakukan dalam konteks keterampilan berbahasa yang menggunakan materi sastra, sehingga model pembelajaran mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra.

Pembelajaran sastra mempunyai beberapa tujuan yang salah satunya adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami, menikmati, dan menghargai karya sastra. Efendi (melalui Suryaman, 2010: 15) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cita sastra.

Rahmanto (1992: 15) berpendapat jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat. Pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu


(27)

keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1992: 16).

Pembelajaran sastra dapat berjalan dengan baik apabila berjalan sesuai prinsip-prinsip yang ada. Rosenblatt (melalui Gani, 1988: 1-2) mengemukakan prinsip-prinsip yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran sastra tersebut yaitu:

1. Siswa diberi kebebasan untuk menampilkan respon dan reaksinya.

2. Siswa diberi kesempatan untuk mempribadikan dan mengkristalkan rasa pribadinya terhadap cipta sastra yang dibaca serta dipelajarinya.

3. Guru berusaha menemukan butir-butir kontak di antara pendapat para siswa. 4. Peranan dan pengaruh guru merupakan daya dorong terhadap penjelajahan

pengaruh vital yang inheren di dalam sastra itu sendiri. D. Komponen Pembelajaran Sastra

Terdapat delapan komponen yang harus ada dalam suatu sistem pembelajaran. Komponen-komponen tersebut saling bersinergi untuk kesuksesan pembelajaran yang dilaksanakan. Delapan komponen pembelajaran tersebut yaitu siswa, guru, tujuan, materi, strategi, metode, media, dan evaluasi.

1. Siswa

Hamalik (2001: 7) menyebutkan bahwa peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan ppendidikan nasional. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa atau peserta didik merupakan komponen utama dalam pembelajaran.


(28)

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah subjek yang mengalami tindak mengajar dan merespon tindak belajar.

Siswa memiliki hak-hak yang telah diatur dalam undang-undang. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Hamalik, 2001: 8), setiap peserta didik memiliki hak-hak sebagai berikut:

a. mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, b. mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan

berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dilakukan, c. mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai

dengan persyaratan yang berlaku,

d. pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki,

e. memperoleh penilaian hasil belajarnya,

f. menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan, g. mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.

2. Guru

Guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan (Sanjaya, 2006: 15). Guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk


(29)

di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran (Sanjaya, 2006: 14-15).

Profesionalitas dan kualitas seorang guru sangatlah penting karena menentukan mutu kegiatan pembelajaran. Di tangan guru lah bagaimana pembelajaran akan terlaksana ditentukan. Hal ini berkaitan dengan peran guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator (Sanjaya, 2006: 21-33).

3. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, misalnya satuan acara pertemuan, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2001: 6). Sanjaya (2006: 86) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.

Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, tujuan pembelajaran adalah proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Kompetensi tersebut meliputi apa yang harus dikuasai, diketahui, atau dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka selesai melakukan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan komponen pokok pembelajaran diharapkan untuk dicapai oleh siswa setelah selesainya proses pembelajaran. Tujuan penting dalam sistem


(30)

pembelajaran karena menjadi landasan untuk menyususn sistem pembelajaran yang efektif.

Hamalik (2001: 77) menyebutkan tiga kriteria yang sebaiknya dipenuhi oleh suatu tujuan pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar.

b. Tujuan mendefinisikan toingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.

c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki. 4. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah uraian atau pokok bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang di dalam pokok bahasan (Sudjana, 1998: 10). Materi secara garis besar mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa guna mencapai standar kompetensi. Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu fakta, konsep atau teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan antara lain kesesuaiannya dengan kompetensi dasar ruang lingkup materi, urutan logis materi, kebutuhan peserta didik, dan waktu yang tersedia.

5. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, sebelum merencanakan strategi perlu dirumuskan tujuan pembelajaran yang dapat diukur keberhasilannya (Sanjaya, 2006: 126).


(31)

Gerlach dan Ely (melalui Ahmadi, 2011: 9) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan tindakan yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah di tetapkan sebelumnya.

6. Metode Pembelajaran

Sanjaya (2006: 147) menyatakan bahwa metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran.

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran (Hamalik, 2001: 26).

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran sastra adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi yang telah diatur dalam strategi pembelajaran yang telah dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(32)

7. Media Pembelajaran

Hamalik (2001: 51) mengemukakan bahwa media atau alat bantu ajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat, maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, serta hasil belajar lebih bermakna. Gagne dan Briggs (melalui Arsyad, 2011: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.

Pada intinya, media pembelajaran digunakan untuk mempermudah tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Siswa akan lebih mudah memahami materi dari guru karena dapat memvisualisasikan materi dalam benak mereka. Selain itu, media pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar.

8. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atau penilaian adalah proses memeroleh dan memergunakan informasi untuk membuat pertimbangan yang dipergunakan sebagai dasar pengambilan informasi (Nurgiyantoro, 2014: 34). Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001: 159).


(33)

Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Nurgiyantoro (2014: 35) menyebutkan bahwa fungsi dari evaluasi adalah mengetahui kadar pencapaian tujuan, memberikan sifat objektivitas pengamatan tingkah laku hasil belajar peserta didik, mengetahui kemampuan peserta didik dalam hal-hal tertentu, menentukan layak tidaknya seorang peserta didik dinyatakan naik kelas atau lulus, dan untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

Evaluasi ditujukan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan diarahkan terhadap semua aspek pribadi peserta didik, bukan hanya terhadap aspek penguasaan pengetahuan belaka (Hamalik, 2001: 13). Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa (Hamalik, 2001: 29).

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses penguukuran informasi untuk membuat keputusan hasil belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk mengukur kemampuan dan tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran.

E. Penelitian yang Relevan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis Kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta

Penelitian pelaksanaan pembelajaran berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis Kelas VIII SMP Negeri 8 Yogyakarta”, skripsi Harda


(34)

Yunindasari, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013.

Tujuan penelitian Harda Yunindasari adalah mendeskripsikan (a) materi pembelajaran keterampilan menulis kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. (b) Metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. (c) Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta.

