PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI I PAGELARANTAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI I PAGELARANTAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Endang Sri Suswarini

Kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat masih rendah atau belum memcapai KKM yang ditentukan, yaitu 65,00. Berdasarkan masalah tersebut di atas, penelitian bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran kemampuan mengungkapkan pendapat melalui teknik pelatihan siswa kelas VIII SMP Negeri I Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2013, dengan subyek penelitian 40 siswa.

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pembelajaran mengungkapkan pendapat dengan menerapkan teknik pelatihan digunakan pada siklus satu dan siklus dua. Aspek yang diamati pada setiap siklus, adalah aktivitas siswa dan guru serta proses pembelajaran mengungkapkan pendapat melalui teknik pelatihan.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus satu nilai rata-rata 69,07 siswa yang tuntas 19 orang dengan persentase 62,50% dan siswa yang belum tuntas 21 orang dengan persentase 37,50%. Pada siklus dua nilai rata-rata 77,22 siswa yang tuntas 32 orang dengan persentase 80.00% dan siswa yang tidak tuntas 8 orang dengan persentase 20.00%. Dari kedua siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat. Peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus dua adalah 17,50 %, dan peningkatan siswa yang memcapai KKM 13 siswa. Berdasarkan hasil penelitian teknik pelatihan dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat pada siswa kelas VIII SMP Negeri I Pagelaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PAGELARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Endang Sri Suswarini Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PAGELARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh

ENDANG SRI SUSWARINI NPM 1013116004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013


(4)

DAFTAR TABEL

halaman

1. Tabel 3.1 Kriteria Skor Kemampuan Mengungkapkan Pendapat ... 40 2. Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mengungkapkan

Pendapat ... 42 3. Tabel 4.1 Skor Kumulatif Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

dengan Teknik Pelatihan Siklus I……… 51 4. Tabel 4.2 Rata-Rata Skor Indikator Kemampuan Mengemukakan

Pendapat Siklus I ... 52 5. Tabel 4.3 Skor Kumulatif Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

Dengan Teknik Pelatihan Pada Siklus II ... 63 6.Tabel 4.4 Rata-Rata Skor Indikator Kemampuan Mengemukakan

Pendapat Siklus II ... 64 7.Tabel 4.5 Rata-Rata Skor Penilaian Kemampuan Siswa Mengemukakan Pendapat Pada Setiap Siklus ... 65


(5)

DAFTAR GRAFIK

halaman

1. Grafik 4.1 Persentase Nilai dan Aktivitas Siswa Kelas VIII Pada

Setiap Siklus ... 66 2. Grafik 4.2 Hasil Ketuntasan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

Prasiklus,Siklus I, dan Siklus II ... 67 3. Grafik 4.3 Nilai Rata-Rata Siswa Kelas VIII pada Setiap Siklus ... 68


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

MOTO ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

II. LANDASAN TEORETIS 2.1 Konsep Dasar tentang Pengertian Berbicara ... 7

2.2 Hakikat Berbicara ... 8

2.2.1 Pengertian Keterampilan Berbicara ... 9

2.2 2 Tujuan Berbicara ... 10

2.2.3 Jenis-Jenis Berbicara ... 10

2.2.4 Faktor-Faktor Keberhasilan Berbicara ... 11

2.3 Kemampuan mengungkapkan Pendapat ... 12

2.4 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat ... 14

2.4.1 Faktor Kebahasan ... 14

2.4.2 Faktor Nonkebahasaan ... 20


(7)

2.5.1 Teknik Diskusi ... 23

2.5.2 Kerja Kelompok ... 23

2.5.3 Penemuan (Discovery) ... 24

2.5.4 Simulasi ... 24

2.5.5 Inquiry ... 25

2.5.6 Teknik Pemberian Tugas dan Resitasi ... 25

2.5.7 Teknik Eksperimen ... 25

2.5.8 Demonstrasi ... 26

2.5.9 Karyawisata ... 26

2.5.10 Teknik Penyajian Tanya Jawab ... 26

2.6 Teknik Pelatihan (DrillTubian’) ... 26

2.6.1 Pengertian Teknik Pelatihan ... 28

2.6.2 Tujuan Pembelajaran Dengan Menggunakan Teknik Pelatihan ... 29

2.6.3 Cara Mengatasi Kelemahan Teknik Pelatihan ... 31

III. PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Setting Penelitian ... 34

3.2.1 Tempat Penelitian... 34

3.2.2 Waktu Penelitian ... 34

3.2.3 Subjek Penelitian ... 34

3.3 Indikator Keberhasilan ... 35

3.4 Prosedur PTK ... 35

3.4.1 Perencanaan ... 35

3.4.2 Tindakan ... 36

3.4.3 Observasi ... 38

3.4.4 Refleksi ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5.1 Observasi ... 39

3.5.2 Wawancara ... 39

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data Belajar Siswa... 39

3.6 Teknik Analisis Data ... 41

. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 43

4.1.1 Siklus Satu ... 44

4.1.1.1 Perencanaan ... 44

4.1.1.2 Tindakan ... 45

4.1.1.3 Pengamatan ... 47

4.1.1.4 Reflesi ... 49

4.1.2 Siklus Dua ... 54

4.1.2.1 Perencanaan ... 55

4.1.2.2 Tindakan ... 56

4.1.2.3 Pengamatan ... 69

4.1.2.4 Refleksi ... 62

4.1.3 Perkembangan Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat ... 66


(8)

4.2 Pembahasan . ... 68 4.2.1 Kelebihan dan Keterbatasan Penerapan Teknik Pelatihan

Dalam Pembelajaran Mengungkapkan Pendapat ... 68 4.2.2 Pembelajaran Mengungkapkan Pendapa Melalui Teknik

Pelatihan ... 70

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 72 5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan , dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian penelitian ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memotivasi, dan pengarahan, serta saran-saran dari penyusunan proposal hingga PTK ini selesai ditulis.

2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. selaku dosen pembahas yang telah memberikan bimbingan , arahan, kritik, dan saran demi kesempurnaan penulisan PTK ini.

3. Dr. Hj. Siti Samhati, M.Pd. selaku dosen pembing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran dengan penuh


(10)

kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Lampung dengan baik.

4. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

5. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 6. Suwardi S.Y., S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri I Pagelaran. 7. Keluarga besar SMP Negeri I Pagelaran, dewan guru, dan staf tata usaha. 8. Teman sejawat, Tri Halyani yang telah membantu proses pelaksanaan

penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelalesaikan PTK ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Mahakuasa membalas kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari dalam penuliasn PTK ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan PTK ini. Penulis berharap mudah-mudahan hasil karya ini bermanfaat dalam meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya, dan pembaca umumnya.

Bandar Lampung, Maret 2013

Penulis


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. ...

: Dr. Hj. Siti Samhati, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 1985031003


(12)

Judul : Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Melalui Teknik Pelatihan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri I Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Endang Sri Suswarini No.Pokok Mahasiswa : 1013116004

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. Dr. Hj. Siti Samhati, M.Pd NIP 19600121 198810 1001 NIP 19620829 198803 2001

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 19590722 198603 1003


(13)

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain”

(Q.S. Al-Insyiro:6)

“Tak ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada menimbulkan senyum pada wajah orang lain, terutama wajah orang yang kita cintai”

(R.A. Kartini)

“Tebarkan ilmu yang kau dapat meski hanya satu ayat” (Aidh Al-Qarni)


(14)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, penulis mempersembahkan karya tulis ini, kepada orang-orang terkasih berikut ini.

1. Orang tua dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa,

dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan.

2. Suami tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat serta kebersamaan, sehingga memberikan kedamaian, ketenangan, dan keberhasilan.

3. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat dan kebersamaan sehingga memberikan kedamaian dan keberhasilan.

4. Keempat buah hatiku Panji Kesuma Wijaya, Jati Kesuma Wijaya, Niken Indriani, dan Retno Ariani yang selalu memberikan dorongan, inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang.

5. Kepala Sekola, dewan guru, karyawan, dan staf TU SMP Negeri I Pagelaran yang telah memberikan semangat dan dorongannya.

6. Dosen-dosenku yang telah membimbing dan membantu menyelesaikan kuliahku.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu, pada tanggal 17 Desember 1957. Sebagai anak kedua, buah cinta dari pasangan Wahono dan Darsini.

Peneliti menyelesaikan studi di Sekolah Dasar Negeri 3 Pringsewu pada tahun 1972, SMP Negeri I Pringsewu diselesaikan tahun 1975, SMA Negeri I Pringsewu diselesaikan pada tahun 1979, D2/A2 Universitas Lampung diselesaikan pada tahun 1982.

Terdaftar sebagai mahasiswa S I Dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada 2010.


(16)

SURAT PERNYATAAN

Sebagai civitas akademik Universitas Lampung, saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Endang Sri Suswarini NPM : 1013116004

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi : Universitas Lampung

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Melalui Teknik Pelatihan Siswa Kelas VIII A

SMP Negeri I Pagelaran Tahun Pelajaran 2011/2012 Menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini hasil kerja saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai pernyataan penyelesaian studi pada unuversitas atau institut lain.

Bandarlampung, Maret 2013

Yang membuat pernyataan

Materai 6000

Endang Sri Suswarini

NPM 1013116004


(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara yang berfungsi sebagai bahan pengantar dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat taman kanak-kanak sampai tingkat perguruan tinggi. Keberhasilan siswa mengikuti pelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa. Salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan berbicara.

Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan, yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau menyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dan apakah waspada serta antusias atau tidak.

Kemampuan berbicara merupakan salah satu aspek dari keempat kemampuan berbahasa yaitu menyimak, menulis, dan membaca. Keempat aspek ini perlu dikuasai oleh siswa melalui praktik dan latihan secara teratur.


(18)

2

Namun kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia, khususnya kemampuan berbicara sehingga hasil belajar yang diperoleh belum maksimal. Masalah ini diduga karena aktivitas belajar di kelas masih rendah dan rendahnya aktivitas siswa diduga karena kurang efektifnya strategi belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Aktivitas dalam belajar bahasa Indonesia merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran agar aktivitas berjalan efektif, diperlukan keterlibatan secara terpadu, berkesinambungan yang mengarah kepada interaksi yang optimal dengan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan menggunakan berbagai variasi media dan alat bantu pembelajaran.

Dari buku pedoman pengembangan silabus mata pelajaran bahasa Indonesia tentang karakteristik peserta didik pada perkembangan aspek kognitif, Ebbut dan Straker (1995:60-75) memberikan penjelasan bahwa potensi, jika siswa mempunyai motivasi mempelajari bahasa Indonesia dengan caranya sendiri, baik secara mandiri maupun kerja sama dengan temannya, maka siswa dapat berkembang dan mempelajari bahasa Indonesia secara optimal. Implikasi pandangan ini bagi pembelajaran bahasa Indonesia adalah guru perlu 1) memberikan kesempatan belajar dalam kelompok untuk melatih kerja sama, 2) memberikan kesempatan saling bertukar gagasan, 3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri, 4) memberikan bimbingan dan melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan.


(19)

3

Berdasarkan pengamatan, wawancara, serta evaluasi strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2010/2011 adalah strategi yang memiliki langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut. Di kelas, guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh soal, memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas, latihan soal, kemudian mempresentasikan jawaban di papan tulis. Akhir pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah berupa tugas mengerjakan soal latihan pada LKS. Ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran didominasi oleh guru, aktivitas siswa masih rendah, kurang efektif karena siswa belajar sesuai keinginan guru.

Hal di atas menyebabkan siswa malu bertanya dan cenderung diam dan tanggung jawab secara individual rendah. Di sisi lain, ketidakaktifan siswa juga menyebabkan hasil belajar yang diperoleh siswapun rendah. Hal ini ditunjukkan pada perolehan nilai akhir setiap satu topik pembelajaran, kriteria ketuntasan minimal (KKM) tidak tercapai. Hasil belajar bahasa Indonesia Standar Kompetensi (SK) 10 : berbicara yaitu, menggunakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler, kelas VIIIA, dari Kompetensi Dasar (KD) 10.1 : menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Siswa yang tuntas 17 orang (42,50%) dari 40 siswa, atau rata nilai 61,20 dari KKM yang ditentukan 65 atau rata-rata ketuntasan 75%.

