Tingkat Pendidikan Masa Kerja

60 terutama pada faktor-faktor tertentu dalam menghadapi masalah yang mungkin timbul dilingkungan kerjanya AM. Sugeng Budiono, 2003:148. Tenaga kerja yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami kecelakaan jika dibandingkan tenaga kerja perempuan. Dari hasil penelitian menyebutkan sebesar 70 dari seluruh responden yang mengalami kecelakaan adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih banyak daripada pria Juli Soemirat, 2000:57. Rekomendasi untuk tenaga kerja wanita, yang paling sempurna adalah dengan dipraktekkannya semua peraturan perundangan untuk melindungi tenaga kerja wanita sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah termasuk juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja AM. Sugeng Budiono, 2003:151.

5.1.1.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal tertinggi responden adalah SMP yaitu sebesar 60. Karena jenis pekerjaan yang dikerjakan umumnya tidak memerlukan keahlian khusus. Tetapi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pendidikan dan latihan yaitu usaha menanamkan prinsip keselamatan kerja pada pekerja dan calon pekerja. Pendidikan biasanya diperuntukkan bagi siswa yang dipersiapkan sebagai tenaga kerja pre service training. Dalam hal ini 61 keselamatan kerja dapat dimasukkan dalam kurikulum sekolah Bambang Endroyono, 1989:8 Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah, sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal Achmad Munib, dkk., 2004:33. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan Soekidjo Notoatmodjo, 2003:16. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

5.1.1.4 Masa Kerja

Responden yang mempunyai prosentase terbesar dalam masa kerja yaitu responden yang telah bekerja diatas 30 tahun yaitu sebesar 30 dari 10 responden, dimana tenaga kerja ini tergolong lama sehingga kemungkinan jenuh atau bosan akan pekerjaan yang dilakukan semakin besar, karena mereka mengerjakan pekerjaan yang sama atau monoton setiap harinya. Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya 62 masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang MA. Tulus, 1992:121. Pekerjaan monoton adalah suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode waktu yang tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar AM. Sugeng Budiono, 2003:92. Sikap psikologis dan dan fisik dari seseorang terhadap pekerjaan monoton akan sangat berpengaruh dimana pekerja yang bersikap negatif dan acuh pada pekerjaannya dapat mengalami bosan, apatis dan mengantuk. Akibat dari kepenatan atau keletihan dari pekerjaan yang terlalu keras, orang yang melakukan pekerjaan monoton akan berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan tersebut dengan jangka waktu tertentu AM. Sugeng Budiono, 2003:94. 5.1.1.5 Jenis Kecelakaan Salah satu metode yang mampu memberikan beberapa petunjuk tentang penyebab sesungguhnya dari berbagai kecelakaan dalam industri adalah metode klasifikasi. Terdapat banyal metode yang berbeda-beda untuk menklasifikasikan kecelakaan berdasarkan penyebabnya. Dalam beberapa hal klasifikasi dilakukan berdasarkan lokasi kejadian, sedangkan sebagian lainnya mengklasifikasi dilakukan berdasar usulan-usulan yang disetujui oleh Konferensi Ahli Statistik Pekerja Internasional yang Pertama First International Conference of Labour Statistician yang diselenggarakan oleh ILO ILO, 1989:17. Pengertian kecelakaan kerja yang tercantum dalam petunjuk teknis penyelesaian jaminan kecelakaan kerja PT. Jamsostek Persero Jamsostek, 63 2005:1 adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Dari hasil penelitian tentang jenis kecelakaan yang dialami responden, diperoleh sebayak 50 responden mengalami kecelakaan didalam tempat kerja dan 50 responden lainnya mengalami kecelakaan diluar tempat kerja. 5.1.1.6 Pelatihan K3 Berdasarkan keikutsertaan responden dalam mengikuti pelatihan K3 diperoleh bahwa sebanyak 7 orang responden belum pernah mengikuti pelatihan K3. Hal ini dikarenakan pelatihan K3 yang diadakan PT. Jamu Air Mancur hanya diberikan pada karyawan laki-laki, itupun hanya diambil perwakilan tiap bagian. Jadi, tidak semua karyawan laki-laki pernah ikut pelatihan K3 karena digilir. Menurut informasi dari responden diperoleh bahwa, pelatihan K3 yang diadakan di PT. Jamu Air Mancur kurang teratur. Hal ini terlihat dari keragaman jawaban yang diberikan oleh responden. Seluruh responden mengatakan bahwa yang memberikan pelatihan K3 di PT. Jamu Air Mancur adalah P2K3. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat dan atau bebas dari kecelakaan kerja Zero Accident dan tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Lebih dari itu, pelaksanaan K3 dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja Danggur Konradus, 2006:118. 64 Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan. Adapun kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya kerusakan mesin atau kerusakan produk, sering tidak diharapkan perusahaan maupun tenaga kerja. Namun tidak mudah menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan kerusakan. Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling tepat dan harus dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah melakukan pelatihan. Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan terhadap alat-alat kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan pemeliharaan terhadap alat-alat kerja Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:213 . Pelatihan atau training K3 pada pekerja memainkan peranan penting dalam peningkatan kondisi kerja atau lingkungan kerja. Secara subtansial, upaya meningkatkan K3 ditempat kerja sering mengalami hambatan karena kurangnya kesadaran dari elemen yang terlibat. Untuk mengatasi hal itu, maka pelatihan K3 bagi pekerja penting sekali dapat memfasilitasi para karyawan dalam mendiagnosis masalah yang mungkin dihadapi dalam pekerjaan dan mungkin dihadapi dalam pekerjaan dan sekaligus membantu mereka mencari solusi tebaik untuk mengatasinya Danggur Konradus, 2006:126. Keuntungan pelatihan bagi pekerja baru adalah dapat ditanamkan kebiasaan dan tingkah laku yang aman dalam bekerja. Kebiasaan ini akan terbawa seterusnya sehingga dapat mendukung upaya pencegahan kecelakaan ditempat kerja. Sedangkan bagi pekerja lama yang berganti tugas atau menangani jenis pekerjaan baru, bisa dimanfaatkan untuk mengenal kebiasaan dan perilaku yang 65 tidak aman yang kadang tidak disadarinya. Dengan demikian perilaku yang tidak aman ini bisa dihilangkan dan diganti dengan kebiasaan dan perilaku yang aman Syukri Sahab, 1997:125. Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:45. Safety and Environmental Committee atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan P2K3 dapat dianggap sebagai kunci utama pada banyak kesuksesan penerapan LK3 diperusahaan. P2K3L merupakan gabungan antara manajemen dan karyawan. Tanggung jawab dan kewajibannya dititik beratkan pada pencegahan pencemaran dan kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja Emil Salim, 2002:17.

5.1.1.7 Peraturan K3