Kesimpulan penelitian Harda Yunindasari yaitu materi yang diberikan sesuai dengan pedoman silabus dan RPP. Sumber belajar yang digunakan adalah buku teks Bahasa Indonesia untuk Kelas VIII karya Dawud, dkk., buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia karya Nurhadi, dkk., BSE, dan lainnya. Metode yang diterapkan adalah kombinasi antara metode ceramah, inkuiri, diskusi, dan tanya jawab. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Bentuk instrumen yang digunakan adalah soal uraian yang terdiri dari empat butir soal yang disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi. Nilai yang diperolah siswa semuanya mencapai ketuntasan minimal.

Relevansi penelitian Harda Yunindasari dengan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian dan metode pengambilan data. Kedua penelitian memiliki persamaan pada tujuan yaitu mendeskripsikan materi, metode, dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Relevansi metode pengambilan data kedua penelitian yaitu sama-sama menggunakan wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.


(35)

Perbedaan kedua penelitian yaitu pada objek penelitian. Penelitian Harda Yunindasari memiliki objek penelitian pembelajaran keterampilan menulis kelas VIII sedangkan penelitian ini memiliki objek pembelajaran sastra kelas XI. Penelitian ini juga memiliki 2 tujuan yang berbeda yaitu mendeskripsikan permasalahan dan kegiatan penunjang kegiatan sastra di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo.


(36)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan tentang keadaan pelaksanaan pembelajaran sastra secara objektif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang ilmiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2008: 6).

Penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sastra meliputi materi pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, permasalahan yang ditemui, dan kegiatan penunjang pembelajaran yang terdapat di MAN Maguwoharjo.

B. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pembelajaran sastra di sekolah inklusi MAN Maguwoharjo yang merupakan madrasah pertama di Indonesia yang menerapkan pendidikan inklusif. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI dan siswa kelas XI MAN Maguwoharjo. Jumlah kelas XI di MAN Maguwoharjo sebanyak 5 kelas paralel dengan siswa sebanyak 167.


(37)

Tabel 1: Jumlah Siswa Kelas XI MAN Maguwoharjo

Kelas L P Jumlah

XI Agama 14 17 31

XI IPA 1 17 16 33

XI IPA 2 16 17 33

XI IPS 1 16 19 35

XI IPS 2 17 18 36

Jumlah 80 87 167

Terdapat 14 siswa berkebutuhan khusus di MAN Maguwoharjo yang semuanya merupakan siswa tuna netra. Kelas X memiliki sepuluh siswa tuna netra. Kesepuluh siswa tuna netra tersebut terdiri dari dua siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Pembagian kelas bagi siswa tuna netra tersebut dilakukan secara merata yaitu dua siswa per kelas. Kelas XI hanya memiliki satu siswa tuna netra laki-laki yang berada di Kelas XI IPS 1. Kelas XII memiliki tiga siswa tuna netra yang semuanya laki-laki.

Tabel 2: Jumlah Siswa Inklusi MAN Maguwoharjo

Kelas L P Jumlah

X 8 2 10

XI 1 - 1

XII 3 - 3

Jumlah 12 2 14

Penelitian dilakukan di Kelas XI IPA 2, XI IPS 1, dan XI Agama sesuai dengan anjuran pihak sekolah. Penelitian meliputi materi, metode, evaluasi, dan permasalahan, dan kegiatan penunjang pembelajaran sastra. Penelitian dilaksanakan secara berulang-ulang yang dimulai dari bulan Agusutus 2016 sampai dengan September 2016. Pengamatan dilakukan dari awal pembelajaran dan akhir pembelajaran. Waktu wawancara disesuaikan dengan kesepakatan narasumber.


(38)

Sekolah inklusi MAN Maguwoharjo terletak di Jalan Raya Tajem, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Lokasi sekolah merupakan kawasan ramai karena persis berada di jalan raya dan juga berada di dekat Stadion Maguwoharjo. Kondisi bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Sarana dan prasarana yang tersedia juga terlihat terawat. Keadaan kondisi fisik MAN Maguwoharjo secara lengkap adalah sebagai berikut.

Fasilitas bagi siswa berkebutuhan khusus tuna netra memadai. Lantai keramik di gedung sekolah terdapat jalur khusus untuk memudahkan siswa tuna netra untuk berjalan. Toilet diakomodasi dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Setiap toilet di MAN Maguwoharjo diberikan pegangan pada dindingnya. Hal ini bertujuan agar siswa tuna netra dapat berpegangan ketika menggunakan toilet sehingga mengurangi resiko terjatuh atau terpeleset.

Tabel 3: Deskripsi Kondisi Fisik MAN Maguwoharjo

No. Ruang Jumlah Kondisi

1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

2. Ruang Wakasek 1 Baik

3. Ruang Guru 1 Baik

4. Ruang TU 1 Baik

5. Ruang Kelas 17 Baik

6. Perpustakaan 1 Baik

7. Laboratorium 4 Baik

8. Aula 1 Baik

9. UKS 1 Baik

10 Mushola 1 Baik

11. Toilet 15 Baik


(39)

C. Wujud Data

Data dalam penelitian ini adalah deskripsi fakta yang diperoleh di lapangan yang diperoleh melalui pengamatan parsitipasif, wawancara, dan analisis dokumen. Data berupa catatan lapangan, rekaman dan transkrip wawancara, serta dokumentasi kegiatan pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengamatan berpartisipasi, wawancara, dan analisis dokumen.

1. Pengamatan Berpartisipasi

Pengamatan berpartisipasi yaitu pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya (Moleong, 2008: 176). Pengamatan dilakukan di dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan sampai data yang dibutuhkan dirasa mencukupi. Peneliti mencatat semua kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dalam cacatan lapangan.

Peneliti melakukan pengamatan berpartisipasi di tiga kelas yaitu Kelas XI IPA 2, XI IPS 1, dan XI Agama. Peneliti turut mengikuti jalannya pembelajaran di ketiga kelas tersebut. Pengamatan berpartisipasi dilakukan mulai Rabu, 24 Agustus 2016 sampai dengan Jumat, 16 September 2016. Peneliti melakukan pengamatan berpartisipasi sebanyak tujuh kali per kelas.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu


(40)

(Moleong, 2008: 186). Penelitian ini menggunakan jenis wawancara dengan menggunakan petunjuk umum wawancara. Pewawancara membawa pedoman dan pertanyaan yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara.

Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber pengelola program inklusi MAN Maguwoharjo, guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI, dan tujuh siswa kelas XI MAN Maguwoharjo. Ketujuh siswa yang menjadi narasumber terdiri dari tiga siswa perempuan dan 3 siswa laki-laki. Wawancara dengan pengelola program inklusi dilakukan pada Selasa, 23 Agustus 2016. Wawancara dengan narasumber guru mata pelajaran bahasa Indonesia dilakukan pada Kamis, 8 September 2016. Wawancara dengan narasumber siswa dilakukan pada Rabu, 21 September 2016 sampai dengan Jumat, 23 September 2016. Isi wawancara meliputi materi, metode, evaluasi, permasalahan, dan kegiatan penunjang sastra kelas XI MAN Maguwoharjo.

3. Analisis Dokumen

Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2008: 217). Oleh karena itu, untuk mendapatkan keakuratan data dari dokumen perlu dilakukan analisis dokumen.

Peneliti melakukan analisis dengan mengamati dan mempelajari dokumen yang telah didapatkan selama melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan sejak 24 Agustus 2016 sampai dengan 23 September 2016 menghasilkan


(41)

beberapa dokumen. Dokumen yang didapatkan selama penelitian yaitu hasil pekerjaan siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil observasi pembelajaran, hasil observasi lingkungan, catatan lapangan, transkrip wawancara, dan dokumentasi. Peneliti juga melakukan analisis dokumen pada hasil evaluasi pembelajaran yang dimiliki oleh guru.

Data yang didapatkan selama melakukan pengamatan disatukan. Data yang berupa dokumen tersebut kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dokumen tersebut kemudian disesuaikan dengan data yang telah diperoleh melalui wawancara.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpul data utama yaitu peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument, berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas datanya (Sugiyono, 2010: 305-306).

Moleong (2008: 9) mengemukakan bahwa penggunaan peneliti sebagai instrumen pengumpul data karena jika memanfaatkan alat bantu yang bukan manusia saja, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu, hanya manusia sebagai instrumen sajalah yang dapat berhubungan dengan responden dan memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Selain peneliti sendiri, instrumen pendukung yang digunakan adalah pedoman observasi yang digunakan


(42)

saat pengamatan langsung kegiatan belajar mengajar di kelas dan pedoman wawancara sebagai alat untuk validitas.

F. Teknik Kredibilitas Penelitian

Kredibilitas penelitian adalah keabsahan data-data yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Teknik kredilibilitas data dalam penelitian ini adalah perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi.

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Putra (2011: 169) mengemukakan bahwa perpanjangan waktu penelitian dilaksanakan jika data yang terkumpul sudah sangat banyak, telah dianalisis, dan ada temuan yang dapat dikategorikan. Perpanjangan keikutsertaan mengharuskan peneliti lebih lama di lapangan dan bertemu serta berkomunikasi dengan lebih banyak orang. Jika orang-orang yang diteliti semakin akrab dan percaya pada peneliti, maka apa pun yang hendak digali lebih dalam akan didapatkan oleh peneliti (Putra, 2011: 168).

Peneliti melakukan perpanjangan waktu penelitian untuk meningkatkan keakuratan data yang sudah dikumpulkan selama masa penelitian. Data tambahan yang diambil oleh peneliti selama perpanjangan waktu penelitian adalah fasilitas sekolah bagi siswa berkebutuhan khusus seperti jalur untuk siswa tuna netra di koridor sekolah dan toilet bagi siswa tuna netra. Selain hal tersebut, perpanjangan waktu penelitian dimaksudkan untuk menguji ketidakbenaran informasi yang sebelumnya diperoleh dari sumber data kedua.


(43)

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan lebih cermat dan berkesinambungan. Putra (2011: 173) mengemukakan bahwa peneliti diharuskan untuk lebih fokus, melakukan pengamatan dengan lebih rinci, terus-menerus atau berkesinambungan sampai menemukan penjelasan yang mendalam terhadap gejala atau fenomena yang sangat menarik atau menonjol.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci. Dengan meningkatkan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali terhadap data yang telah ditemukan.

3. Triangulasi

Trianggulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah trianggulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Peneliti melakukan uji kredibilitas dengan pengujian data yang telah diperoleh pada siswa maupun guru selama observasi dan wawancara.

G. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (melalui Meleong, 2008: 248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang


(44)

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini memiliki tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2010: 337-345).

Analisis data pada penelitian ini dimulai dengan melakukan reduksi data. Data berupa transkrip wawancara, hasil observasi, hasil evaluasi, silabus, RPP, dan gambar ditelaah oleh peneliti. Peneliti memilih data yang penting bagi penelitian yang dilakukan sedangkan data yang tidak penting dihilangkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar data lebih padat dan berbobot.

Kategorisasi dilakukan dengan menyusun data yang telah direduksi sebelumnya. Data yang ada dibagi sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu: materi, metode, evaluasi, permasalahan, dan kegiatan penunjang pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo. Ketika melakukan kategorisasi, peneliti juga melakukan pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh.

Teknik analisis data terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah penarikan kesimpulan. Peneliti menafsirkan semua data yang telah direduksi dan dikategorisasi kemudian menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut kemudian dijabarkan dalam pembahasan penelitian oleh peneliti.


(45)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian berupa deskripsi mengenai proses pelaksanaan pembelajaran sastra yang dilakukan di kelas XI MAN Maguwoharjo. Peneliti juga menyajikan pembahasan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Hasil penelitian dan pembahasan merupakan hasil analisis data yang dikumpulkan selama proses penelitian di kelas XI MAN Maguwoharjo berdasarkan catatan hasil pengamatan, catatan hasil wawancara, dan dokumentasi.

A. Hasil Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, terdapat 5 poin pembahasan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas tentang pelaksanaan pembelajaran sastra kelas XI di MAN Maguwoharjo yang meliputi materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, evaluasi pembelajaran sastra, permasalahan pembelajaran sastra, dan kegiatan penunjang pembelajaran sastra. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.