Dari evaluasi proses pembelajaran di atas, jelas belum bisa memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini


(20)

4

disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan tidak melibatkan siswa secara aktif, penggunaan metode atau model pembelajaran yang monoton dan tidak menantang sehingga anak tidak bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, perlu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, yaitu dengan melakukan tindakan-tindakan perbaikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama untuk materi pokok pembelajaran cara menyampaikan pendapat dalam diskusi dan implementasinya di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2010/2011 dengan metode pelatihan . Yang memperkuat dasar ini adalah Darajat (2004:302) pengajaraan yang diberikan melalui teknik drill (pelatihan) dengan baik maka anak didik itu akan menggunakan daya pikiranya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya. Ini berarti daya berpikir bertambah. Selama proses pelatihan dari awal sampai akhir pembelajaran aktivitas siswa dan aktivitas guru selalu dalam pengawasan kolabolator dan mengadakan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat melalui teknik pelatihan siswa kelas VIII A Semester 2 SMP Negeri 1 Pagelaran tahun Pelajaran 2010/ 2011.


(21)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat melalui teknik pelatihan pada siswa kelas VIII A semester 2 SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2010/2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. Adapun mafaat penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa tentang peranan teknik pelatihan dalam meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat.

1.4.2 Manfaat secara Praktis

Manfaat praktis meliputi tiga komponen, sebagai berikut: 1. Manfaat bagi guru

a. Guru dapat meningkatkan kinerja secara professional karena guru mampu menilai, merefleksikan diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran mengungkapkan pendapat.

b. Memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran di kelas.

c. Meningkatkan profesional guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia.


(22)

6

2. Manfaat bagi siswa

a. Meningkatkan aktivitas dan minat belajar dalam kemampuan mengungkap pendapat.

b. Motivasi siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar di kelas baik secara individu maupun kelompok.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Memperolah informasi dan pengalaman langsung dalam menerapkan teknik pelatihan dalam meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat.


(23)

7

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemampuan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:707) menjelaskan, pengertian mampu adalah kesanggunan atau kecakapan, sedangkan kemampuan adalah kecakapan dan kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitasnya.

Pengertian kemampuan identik dengan pengertian kreativitas telah banyak dikemukakan para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda, seperti dinyatakan oleh Supriadi (2006:87) bahwa, setiap orang yang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan atau kreativitas tersebut. Dikemukakan oleh Davito (2001:10), bahwa kreativitas merupakan suatu kemapuan yang dimiliki oleh setiap orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat dikembangkan atau dipupuk. Dengan nada yang sama, Piers (1999:67) mengemukakan bahwa, karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang menentukan prestasi kreatif seseorang yaitu: motivasi atau komitmen yang tinggi, keterampilan dalam bidang yang ditekuni, dan kemampuan kreatif.


(24)

8

Semiawan (2004:89) mengartikan, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru antar unsur data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian, secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang tercemin/mencerminkan kelancaran, keluwesan, atau freksibel dan orisinilitas serta kemampuan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan memperinci) suatu gagasan.

Berdasarkan pengertian-pengertian pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah tindakan atau perwujudan untuk melakukan sesuatu dilandasi oleh kreativitas kerja yang optimal.

2.2Hakikat Berbicara

Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek, yaitu keterampilan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali denagn ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Salah satunya keterampilan berbicara.

Keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsure penting terhadap keberhasilan dalam semua bidang kehidupan (Albert,[et all],1961:39 dalam Tarigan,2008:29). Hal ini dikarenakan, berbicara erat kaitannya dengan prosers berpikir manusia. Kejelasan dan keterampilan berbicara seseorang menggambarkan kejelasan dan bagaimana baiknya kemampuan seseorang berpikir.

Kaitannya berbicara sebagai suatu hasil proses berpikir, bias dilihat dalam kehidupan sehari-hari, di mana kerap dijumpai perbedaan pendapat antara satu


(25)

9

orang dengan orang lainnya. Hal teesbut terjadi karena setiap orang memiliki gagasan atau pemikiran yang tidak sama dalam menanggapi suatu masalah.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, memyatakan, atau memyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, (Tarigan, 2008:16 ). Sejalan dengan pendapat tersebut (Arsjad dan Mukti 1991:17) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyian artikulasi atau

mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan.

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan dalam proses penyampaian informasi.

2.2.1 Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh (Tarigan, 2008:3). Begitu pula halnya Wilkin dalam Oktarina (2002:76) mengatakan bahwa keterampilan berbicara adalah menyusun kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat berbeda.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat


(26)

10

atau pikiran dan persaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.

2.2.2 Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif (Tarigan, 2008 :16). Begitu pula halnya dengan Arsjad dan Mukti (1998 :17) menjelaskan tujuan utama berbicara untuk berkomunikasi. Agar dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar.

2.2.3 Jenis-Jenis Berbicara

Secara garis besar, Tarigan (2004:24) membagi berbicara menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) yang mencakup empat jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan; yang bersifat informati (informative speaking).

b. Berbicara dalam situasi-situai yang bersifat kekeluargaan, persahabatan (fellowship speaking).

c. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, dan menyakinkan (persuasive speaking)

d. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking).

2. Berbicara pada konfrensi (conference speaking), yaitu sebagai berikut. a. Diskusi kelompok (group discussion).


(27)

11

1) Tidak resmi (informal), dapat dibedakan atas: a) kelompok studi (study group),

b) kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making group), c) komik.

2) Resmi (formal) yang mencakup pula: a) konferensi

b) diskusi panel,

c) prosedur parlementer (parliamentary procedure), d) debat

2.2.4 Faktor-Faktor Keberhasilan Berbicara

Agar kegiatan berbicara dapat berhasil, ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu; 1) pembicara, dan 2) pendengar (Depdiknas, 2009:11).

1. Pembicara

Pembicara adalah salah satu factor yang menimbulkan terjadinya kegiatan berbicara. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk melakukan kegiatannya, yaitu; 1) pop\kok pembicaraan, 2) bahasa, 3) tujuan, 4) sarana, dan 5) interaksi.

2. Pendengar

Suatu kegiatan berbicara tidak akan berlangsung dengan baik tanpa pendengar yang baik. Karena itu, seorang pendengar dituntut memiliki antusias yang sama seperti pembicara. Pendengar yang baik hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga memungkinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan; memusatkan perhatian dan pikiran


(28)

12

kepada pembicaraan.

b. Memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan.

c. Mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang didengarkan.

d. Memiliki kemampuan linguistic dan nonlinguistic yang dapat meningkatkan keberhasilan mendengarkan.

e. Memiliki pengetahuan dan pengalaman luas yang dapat mempermudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan.

