8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sastra dan Pembelajaran Sastra
1 Hakikat Sastra
Menurut Teeuw 1988: 23 istilah sastra berasal dari bahasa Sansekerta, dari sas dan tra. Sas adalah kata kerja turunan yang berarti mengarahkan, memberi
petunjuk, dan intruksi. Tra biasanya dipakai ntuk menunjukan pengertian alat atau sarana. Jadi, sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku intruksi atau
pembelajaran, dan petunjuk. Istilah sastra dalam pengertian behasa Melayu benyak diartikan sebagai
tulisan. Pengertian ini kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik. Jadilah susastra yang bermakna tulisan yang indah Fananie, 2004: 4.
Pengertian sastra yang didasarkan pada makna kata di atas belum dapat menggambarkan pengertian sastra secara keseluruhan lebih-lebih perkembangan
sastra zaman sekarang begitu pesat. Menurut Pradopo 1999: 36 hakikat sastra sebagai suatu bentuk seni
bersifat imajinatif, mengandung sifat konotatif pada penggunaan bahasanya, dan unsur estetikanya dominan. Implikasi dari konsep-konsep tersebut, yaitu dalam
menilai sastra harus berdasarkan pada hakikat sastra itu sendiri. Demikian pula dalam mempelajari sastra haruslah berpusat pada sastra itu sendiri. Sejalan dengan
itu Sawardi 2004: 9 mengungkapkan bahwa sastra menggunakan bahasa sebagai media untuk menjelmakan imajinasi. Namun demikian, pemaknaan bahasa dalam
9 sastra mempunyai kekhususan, yaitu mengandung kemungkinan banyak tafsir
maka sastra hanya bermediakan bahasa. 2
Pembelajaran Sastra Pembelajaran sastra diharap mampu melakukan suatu proses
penjelajahan yang meningkatkan bukan saja kepekaan dan pemahaman tenteng karya sastra, tetapi juga rasa sayang setelah mengenal “apa itu sastra”. Dengan
demikian, yang terpenting dari kegiatan pembelajaran ini bukan suatu deretan hafalan, tetapi suatu pengalaman menikmati karya sastra itu sendiri Budianta,
2002: 3. Menurut Endraswara 2005: 65, pembelajaran sastra dikatakan berhasil bila siswa berpribadi sastra serta senantiasa menjadi insan peminat atau pecinta
sastra, seorang peminat atau pecinta sastra memiliki ciri-ciri berikut ini: a.
Gemar membaca, mendengarkan dan menonton pertunjukan sastra. b.
Gemar membicarakan dan mendialogkan kepada orang lain dari apa yang dilihat, dirasakan, dan dihayati dalam karya sastra.
c. Suka mengumpulkan karya-karya sastra, mengkliping beberapa karya sastra
yang diminati. d.
Sering membaca ulasan, sorotan, timbangan sastra yang ada di media massa. e.
Gemar mengikuti aneka macam lomba sastra untuk meningkatkan dan menguji kemampuan.
B. Paradigma Pembelajaran Sastra di Indonesia
Pembelajaran bukan suatu proses yang berjalan secara alami dan bersifat otomatis. Segala tindakan yang dilakukan, baik oleh guru maupun siswa, senantiasa