(46)

Tabel 4: Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo

Komponen Hasil Penelitian

Materi Pembelajaran Sastra

a. Sumber : buku paket, LKS, browsing, MGMP, guru-guru senior

b. Dasar pemilihan : silabus (SKL, KD, indikator, tujuan pembelajaran sastra)

Metode Pembelajaran Sastra

a. Metode: ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi, asuh sebaya

b. Pelaksanaan : beberapa metode digunakan sekaligus Evaluasi

Pembelajaran Sastra

a. Dasar pelaksanaan : RPP dan silabus b. Cara pelaksanaan : tertulis

c. Waktu pelaksanaan : selama pembelajaran dan setelah pembelajaran

Permasalahan Pembelajaran Sastra

a. Jenis : minat siswa karya sastra kurang, koleksi buku sastra perpustakaan kurang, tidak ada lab bahasa, kelas tidak kondusif

b. Cara mengatasi : guru memberi tugas membaca karya sastra, mengambil bahan bacaan dari berbagai sumber, siswa memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru

Kegiatan Penunjang

a. Jenis kegiatan : ekstrakurikuler teater

b. Manfaat : siswa lebih aktif dan antusias dan mudah memahami bahasa sastra

1. Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Sumber Materi Pembelajaran Sastra

Materi pembelajaran sastra kelas XI diambil dari berbagai sumber. Guru dalam wawancara mengemukakan bahwa materi pembelajaran sastra didapatkan dari buku paket, LKS, browsing, dan dari MGMP. Guru juga mendapatkan materi dari guru-guru senior. Materi pembelajaran sastra untuk kelas inklusi disesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus. Kelas XI MAN Maguwoharjo memiliki satu siswa tunanetra dan berdasarkan hasil wawancara


(47)

dan pengamatan yang dilakukan, guru sengaja memilih bahan apresiasi langsung yang tidak terdapat gambar agar siswa tunanetra dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar.

Guru mengemukakan dalam wawancara yang dilakukan bahwa dia tidak menguasai huruf braille sehingga tidak menggunakan sumber materi sastra dengan huruf braille selama pembelajaran. Berdasarkan RPP yang telah dibuat oleh oleh guru sebelum pembelajaran berlangsung, materi pembelajaran sastra yang disampaikan selama penelitian dilakukan adalah materi cerpen berupa ciri-ciri, unsur intrinsik dan ekstrinsik, kebahasaan, dan penulisan cerpen.

b. Dasar Pemilihan Materi Pembelajaran Sastra

Dasar pemilihan materi pembelajaran sastra oleh guru adalah silabus yang telah dibuat. Guru memilih materi menyesuaikan dengan SKL, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran sastra sesuai dengan silabus kemudian menerapkannya pada RPP. Cerpen yang digunakan dalam pembelajaran dipilih berdasarkan buku paket dan LKS yang dipakai.

2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Metode yang Digunakan oleh Guru

Metode yang diterapkan oleh guru selama pembelajaran sastra di kelas XI adalah ceramah, tanya-jawab, penugasan, dan diskusi. Metode-metode ini dipilih berdasarkan situasi dan karakteristik siswa di masing-masing kelas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada kelas inklusi juga digunakan metode asuh


(48)

sebaya di mana siswa biasa membantu aktivitas siswa tunanetra selama pembelajaran sastra berlangsung.

b. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Sastra

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, selama pembelajaran sastra guru tidak hanya menggunakan satu metode saja. Metode ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi, dan asuh sebaya digunakan selama pembelajaran sastra berlangsung. Penyampaian materi pembelajaran sastra oleh guru menggunakan metode ceramah. Metode tanya-jawab digunakan setelah penyampaian materi. Guru memberi kesempatan siswa bertanya tentang materi yang telah disampaikan. Metode ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Selain digunakan setelah menyampaikan materi, metode tanya-jawab juga digunakan selama pelaksanaan metode penugasan dan diskusi.

Metode penugasan digunakan guru dengan memberikan siswa tugas-tugas untuk dikerjakan. Metode ini digunakan untuk mengukur dan memantapkan pemahaman siswa terhadap materi. Guru melatih siswa untuk terbiasa membaca karya sastra dengan metode ini. Metode diskusi digunakan untuk melatih siswa memecahkan masalah dan berkomunikasi. Pada saat pelaksanaan metode penugasan dan diskusi, di kelas inklusi juga dilakukan metode asuh sebaya. Siswa biasa yang duduk sebangku atau sekelompok dengan siswa tunanetra akan membantu dan membimbing aktivitas siswa tunanetra dalam mengerjakan tugas dan berdiskusi.


(49)

3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Dasar Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Sastra

Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran sastra berdasarkan RPP dan silabus yang telah dipersiapkan sebelum pembelajaran berlangsung.

b. Cara Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Sastra

Evaluasi dilaksanakan dengan cara tertulis berupa tugas harian dan tugas terstruktur. Tugas harian yang diberikan adalah mengerjakan soal pilihan ganda dan soal uraian yang terdapat pada LKS. Tugas terstruktur yang diberikan adalah membuat teks cerpen. Guru juga melakukan penilaian sikap selama pembelajaran berlangsung.

c. Waktu Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Sastra

Evaluasi pembelajaran sastra dilaksanakan selama berlangsungnya pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung. Evalusi pada saat berlangsungnya pembelajaran sastra dilakukan untuk mengamati sikap dan keaktifan siwa. Evaluasi pada akhir pembelajaran sastra berupa evaluasi tertulis dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.

Hasil evaluasi sikap pada kelas XI IPA 2, XI IPS 1, dan XI Agama menunjukkan nilai rata-rata 78,5. Rata-rata hasil evaluasi tertulis berupa tugas harian mengerjakan soal pada LKS menunjukkan hasil di bawah KKM yaitu 60,9. Rata-rata hasil evaluasi tugas terstruktur membuat teks cerpen yaitu 74,2.


(50)

4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

a. Jenis Permasalahan Pembelajaran Sastra

Permasalahan pembelajaran sastra kelas XI MAN Maguwoharjo meliputi kurangnya minat siswa untuk membaca karya-karya sastra, koleksi buku-buku sastra di perpustakaan termasuk buku sastra dengan huruf braille yang jumlahnya sedikit, tidak adanya laboratorium bahasa, dan tidak kondusifnya kelas untuk pembelajaran.

b. Cara Mengatasi Pembelajaran Sastra

Guru mengatasi pembelajaran sastra yang dihadapi dengan memberikan tugas membaca karya sastra pada siswa. Bahan bacaan diambil dari berbagai sumber untuk mengakali kurangnya koleksi buku sastra di perpustakaan. Siswa mengatasi masalah yang dihadapi saat pembelajaran sastra dengan memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru untuk mencari solusi. 5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi

MAN Maguwoharjo

Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di MAN Maguwoharjo adalah ektrakurikuler teater. Kegiatan ini sangat efektif dalam menunjang pembelajaran sastra karena membuat siswa menjadi lebih aktif dan antusias ketika di kelas. Siswa yang mengikuti ektrakurikuler teater lebih mudah memahami bahasa-bahasa sastra yang dipelajari di kelas.