2.3 Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

Berbicara lebih dari pada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Salah satu komponen dasar keterampilan berbicara adalah kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi.

John Stuart Mill pernah mengatakan bahwa, satu-satunya cara, tempat dimana manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan, untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan adalah dengan jalan mengetahui segala hal yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda (Tarigan, 2008:40).

Pada hakikatnya diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.


(29)

13

Diskusi kelompok berlangsung apabila orang-orang yang berminat dalam suatu masalah khusus berkumpul mendiskusikannya dengan harapan agar sampai pada suatu penyelesaian atau penjelasan. Perlu disadari bahwa, sebuah diskusi yang efektif, ialah istilah kelompok atau group haruslah mengandung makna tidak sekedar kumpulan pribadi-pribadi saja. Suatu kelompok adalah suatu keseluruhan yang dinamis dengan sifat-sifat yang berbeda dari sifat-sifat anggotanya. Misalnya, suatu kelompok yang terdiri dari atas enam orang akan menghasilkan ide-ide yang tidak akan terselesaikan oleh salah seorang dari keenamnya secara pribadi. Para pribadi dalam suatu kelompok saling bergantung satu dan lainnya. Mereka harus memperkenalkan diri dengan keseluruhan anggota kelompok dan mengetahui kalau mereka bekerjasama dalam kegiatan yang berhubungan dengan kelompok, untuk mencapai tujuan bersama. Dengan perkataan lain, suatu kelompok menampilkan suatu kejamakan pribadi-pribadi, tetapi tujuan akhir yang hendak dicapai adalah tunggal bukan jamak. Dan untuk menghindari agar kelompok tidak sempat kehilangan arah, salah seorang anggotanya ditunjuk dan diangkat sebagai ketua atau pemimpin diskusi.

Diskusi kelompok berbeda dengan public speaking (berbicara di muka umum) di mana tiap orang menjelaskan ide-ide mereka kepada kelompok-kelompok, dan juga berbeda dengan berdebat dimana para pembicara mempertahankan pro dan

kontra tetapi justru tidak mengarahkan pemikiran kelompok pada permasalahan merupakan suatu alat yang ampuh apabila hasil dari pemikiran kelompok benar-benar diinginkan.

Salah satu ciri yang menonjol pada kelompok diskusi adalah forum atau masa tanya jawab, juga dapat berlangsung dalam setiap jenis diskusi atau penampilan.


(30)

14

Forum terbuka memberi kesempatan kepada para pendengar untuk memperoleh informasi yang lebih rinci, mengemukakan bahan tambahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi

2.4 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

Untuk dapat mengemukakan pendapat dengan baik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh seseorang untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan (Wahono, 2007 : 165). Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

2.4.1 Faktor Kebahasaan

Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, meliputi ketepatan ucapan (pelafalan), kosa kata/pilihan kata, dan intonasi.

a. Pelafalan

Seorang pembicara harus membiasakan diri melafalkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama. Gaya bahasa seseorang berbeda-beda dan berubah-ubah sesuai dengan pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Penyimpangan itu akan mengganggu keefektifan berbicara. Misalnya kata belum menjadi belom, kata rabu menjadi rebo, dan kata bagaimana menjadi gimana.

Ketidaktepatan pelafalan bunyi-bunyi bahasa dapat menimbulkan perbedaan makna yang dimaksud dan kebingungan pendengar. Jika pendengar bingung maka pendengar akan mudah mengalihkan perhatian ke hal-hal lain yang lebih menarik.


(31)

15

Hal ini akan mngurangi keefektifan berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat akan menimbulkan kebosanan dan dapat mengalihkan perhatian.

Contoh : kata cari akan berubah makna apabila /c/ digantikan dengan fonem /d/ sehingga memjadi kata dari.

b. Kosa Kata (Pilihan Kata)

Kosa kata atau pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya, mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).

Pembicaraan akan lebih mudah dipahami apabila kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah dikenal. Dalam berbicara seorang pembicara harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari diksi, syarat-syarat itu ialah :

a. Ketepatan

Ketepatan dimaksudkan sebagai pilihan kata yang dapat mewakili gagasan dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara pembicara dengan pendengar.

Contoh : Kata indah lebih tepat dalam kalimat Kebun bunga itu indah dipandang mata. Daripada kata cantik, sehinga menjadi Kebun


(32)

16

b. Kesesuaian

Kesesuaian diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan kontek, seperti situasi pemakaian dan sasaran pembicaraan.

Contoh:

Kata kamu dan anda, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan kata itu sendiri memiliki nuansa yang berbeda.

Seperti : Apa pendapat Kamu tentang hal ini? Apa pendapat Anda tentang hal ini?

Pilihan kata yang tepat dan sesuai untuk penilaian dalam penelitian ini adalah kata yang biasa digunakan dalam kegiatan-kegiatan formal. Dalam contoh, pil;ihan kata anda, lebih tepat dan sesuai digunakan dalam kegiatan formal daripada kata kamu.

c. Intonasi

Intonasi adalah tinggi rendahnya nada, penempatan jeda, dan sendi dalam pelafalan kalimat. Intonasi dapat membedakan maksud, oleh sebab itu keseuaian intonasi merupakan daya tarik dalam berbicara yang dapat meminimalisir kesalahpahaman (Arsjad dan Mukti, 1988:18).

Intonasi itu bukan merupakan gejala tunggal, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam gejala yaitu tekanan, nada, durasi, perhentia, dan suara yang meninggi, mendatar , atau merendah pada arus ujaran. Selain itu, arus ujaran masih dapat diputuskan untuk suatu waktu yang singkat atau secara


(33)

17

relative lebih lama, dengan suara yang meninggi (naik), merata, atau merendah (turun). Keseluruhan dari gejala-gejala ini yang tedapat dalam suatu tutur disebut intonasi. Landasan intinasi adalah rangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, durasi, perhentian dan suara yang menaik, merata, merendah pada akhir arus ujaran itu. (http://tata bahasa.11Omb.Com/Intonasi.htm). a. Tekanan (Stress)

Tekanan adalah cirri suprasegmental yang diukur berdasarkan keras

lembutnya suara dan panjang-pendeknya suara. Nada adalah ciri suprasegmental yang dikurur tinggi-rendahnya suara (Alwi, 2003 : 81).