(51)

B. Pembahasan

Bagian ini menguraikan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan merupakan deskripsi pelaksanaan pembelajaran sastra kelas XI MAN Maguwoharjo meliputi materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, evaluasi pembelajaran sastra, permasalahan pembelajaran sastra, dan kegiatan penunjang pembelajaran sastra.

1. Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

Pengelola program inklusi dalam wawancara mengemukakan bahwa pada dasarnya sekolah inklusi sama dengan sekolah umum. Letak perbedaannya terdapat pada peserta didiknya, di mana sekolah inklusi menerima siswa-siwa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan dan bimbingan seperti siswa pada umumnya. Ketika siswa berkebutuhan khusus membutuhkan pelayanan khusus, sekolah mengakomodasi kebutuhan tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.

Oleh karena itu, kurikulum yang digunakan selalu menyesuaikan dengan ketetapan pemerintah seperti pada tahun ajaran baru ini kelas XI di MAN Maguwoharjo mulai menggunakan kurikulum 2013. Selain kurikulum yang digunakan yang sama dengan sekolah pada umumnya, sistem pembelajaran maupun materinya juga sama. Sekolah hanya melakukan beberapa penyesuaian sistem dan materi bagi siswa berkebutuhan khusus supaya dapat mengikuti pembelajaran seperti pada umumnya.


(52)

Materi yang digunakan oleh guru selama pembelajaran sastra berlangsung diambil dari berbagai sumber sesuai dengan bahan apresiasi apa yang digunakan. Jenis materi pembelajaran yang digunakan guru dibagi menjadi dua macam yaitu bahan apresiasi tidak langsung dan bahan apresiasi langsung. Bahan apresiasi tidak langsung berupa teori sastra dan sejarah sastra sedangkan bahan apresiasi langsung berupa karya-karya sastra. Bahan apresiasi tidak langsung digunakan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran oleh guru karena menjadi dasar siswa untuk memahami materi dan mengerjakan tugasnya.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru. Guru mendapatkan bahan apresiasi tidak langsung ini dari buku paket dan LKS. Selain kedua sumber tersebut, guru juga melakukan browsing di internet untuk mencari bahan apresiasi tidak langsung. Guru mengemukakan bahwa browsing di internet sangat membantu mendapatkan materi tambahan karena banyaknya bahan materi yang tersedia di sana.

Guru mendapatkan bahan apresiasi tidak langsung lainnya dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan guru-guru senior. Bertukar materi pembelajan dengan rekan seprofesi yang tergabung di MGMP dirasa guru mampu untuk meningkatkan pembelajaran di MAN Maguwoharjo. Guru juga mengemukakan dalam wawancara bahwa materi yang didapatkan dari MGMP dan guru-guru senior dapat memperkaya materi pembelajaran sastra yang dilakukannya. Selain itu, guru juga dapat belajar dari pengalaman guru-guru senior dalam hal pembelajaran sastra.


(53)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, buku paket dan LKS masih menjadi pegangan utama guru dalam mengajarkan materi pembelajaran sastra. buku paket yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas XI Semester 1 yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. LKS yang digunakan yaitu Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester 1 yang diterbitkan oleh Penerbit WDP. Guru biasanya menginstruksikan siswa untuk membaca penjelasan materi yang terdapat kedua buku tersebut terlebih dahulu ketika memberikan tugas. Cerpen yang digunakan dalam pembelajaran pun adalah cerpen yang terdapat dalam buku paket dan LKS yang dipakai.

Fokus pembelajaran sastra yang dilaksanakan di kelas XI MAN Maguwoharjo adalah bahan apresiasi sastra langsung berupa teks cerpen. Bahan apresiasi langsung cerpen ini bersumber dari buku paket dan LKS. Cerpen dari buku paket berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” karya Agus Noor dan cerpen dari LKS berjudul “Maling” karya Lidya Kartika Dewi. Guru melaksanakan pembelajaran sastra dengan mengintegrasikan bahan apresiasi langsung dengan 4 keterampilan berbahasa yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis, sehingga kemampuan bersastra siswa dapat sejajar dengan kemampuan berbahasanya.

Pemilihan materi pembelajaran sastra kelas XI di MAN Maguwoharjo didasarkan pada SKL, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru. Materi pembelajaran sastra dirumuskan sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan. Ketika dalam silabus terdapat materi sastra, maka materi


(54)

sastra tersebut dimunculkan dan kemudian dituangkan ke dalam RPP. Pada penyusunan pada RPP guru juga memperhatikan kesesuaian alokasi waktu pembelajarannya. Dalam wawancara yang dilakukan, guru mengemukakan bahwa dia melakukan penyesuaian materi pada siswa berkebutuhan khusus. Contohnya guru memilih materi yang bukan berupa gambar yang dianggap sulit oleh siswa tunanetra. Pada wawancara dengan siswa tunanetra, dia mengungkapkan hal yang sama yaitu merasa kesulitan jika materi yang diberikan berupa gambar. Oleh karena itu, guru melakukan hal ini yang bertujuan agar siswa tunanetra dapat mengikuti pembelajaran secara lancar.

Dalam wawancara, guru menyatakan bahwa pembelajaran sastra yang dilakukannya tidak menggunakan sumber materi berhuruf braille. Hal ini dikarenakan guru tidak menguasai huruf braille. Guru tidak dapat menulis dan membaca huruf braille. Apabila siswa tunanetra membutuhkan, guru akan meminta bantuan kepada guru pendamping program inklusi yang ada di MAN Maguwoharjo untuk menerjemahkan dalam huruf braille. Biasanya hal ini dilakukan pada soal-soal ujian untuk siswa tunanetra.

Tujuan pembelajaran sastra yang dirancang oleh guru ditujukan untuk semua siswa, baik siswa biasa maupun siswa berkebutuhan khusus. Dalam wawancara yang dilakukan, guru mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran sastra secara umum yang ingin dicapai oleh guru adalah memperkenalkan sastra pada siswa sehingga siswa dapat menikmati, menghayati, mengapresiasi, serta memproduksi karya-karya sastra. Guru menyelaraskan tujuan pembelajaran


(55)

sastra ini dengan tujuan pembelajaran bahasa yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Guru mencapai tujuan pembelajaran tersebut dengan mengaplikasikan 4 keterampilan berbahasa dalam pelaksanaannya. Guru menekankan bahwa salah satu cara meningkatkan apresiasi siswa pada karya sastra adalah dengan banyak membaca. Oleh karena itu, salah satu upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajarannya adalah membiasakan siswa untuk membaca. Guru mengemukakan dia memberi tugas membaca karya sastra di rumah kepada siswa dan kemudian mereka mengumpulkan sinopsis dari apa yang telah mereka baca.

Guru sendiri tidak selalu meyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa namun pada RPP guru selalu mencantumkan tujuan pembelajarannya. Pada KD 3.8 dan KD 4.8 terdapat dua tujuan yaitu siswa dapat mendeskripsikan struktur cerita pendek dan siswa dapat menjelaskan unsur-unsur cerita pendek yang dibacanya. Pada KD 3.9 dan KD 4.9 memiliki dua tujuan yaitu siswa dapat mendeskripsikan struktur cerita pendek dan siswa dapat menjelaskan unsur-unsur cerita pendek yang dibacanya.

Sebelum memulai penyampaian materi, guru selalu melakukan apersepsi kepada siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran sastra yang dilaksanakan guru dengan baik. Apersepsi juga digunakan guru untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung karena siswa akan didorong mengingat kembali pengetahuan yang telah


(56)

dimilikinya untuk kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang akan disampaikan guru.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, materi sastra yang diajarkan selama waktu penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 5: Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran 3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai

kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek yang dibaca

Cerpen:

 Isi cerpen

 Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen

 Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen

 Kebahasaan cerpen (majas, peribahasa, ungkapan) 4.8 Mendemostrasikan salah satu

nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerita pendek

3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek

Cerpen:

 Unsur-unsur pembangun cerpen

 Merekonstruksi cerpen 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita

pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

Empat KD yang diajarkan secara berurutan memudahkan guru dalam menyusun materi pembelajarannya. Pada KD 3.8 dan 4.8 materi mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen serta kebahasaan cerpen meliputi majas, peribahasa, dan ungkapan dijelaskan terlebih dahulu kepada siswa oleh guru. Pembahasan materi mengenai isi dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen diberikan seiring berjalannya pembelajaran terutama ketika siswa mendapat tugas untuk membaca cerpen-cerpen yang terdapat pada buku paket dan LKS. Pada KD 3.9 dan 4.9 materi mengenai unsur-unsur pembangun cerpen disampaikan sebelum materi merekonstruksi cerpen. Hal ini dikarenakan agar


(57)

siswa dapat memiliki gambaran ketika hendak melaksanakan tugas membuat cerpen.

Tabel 6: Kompetensi Dasar dan Indikator pada RPP yang Dibuat Guru

Kompetensi Dasar Indikator

3.8

4.8

Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek yang dibaca.

Mendemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerita pendek

 Menentukan unsur intrinsik, ekstrinsik, dan nilai-nilai dalam cerpen.

 Menerapkan nilai-nilai dalam cerpen ke dalam kehidupan sehari-hari

3.9

4.9

Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek. Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

 Mengidentifikasi cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

 Menyusun kembali cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

Pada KD 3.8 dan KD 4.8 memiliki dua indikator yaitu menentukan unsur intrinsik, ekstrinsik, dan nilai-nilai dalam cerpen serta menerapkan nilai-nilai dalam cerpen ke dalam kehidupan sehari-hari. Bahan apresiasi langsung yang digunakan pada kedua KD ini adalah teks cerpen berjudul “Maling” yang terdapat di LKS. Pada saat menyampaikan materi guru menunjukkan penguasaan materi yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan penyampaian materi yang runtut dan mudah dipahami siswa meski guru menjelaskan materi secara singkat. Guru juga dengan lihai mengaitkan poin-poin pada cerpen dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengemukakan bahwa jika materi memungkinkan, maka sedapat mungkin guru akan menghubungkannya dengan fenomena-fenomena di masyarakat. Ketika membahas cerpen “Maling”, guru juga mengaitkannya dengan korupsi yang terjadi di negara ini.


(58)

Terdapat dua indikator pada KD 3.9 dan KD 4.9 yaitu mengidentifikasi cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen dan menyusun kembali cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Bahan apresiasi langsung yang digunakan adalah teks cerpen berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” yang ada di buku paket. Penguasaan materi yang baik guru pada KD ini dapat dilihat dari cara menjelaskan materi kepada siswa dan pemberian contoh oleh guru. Selain mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan siswa, guru juga secara implisit selalu menyisipkan pesan dan nasihat ketika menjelaskan materi sastra.

Penyampaian materi sastra selama pembelajaran berlangsung sebagian besar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun berdasarkan pengamatan, guru beberapa kali menggunakan bahasa daerah ketika menjelaskan materi sastra. Guru tidak memaksakan harus menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya. Hal ini bertujuan untuk menekankan penjelasan tentang materi yang disampaikan sehingga membuat siswa dapat lebih mudah dalam memahaminya.

2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN Maguwoharjo

Metode yang diterapkan oleh guru selama pembelajaran sastra di kelas XI MAN Maguwoharjo adalah ceramah, tanya-jawab, penugasan, diskusi dan asuh sebaya. Metode-metode ini dipilih berdasarkan situasi dan karakteristik siswa di masing-masing kelas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada kelas yang


(59)

terdapat siswa berkebutuhan khusus tunanetra, guru juga menerapkan metode asuh sebaya.

Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa alasan penggunaan metode pembelajaran sastra disesuaikan pada ketepatan metode-metode tersebut dengan situasi kelas. Selain situasi kelas, penyesuaian juga dilakukan dengan mengacu pada karakteristik siswa tiap kelasnya. Guru mengemukakan bahwa selama menjadi guru di MAN Maguwoharjo dia selalu memperhatikan karakteristik siswa-siswa di kelas. Setiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung dari jurusannya. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan juga berbeda. Berikut kutipan wawancara dengan guru.

Siswa di kelas agama, IPA, dan IPS memiliki karakteristik yang berbeda. Kelas IPA memiliki siswa dengan karakter yang serius. Kelas IPS memiliki siswa dengan karakter yang cenderung santai. Kelas Agama memiliki siswa dengan karakter yang tekun. Berdasarkan hal tersebut guru memilih metode yang digunakan. Kelas IPA biasanya menggunakan metode yang merangsang siswa untuk lebih banyak berpikir. Kelas IPS menggunakan metode yang lebih banyak permainannya. Kelas agama menggunakan metode yang mendorong siswanya untuk banyak menghafal.