Selanjutnya, ada yang menyatakan bahwa tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tataran kata (leksi) (Muslich, 2000:113).

Tataran kalimat tidak semua kata mendapatkan tekanan yang sama. Hanya kata-kata dipentingkan atau dianggappenting saja mendapat tekanan (aksen). Oleh karena itu, pendengar atau orang kedua harus mengetahui „maksud‟ dibalik makna tuturan yang didengarkan. Tekanan berkaitan dengan keras-lembutnya pengucapan dalam ujaran. Tekanan merupakan tekanan kekuatan yang lebih besar dalam artikulasi waktu mengucapkan sesuatu, sehingga lebih jelas terdengar dari yang lain (Lubis A, 1988).

Contoh : Rini memasak di dapur. Rini memasak di dapur. Rini memasak di dapur.


(34)

18

Dari contoh tersebut, dapat dibedakan mana kata yang ingin ditekankan maknanya oleh si pembicara.

b. Nada

Yang dimaksud dengan nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh tinggi-rendahnya arus ujaran. Tinggi-rendahnya arus ujaran terjadi karena frekuensi getaran yang berbeda antar segmen. Bila seseorang berada dalam kesedihan ia akan berbicara dengan nada yang rendah. Sebaliknya bila dalam keadaan gembira atau marah,nada tinggilah yang biasanya digunakan orang. Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam milmu bahasa biasanya dilambangkan dengan angka misalnya /2 3 2/ yang berarti segmen pertama lebih rendah dibandingkan dengan segmen kedua, sedang segmen ketiga lebih rendah dari yang kedua.

Nada dalam bahasa Indonesia hanya berfungsi membedakan arti bila terdapat dalam kalimat. Karena intonasi pertama-tama didasarkan pada nada, maka nada yang distingtif dalam kalimat tidak lain pada dasarnya adalah intonasi yang distingtif. Ada intonasi berita, intonasi tanya, intonasi perintah, intonasi yang menyatakan kemarahan, kegembiraan dan sebagainya, walaupun segmentalnya sama (http:/tata bahasa,11 Omb.Com/Nada.htm). c. Durasi

Yang dimaksud dengan durasi adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh panjang pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan sebuah segmen.


(35)

19

Dalam tutur, segmen-segmen dalam kata /besar/ yaitu /be/ dan /sar/ masing-masing dapat diucapkan dalam waktu yang sama, tetap dapat terjadi bahwa seorang pembicara dapat mengucapkan segmen /be/ lebih lama dari segmen /sar/ atau sebaliknya.

Contoh : /be...sar sekali/ atau /be-sar...sekali/

Dalam hal yang pertama /e/ dari segmen /be/ diucapkan lebih lama, sedang dalam hal yang kedua segmen /sar/ diucapkan lebih lama (http:/tata bahasa.11Omb.com/Durasi.htm).

Sebuah segmen dalam kalimat dapat diucapkan dalam waktu relatif lebih lama dari segmen lain dalam kalimat, untuk menekan segmen itu.

Contoh : / mobil itu bagu...s sekali/.

d. Kesenyapan

Kesenyapan merupakan suatu proses yang terjadi selama berlangsungnya suatu tutur atau suatu arus ujaran, yang memutuskan arus ujaran yang

tengah berlangsung. Oleh karena itu, kesenyapan selalu berada dalam bidang tutur, minimal dalam bidang kalimat.

Ada kesenyapan yang bersifat sementara atau berlangsung sesaat saja, yang menunjukan bahwa tutur itu masih akan dilanjutkan. Ada pula perhentian yang sifatnya lebih lama, yang biasanya diikuti oleh suara yang menurun yang menyatakan bahwa tutur atau bagian dari tutur itu telah mencapai kebulatan.


(36)

20

Kesenyapan jenis pertama disebut kesenyapan antara atau kesenyapan nonfinal atau jeda. Kesenyapan ini biasanya dilambangkan dendang tanda koma (,). Sedangkan kesenyapan yang kedua disebut kesenyapan akhir atau kesenyapan final. Kesenyapan ini biasanya dilambangkan dengan tanda titik (.) atau titik koma (;) bila suaranya merendah, dan akan dilambangkan dengan tanda tanya (/) jika intonasi merendah, dan akan dilambangkan dengan tanda seru (!) jika intonasi lebih keras (http:/tata bahasa.11.com/kesenyapan.htm).

2.4.2 Faktor Nonkebahasaan

Keefektifan pelaksanaan diskusi tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan,

tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan. Dalam pembicaraan formal,

faktor nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan berbicara. Begitu

pula dalam pembelajaran kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi,

sebaiknya faktor nonkebahasaan ditanamakan terlebih dahulu, sehingga kalau

faktor nonkebahasaan sudah dikuasi akan memudahkan penerapan faktor

kebahasaan.

Penguasaan faktor non kebahasaan yang dinilai meliputi sikap, kenyaringan suara, penguasaan topik, kelancaran dan kesediaan menghargai orang lain. Pemilihan sikap, kenyaringan suara, penguasaan topik, kelancaran dan kesedian menghargai kesedian orang lain sebagai indikator penilaian dalam penelitian ini didasarkan atas penyesuaian kurikulum yang berlaku di sekolah menengah pertama.


(37)

21

a. Sikap

Sikap merupakan satu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan lingkungannya. Sikap juga menggambarkan kesiapan seseorang. Selain situasi dan tempat, sikap juga dapat dipengaruhi oleh penguasaan materi. Dalam penilaian ini, sikap yang baik adalah sikap siswa yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Kewajaran dapat dililah dari gerak tubuh siswa selama diskusi berlangsung, ketenangan dapat dilihat dari bagaimana siswa berbicara, dan ketidak kakuan dapat dilihat dari mimik wajah siswa.

b. Kenyaringan Suara

Pembicara harus memperhatikan tingkat kenyaringan suara yang disesuaikan dengan situasi dan tempat, dan mengingat kemungkinan gangguan dari pihak lain. Kenyaringan suara dalam penilaian ini dinilai dengan dapat atau tidaknya peneliti mendengar suara siswa ketika mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi.

c. Penguasaan Topik

Penguasaan topik yang baik menimbulkan keberanian dan kelancaran. Penguasaan topik adalah salah satu aspek nonkebahasaan terpenting yang harus diperhatikan dalam kegiatan diskusi, karena tanpa penguasaan topik,maka diskusi tidak akan berjalan dengan baik dan cenderung gagal. Adapun ukuran penilaian dilihat dari beberapa hal, yaitu adanya referensi atau acuan, keterkinian, dan dalam atau tidaknya setiap opini yang disampaikan siswa.