(60)

Tabel 7: Penggunaan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Metode yang Digunakan Guru menjelaskan materi Ceramah

Tanya-jawab Guru menugaskan siswa mengerjakan

soal LKS dan membuat cerpen

Penugasan Tanya-jawab Asuh sebaya Siswa mengerjakan tugas secara

berkelompok

Diskusi Tanya-jawab Asuh sebaya

Hasil pengamatan selama pembelajaran sastra menunjukkan bahwa guru tidak hanya menggunakan satu metode saja ketika mengajar. Beberapa metode pembelajaran digunakan sekaligus selama pembelajaran sastra berlangsung. Metode-metode pembelajaran digunakan secara bergantian meskipun terdapat metode yang tidak tercantum dalam RPP.

Hal tersebut juga diungkapkan dalam wawancara guru. Guru mengemukakan bahwa pembelajaran sastra yang berlangsung menggunakan banyak metode. Alasan guru memakai berbagai metode dalam pembelajaran adalah supaya siswa dapat belajar dengan menyenangkan. Ketika siswa merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan, maka siswa akan lebih mudah dan cepat dalam memahami materi pembelajaran oleh guru.

Metode ceramah masih merupakan metode yang sering digunakan guru ketika mengajar. Metode ini digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sastra kepada siswa. Berdasarkan hasil pengamatan, penggunaan metode ini tidak terlalu dominan selama pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sastra yang dilakukan pembelajaran lebih banyak diarahkan


(61)

pada praktik. Guru mengungkapkan bahwa pembelajaran sastra yang dilakukannya tidak terlalu banyak memberikan materi namun berbasis tugas sehingga penggunaan metode ceramah bukan prioritas dalam pembelajaran.

Siswa dalam wawancara juga mengungkapkan bahwa guru hanya menjelaskan sedikit materi kemudian langsung memberi tugas. Siswa mengemukakan bahwa meskipun guru menjelaskan materi dengan runtut namun karena porsinya sedikit mereka merasa kesulitan ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa merasa bahwa metode ceramah yang sedikit tidak efektif bagi pembelajaran karena mereka menjadi kurang paham dengan materi sastra yang diberikan sehingga ketika diberikan tugas oleh guru mereka asal mengerjakan saja.

Namun demikian, metode ceramah ini justru disukai oleh siswa berkebutuhan khusus tunanetra. Keterbatasan penglihatan yang dimiliki oleh siswa tunanetra membuat mereka memiliki pendengaran yang lebih kuat. Metode ini sangat efektif bagi siswa tunanetra yang mengandalkan pendengarannya selama pembelajaran sastra berlangsung. Siswa tunanetra lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru jika disampaikan dengan metode ceramah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, metode ini merupakan metode yang paling cocok untuk diaplikasikan kepada siswa tunanetra.

Ketidakpahaman yang dialami siswa karena sedikitnya porsi metode ceramah diatasi guru dengan menggunakan metode tanya-jawab. Guru memberi kesempatan siswa bertanya tentang materi yang telah disampaikan. Tujuan


(62)

metode tanya-jawab adalah untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Siswa yang belum memahami materi pembelajaran sastra akan bertanya kepada guru.

Guru juga mengaplikasikan metode ini ketika metode penugasan dan diskusi sedang dilakukan. Ketika guru berkeliling memantau siswa yang sedang mengerjakan tugas, guru juga melakukan tanya-jawab pada siswa. Berdasarkan pengamatan, siswa sering kali menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dari tugas yang sedang dikerjakan kepada guru.

Berdasarkan hasil pengamatan, siswa tunanetra cenderung pasif ketika guru mengaplikasikan metode tanya-jawab selama pembelajaran sastra berlangsung. Ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, siswa tunanetra terlihat tidak bertanya langsung, begitu juga ketika sedang mengerjakan tugas. Siswa tunanetra justru bertanya lewat teman sebangkunya. Guru harus menghampiri dan bertanya kepada siswa tunanetra untuk memastikan bahwa siswa tunanetra tersebut sudah memahami materi sastra yang diberikan.

Metode penugasan selalu digunakan oleh setiap pembelajaran sastra berlangsung. Hal ini dikarenakan guru lebih mengarahkan pembelajaran sastra yang dilakukannya ke arah praktik. Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa pembelajaran sastra di kelas XI lebih banyak praktik dengan disisipi teori-teori namun hanya dalam porsi sedikit. Siswa juga mengungkapkan bahwa guru hampir setiap pertemuan memberikan tugas seperti tugas membuat cerpen.

Metode penugasan sendiri digunakan oleh guru untuk mengukur dan memantapkan pemahaman siswa terhadap materi sastra yang telah diberikan.


(63)

Guru juga melatih siswa untuk terbiasa membaca karya sastra dengan metode ini. Hal ini dikarenakan hampir semua tugas yang diberikan pada siswa terdapat kegiatan membaca karya sastra. Guru berharap minat baca siswa kelas XI di MAN Maguwoharjo terhadap karya sastra dapat meningkat. Jika minat baca siswa terhadap karya sastra tinggi, maka kemampuan apresiasi sastra mereka pun akan ikut meningkat.

Pada metode penugasan ini siswa tunanetra selalu bekerja sama dengan teman sebangkunya untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini juga diungkapkan pada hasil wawancara yang dilakukan terhadap keduanya. Mereka mengemukakan bahwa selalu saling menolong dalam aktivitas pembelajaran di kelas.

Teman sebangku siswa tunanetra bertugas untuk membacakan soal-soal dan menulis jawaban. Lembar jawab dan LKS tidak berada di hadapan siswa tunanetra melainkan di hadapan teman sebangkunya. Siswa tunanetra mendengarkan dengan seksama Berdasarkan pengamatan, siswa tunanetra mendengarkan dengan seksama ketika teman sebangkunya membacakan soal. Siswa tunanetra menyampaikan pendapat yang dimilikinya setelah soal selesai dibacakan. Keduanya kemudian mendiskusikan dan memilih jawaban yang dirasa benar.

Metode diskusi digunakan ketika guru memberikan tugas kelompok. Guru menggunakan metode ini untuk melatih siswa memecahkan masalah, bekerja sama, dan berkomunikasi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, guru menugaskan untuk membuat kelompok diskusi yang terdiri dari 4 hingga 5


(64)

siswa. Pembagian kelompok dilakukan secara acak oleh guru. Hal ini dilakukan guru dengan tujuan supaya siswa lebih dapat berbaur satu sama lain.

Guru kemudian menugaskan mereka membaca cerpen “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” karya Agus Noor yang terdapat pada buku paket. Para siswa saling berdiskusi mengenai isi yang terkandung dalam cerpen tersebut. Selama pelaksanaan metode diskusi, para siswa diperbolehkan memanfaatkan telepon genggam dan laptop yang mereka miliki untuk mencari bahan dari internet.

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar siswa terlihat aktif ketika berdiskusi. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa siswa dalam tiap kelompok yang pasif atau tidak serius. Guru menegur siswa-siswa tersebut karena mengganggu teman-teman yang sedang berdiskusi. Setelah mendapat teguran dari guru, pelaksanaan metode diskusi berlangsung dengan tertib kembali. Metode tanya-jawab diaplikasikan selama pelaksanaan metode diskusi. Beberapa kali siswa bertanya pada guru jika ada hal yang kurang dimengerti.

Setiap dibentuk kelompok diskusi, siswa tunanetra menjadi anggota seperti siswa-siswa yang lainnya. Siswa tunanetra turut memberikan pendapat-pendapatnya ketika berdiskusi. Keterbatasan penglihatan yang dimiliki siswa tunanetra membuatnya melakukan aktivitas diskusi secara verbal saja. Siswa tunanetra mendengarkan persoalan yang didiskusikan dalam kelompok. Jika terdapat teks yang perlu dibaca, anggota kelompok lainnya membacakannya dan siswa tunanetra menyimak. Siswa tunanetra kemudian menyampaikan pendapat


(65)

sesuai dengan pemahaman yang didapatkannya. Sekretaris kelompok kemudian mencatat pendapat siswa tunanetra dan anggota kelompok lainnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, metode asuh sebaya diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas yang terdapat siswa tunanetra. Metode ini dilakukan selama berlangsungnya metode penugasan dan diskusi. Siswa berkebutuhan khusus memerlukan pendamping agar mendapatkan pantauan dan bimbingan khusus. Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa tugas pembelajaran sastra selalu terdapat kegiatan membaca sehingga siswa berkebutuhan khusus terlebih siswa tunanetra memerlukan bantuan.

Ketika guru menugaskan siswa membaca cerpen berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia”, teman sebangku siswa tunanetra akan membacakannya. Hal tersebut merupakan cerminan dari metode asuh sebaya yang terjadi selama pembelajaran sastra berlangsung. Peran sebagai pelaksana metode asuh sebaya diberikan kepada teman sebangkunya. Teman sebangku siswa tunanetra membantu aktivitas belajarnya selama di kelas. Siswa tunanetra dalam wawancara mengatakan bahwa dia kesulitan ketika pembelajaran menggunakan media gambar. Di sinilah teman sebangkunya berperan sebagai asuh untuk mendampingi. Teman sebangkunya akan memberikan penjelasan mengenai soal-soal yang sedang dikerjakan.


(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : MAN Maguwoharjo Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI/1

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2x pertemuan)

KKM : 74

Kompetensi Dasar : 3.9 4.9

Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek. Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Indikator : 1.

2.

Mengidentifikasi cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen

Menyusun kembali cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mendeskripsikan struktur cerita pendek.

2. Siswa dapat menjelaskan unsur-imsur cerita pendek yang dibacanya. B. Materi Pembelajaran

1. Unsur-unsur pembangun cerpen 2. Merekonstruksi cerpen.

C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah

2. Tanya-jawab 3. Penugasan 4. Diskusi

D. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan I

No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

1. Kegiatan Awal

 Salam dan berdoa

 Guru memberikan apersepsi

 Guru menyampaikan KD, tujuan yang ingin dicapai, dan evaluasi yang digunakan


(2)

2. Kegiatan Inti

 Guru menyampaikan materi tentang unsur-unsur pembangun cerpen kepada siswa.  Guru dan siswa melakukan tanya-jawab

seputar materi yang disampaikan

 Siswa dibagi dalam kelompok dengan anggota masing-masing 4-5 siswa.

 Guru menugaskan tiap kelompok untuk membaca cerpen berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” yang terdapat pada buku paket dan menganalisis cerpen tersebut.  Guru dan siswa membahas bersama hasil

diskusi siswa.

70 menit

3. Kegiatan Penutup

 Guru menugaskan siswa untuk melanjutkan pekerjaan di rumah.

 Guru menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

 Guru menutup pembelajaran dengan berdoa.

10 menit

Pertemuan II

No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

1. Kegiatan Awal

 Salam dan berdoa

 Guru memberikan apersepsi

10 menit

2. Kegiatan Inti

 Guru mengingatkan kembali siswa pada materi yang telah dipelajari sebelumnya.

 Guru menugaskan siswa untuk membuat cerita pendek tentang kehidupan sosial di sekitarnya..  Siswa mengumpulkan tugas.

70 menit

3. Kegiatan Penutup

 Guru menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

 Guru menutup pembelajaran dengan berdoa.

10 menit

E. Alat dan Sumber Belajar - LKS

F. Penilaian

Penilaian Kognitif Bentuk : Tertulis Jenis Tagihan : Kelompok Tugas :


(3)

buku paket!

Bentuk : Tertulis Jenis Tagihan : Individu

Tugas : Buatlah cerpen tentang kehidupan sosial di lingkunganmu! Rubrik Penilaian

Aspek yang Dinilai Poin

Kelengkapan isi cerpen Tata tulis

Ejaan

Organisasi isi cerpen Kesinambungan 5 5 5 5 5

Nilai = Total Poin x 4

Penilaian Afektif

No. Aspek yang Dinilai Poin

1. Keaktifan 20

2. Minat belajar 20

3. Kesiapan menerima pelajaran 20

4. Ketepatan mengerjakan tugas 20

5. Etika 20

Nilai = Total Poin

Mengetahui,

Kepala MAN Maguwoharjo

Drs. Aris Fuad

NIP 196612151993031004

Sleman, Agustus 2016

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Heru Prabowo, S.Pd. NIP 1970021220070110


(4)

(5)

(6)