(38)

22

d. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan. Sebaliknya, pembicara yang berbicara tersendat-sendat atau bahkan terlalu cepat dan mengulang-ulang kata yang sama akan menyulitkan pendengar memahami pembicaraan.

e. Kesediaan Menghargai Orang Lain

Dibutuhkan sikap terbuka dalam diskusi kelompok. Sikap terbuka salah satunya dengan menghargai orang lain, baik dengan memberikan waktu untuk berbicara kepada anggota diskusi lain, menyangkal dengan cara yang sopan, dan atau memyertakan alasan yany tepat untuk setiap pendapat yang diutarakan.

Beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam diskusi :

a. Mekanisme diskusi harus disusun atau disampaikan secara jelas dan lengkap meliputi pembukaan, tujuan, dan kesimpulan. Apabila ada satu mekanisme yang tidak dilaksanakan maka akan menimbulkan kejanggalan.

b. Kesesuain diskusi dengan tujuan

Sesuai pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam diskusi, maka tujuan yang disampaikan harus sesuai dengan pelaksanaan diskusi itu sendiri yang nantinya akan terlihat dari kesimpulan yang dihasilkan.


(39)

23

2.5 Macam-Macam Teknik Penyajian Pembelajaran

Teknik pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, namun dalam penerapannya harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan tujuan yang akan dicapai.

Di bawah ini merupakan contoh macam-macam teknik pembelajaran yang disampaikan oleh Roestiyah (2008:5)

2.5.1 Teknik Diskusi

Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

2.5.2 Kerja Kelompok

Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar-mengajar. Ialah suatu cara mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru.

2.5.3 Penemuan (Discovery)

Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery

adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,


(40)

24

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. S uatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi, dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud dengan prinsip antara lain: logan apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

2.5.4 Simulasi

Dalam pengajaran modern taknik ini telah banyak dilaksanakan; sehingga siswa bisa berperan seperti orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki.

Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti oarang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu belatih memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai mermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah: peer teaching, sosiodrama, psikodrama, simulasi game, dan role playing

2.5.5 Inquiry

Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris; ini merupakan sustu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di dalam kelas. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu. Kemudian mereka mempelajari,


(41)

25

meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.

2.5.6 Teknik Pemberian Tugas dan Resitasi

Teknik resitasi (penugasana) adalah teknik penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Teknik ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu yang tidak seimbang. Agar bahan pelajaran selesai dengan batas waktu yang telah ditentukan, teknik ini bisa digunakan untuk mengatasinya. Tugas ini biasanya dapat dilakukan di sekolah, perpustakaan, di rumah, atau di tempat lain, untuk memotivasi siswa belajar baik individu maupun kelompok.

2.5.7 Teknik Eksperimen

Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, segala sesuatu memerlukan eksperimen. Begitu pula, cara mengajar guru di kelas melakukan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar, di mana siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

2.5.8 Demonstrasi

Teknik lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi. Tetapi, siswa tidak melakukan percobaan; hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi, demonstrasi adalah cara mengajar di mana


(42)

26

seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses. Misalnya merebus air sampai mendidih 100 derajat celcius, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengarkan, mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

2.5.9 Karyawisata

Kadang-kadang dalam proses belajar-mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekadar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya deng an melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karyawisata, cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum, dan sebagainya.

2.5.10 Teknik Penyajian Tanya Jawab

Untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar-mengajar guru perlu memberikan tanya jawab. Ialah suatu teknik untuk memberi motivasi kepada siswa agar bangkit pemikiranya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab. Tentu saja pertanyaan yang diberikan sesuai dengan isi pelajaran yang sedang diajarkan guru.


(43)

27

2.6 Teknik Pelatihan (Drill)

Dalam proses pembelajaran terdapat tiga komponen penting yang diperlukan untuk menunjang tujuan pembelajaran yakni pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakikat bahasa, pembelajaran, dan pengajaran; metode adalah keseluruhan rencana unutk penyajian bahan yang didasarkan pada pendekatan yang terpilih; dan teknik merupakan sesuatu yang dimanifestasikan ke dalam kelas yang dalam pelaksanannya tetap konsisten dengan metode dan selaras dengan pendekatan (Anthony dalam Brown, 2001:14).

Teknik dapat berupa berbagai macam cara atau kegiatan untuk menyajikan pelajaran di depan kelas. Teknik pembelajaran tergantung kepada guru, pada kiatnya secara individu serta tergantung juga kondisi serta situasi kelas. Konsep-konsep pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran bahasa berhubungan satu dengan yang lain. Hubungan ketiga konsep bersifat hierarkis, dalam arti bahwa pendekatan menurunkan metode, kemudian metode diinplementasikan dalam bentuk teknik.

Teknik latihan (drill) atau teknik training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Teknik pelatihan pada umumnya digunakan untuk memperolah suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah diperlajari.

2.6.1 Pengertian Teknik Pelatihan

Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu, misalnya dalam berbicara, menyanyi, atau berenang, dan lain-lain. Sebab itu,


(44)

28

dalam proses pembelajaran perlu diadakan pelatihan untuk menguasai keterampil-an tersebut. Salah satu teknik atau teknik penyajiketerampil-an pelajarketerampil-an untuk memenuhi tuntutan tersebut ialah teknik pelatihan atau drill. Menurut Roestiyah N.K (2008:125) mengatakan, teknik pelatihan adalah suatu teknik atau cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan pelatihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

Ruth Board (dalam Kasurijanto, 2005:64) mengemukakan tentang teknik pelatihan sebagai berikut:

Jika tujuan satu pelajaran adalah untuk mengajarkan kemampuan, siswa harus diberi kesempatan untuk melatih kemampuan tersebut dengan guru berperan sebagai komentator, kritikus atau pembimbing atau dia boleh juga memberikan aktivitas yang cocok seperti “games” yang memungkinkan siswa belajar berdiskusi sesama mereka. Jadi jika kita membicarakan aktivitas dalam pendidikan yang kita maksudkan adalah siswa aktif secara mental, dan sensitif secara emosional, melatih kemampuan dan mengalaminya dengan melaksanakannya.

Daradjat (2004:302) bahwa, penggunaan istilah pelatihan sering disamakan artinya dengan istilah ulangan. Padahal maksudnya berbeda. Pelatihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik siswa atau peserta didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanya sekedar mengukur sebagaimana dia telah menyerap pengajaran tersebut.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik pelatihan adalah suatu cara mengajar, melaksanakan latihan-latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.


(45)

29

2.6.2 Tujuan Pembelajaran Menggunakan Teknik Pelatihan

Menurut Roestiyah N.K (2008:125), pembelajaran yang diberikan melalui teknik drill dengan baik agar siswa:

a. Memiliki keterampilan motorik/gerak seperti menghafalkan kata-kata, menulis, menggunakan alat/membuat suatu benda;

b. Mengembangkan kecakapan intelek seperti mengemukakan pendapat dalam diskusi, menguasai kosakata dan pengucapan lafal dan intonasi berbicara dan lain sebagainya;

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti menghubungan fakta-fakta atau pendapat, gagasan, ide, atau sumber-sumber referensi penguat pendapat yang akan disampaikan dalam diskusi;

d. Memiliki keterampilan secara fisik maupun mental dalam menghadapi sesuatu seperti berbicara dalam suatu forum, olah raga atau kegiatan lainnya;

2.6.3 Keunggulan dan Kelemahan Teknik Keunggulan Pelatihan

Teknik pelatihan yang digunakan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan, diantaranya adalah.

a. Keunggulan Teknik Pelatihan

Pengajaran yang diberikan melalui metode drill dengan baik menurut Darajat (2004:302) selalu akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1) Anak didik akan dapat menggunakan daya berpikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak


(46)

30

didik akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatannya. Ini berarti daya berpikirnya bertambah.

2) Pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik. tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam

Agar keunggulan metode latihan terbimbing menjadi berhasil guna dan berdaya guna, guru perlu ditanamkan pengertian bagi instruktur maupun siswa ialah: a. Tentang sifat-silfat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda

dengan latihan sebelumnya. Kemudian perlu diperhatikan pula adanya perubahan kondisi/situasi belajar yang menuntut daya tanggap/respon yang lebih baik pada peserta didik/siswa.

b. Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelum memasuki latihan guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti dan memahamai apa tujuan latihan dan bagaimana kaitannya dengan pelajaran-pelajaran lain yang diterima. Persiapan yang baik sebelum latihan mendorong/memotivasi siswa agar responsif yang fungsional, berarti dan bermakna bagi penerima pengetahuan dan lama tinggal dalam jiwanya karena sifatnya permanen, serta siap untuk digunakan/dimanifestasikan oleh siswa dalam kehidupan.

b. Kelemahan Teknik Pelatihan


(47)

31

a. Dalam pelatihan sering terjadi cara-cara/gerak yang tidak bisa berubah, karena merupakan cara yang telah dibakukan. Maka hal ini akan menghambat bakat dan inisiatif siswa.

b. Kadang-kadang latihan itu langsung dijalankan tanpa penjelasan sebelumnya, sehingga siswa tidak terjadi pemahaman.

c. Siswa melakukan saja tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan.

d. Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan tepat, sehingga tidak boleh diubah, mengakibatkan keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang akan merupakan kebiasaan yang kaku atau keterampilan yang salah.

2.6.2 Cara Mengatasi Kelemahan Teknik Pelatihan

Ada bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan teknik latihan ini antara lain; (1) latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis; (2) latihan harus memiliki arti yang luas, karenanya : (a) menjelaskan terlebih dahulu tujuan latihan tersebut, (b) agar murid dapat memahami manfaat latihan itu bagi kehidupan siswa, dan (c) murid perlu mempunyai sikap bahwa latihan ini diperlukan untuk melengkapi belajar; (3) masa latihan relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu; (4) latihan harus menarik, gembira, dan tidak membosankan. Untuk itu perlu : (a) dibandingkan minat intrinsik, (b) tiap-tiap kemajuan yang dicapai harus jelas, dan (c) hasil latihan terbaik dengan sedikit menggunakan emosi; dan (5) proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan proses perbedaan individual: (a) tingkat kecakapan yang diterima pada satu tidak perlu sama, dan (b) perlu diberikan perorangan maksudnya, setiap orang harus


(48)

32

melaksanakan pelatihan dalam rangka menambah latihan kelompok. Cara mengatasi kelemahan itu tentu harus disesuaikan dengan kondisi objektif di mana pembelajaran berlangsung (Sagala, 2010:218).


(49)

33

III. PROSEDUR PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode penelitian tindakan kelas karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, sehingga disebut penelitian tindakan kelas (PTK) atau Class room Action Research (CAR). Dalam konsep PTK terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan keempatnya dipandang sebagai siklus. Untuk lebih jelasnya, siklus kegiatan dengan desain PTK model Kurt Lewin adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kurt Lewin Perencanaan

(Planning)

Tindakan (Acting)

Pengamatan (Observating)

Refleksi (Reflecting)


(50)

34

PTK dilakukan secara siklus dan banyaknya siklus disesuaikan dengan kebutuhan. Akhir penelitian adalah tercapainya tujuan pembelajaran menentukan gagasan utama dalam teks sesuai dengan KKM. Dalam setiap siklus diawali dengan penentuan masalah, perencanaan, skenario pembelajaran yang meliputi tujuan, jenis kegiatan guru dan siswa, lembar observasi, panduan wawancara, maupun teknis pelaksanaan tindakan observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindak kelas dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran.

3.2 Setting Penelitian

Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pagelaran, beralamat di jalan raya Patoman Pagelaran pada siswa kelas VIII A semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari Januari sampai dengan Mei semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan di sekolah. Pelaksanaan PTK sesuai dengan jadwal pelajaran.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran dengan jumlah siswa 40 orang, terdiri atas 18 laki-laki dan 22 perempuan. Penulis memilih kelas VIII A karena nilai hasil pembelajaran


(51)

35

kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi, siswa yang tuntas hanya 17 orang atau ketuntasannya baru 42,50%. Siswa yang belum tuntas 23 orang atau ketuntasannya sebesar 47,50%.

3.3 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditentukan pada aspek proses dan hasil pembelajaran yang dialami siswa. Dari segi proses, mencapai 80% lebih siswadan guru aktif dalam pembelajaran dan dari segi hasil, penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil jika 75% lebih siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam kompetensi dasar (KD) kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi nilai 65.

3.4 Prosedur PTK

Penelitian menekankan pada perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan seiring dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan di sekolah.

3.4.1 Perencanaan

Tahap perencanaan dilakukan melalui identifikasi permasalahan pada kondisi awal melalui pengamatan, wawancara (tanya-jawab), dan evaluasi awal, mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mempersiapkan skenario pembelajaran pemberian tugas, mempersiapkan lembar pengamatan yang diperlukan, mempersiapkan perangkat tes, mempersiapkan ruang kelas, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tindakan.


(52)

36

3.4.2 Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan (2 x 80 menit) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

A. Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal

a) Guru mengondisikan kelas.

b)Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

c) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a) Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan pembelajaran teknik latihan mengungkapkan pendapat. b) Siswa melaksanakan pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi

secara kelompok atas arahan dan bimbingan dari guru.

c) Siswa aktif melaksanakan pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi secara kelompok.

d) Masing-masing anggota kelompok melaksanakan pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi secara bergiliran sesuai kelompoknya masing-masing.

e) Sambil memberikan penguatan kepada siswa guru mengikuti jalannya pelatihan mengungkapkan pendapat dalam diskusi.

f) Sambil mengamati jalannya pelatihan, guru mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa terhadap pelaksanaan pelatihan


(53)

37

mengungkapkan pendapat dari setiap siswa dari masing-masing secara keseluruhan.

3. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kesatu. Guru mengakhiri pertemuan kesatu.

B. Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal

a) Guru mengondisikan kelas.

b)Guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa hal-hal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a) Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan pembelajaran teknik pelatihan mengungkapkan pendapat.

b) Siswa melaksanakan pelatihan secara kelompok mengungkapkan pendapat dalam diskusi atas arahan dan bimbingan dari guru.

c) Sambil memberikan penguatan kepada siswa guru mengikuti jalannya pelaksanaan pelatihan mengungkapkan pendapat.

d)Guru melaksanakan penilaian terhadap pelatihan mengungkapkan pendapat dari setiap siswa secara keseluruhan.


(54)

38

3. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa mengadakan refleksi hasil pembelajaran pertemuan kedua siklus kesatu. Guru mengakhiri pertemuan kedua.

3.4.3 Observasi

Observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa maupun guru dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan. Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik latihan yang dilakukan oleh guru dan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

3.4.4 Refleksi

Merefleksi berarti merenungkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum terjadi atau kekeliruan dan kakurangan dalam kegiatan pembelajaran sehingga tampak hasil penelitian tindakan pada siklus tersebut. Refleksi merupakan tindakan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan dan merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan, serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun kriteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini adanya peningkatan aktivitas dan kemampuan mengungkapkan pendapat yang dilihat dari perbandingan nilai akhir dengan nilai awal.


(55)

39

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.

3.5.1 Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama dengan teman sejawat menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik pelatihan yang dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3.5.2 Wawancara

Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran. Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi dilakukan kepada 10 orang siswa yang mendapatkan nilai tertingi dan 10 orang siswa yang mendapatkan nilai terendah pada setiap siklus. Siswa diminta menuliskan jawaban hasil wawancara tersebut di lembar jawaban yang peneliti sediakan. Wawancara ini digunakan untuk mengungkapkan efektivitas kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi melalui teknik pelatihan dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran teknik pelatihan.

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data Hasil Belajar Siswa

Dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran yang berupa data kuantitatif, dimana data diperoleh dari hasil belajar melalui pelatihan mengungkapkan pendapat yang diberikan peneliti pada setiap proses tindakan pada setiap siklus.


(56)

40

Indikator penilaian kemampuan mengungkapkan pendapat melalui teknik pelatihan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1. Kriteria Skor Kemampuan Mengungkapkan Pendapat A. Aspek Nonkebahasaan

N0

Indikator-indikator

Rentang Skor

1. a. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat sangat baik 5.

5

b. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat baik 4.

4

c. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat cukup baik 3.

3

d. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat kurang baik 2.

2

e. Kemampuan menemukan mekanisme mengungkapkan pendapat tidak baik 1.

1

2. a. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi sangat bai 5.

5

b. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi baik 4.

4

c. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi cukup baik 3

3

d. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi kurang baik 2.

2

e. Kemampuan menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi tidak baik 1.

1

3. a. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat sangat logis 5.

5

b. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat logis 4. 4

c. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat cukup logis 3.

3

d. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat tidak logis 2.

2

e. Kemampuan penalaran mengungkapkan pendapat kurang logis 1.

1


(57)

41 B.Aspek Kebahasaan N0 Indikator-indikator Rentang Skor

1. a. Ketepatan penggunaan intonasi sangat baik 5 5

b. Ketepatan penggunaan intonasi baik 4 4

c. Ketepatan penggunaan intonasi cukup baik 3 3

d. Ketepatan penggunaan intonasi kurang baik 2 2

e. Ketepatan penggunaan intonasi tidak baik 1 1

2. a. Pengucapan pelafalan sangat baik 5 5

b. Pengucapan pelafalan baik 4 4

c. Pengucapan pelafalan dukup baik 3 3

d. Pengucapan pelafalan kurang baik 2 2

e. Pengucapan pelafalan tidak baik 1 1

3. a. Kejelasan suara sangat baik 5 5

b. Kejelasan suara baik 4 4

c. Kejelasan suara cukup baik 3 3

d. Kejelasan suara kurang baik 2 2

e. Kejelasan suara tidak baik 1. 1

4. a. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 5 5

b. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 4 4

c. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 3 3

d. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 2 2

e. Kelancaran berbicara ( tidak terputus-putus) sangat baik 1 1

Jumlah 20

Wahono,2007

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca, menandai, dan menskor hasil ceklist siswa berdasarkan blangko observasi.

2. Menentukan tingkat kemampuan siswa mengungkapkan pendapat.

3. Menghitung Nilai Akhir (NA) tingkat kemampuan siswa mengungkapkan pendapat dengan rumus:


(58)

42

Skor Yang Diperoleh x 100% Skor Maksimal(35)

4. Menentukan tingkat kemampuan siswa dengan tolok ukur di bawah

Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

Nilai Akhir Tingkat Kemampuan

80 – 100 Sangat Baik

66 – 79 Baik

56 – 65 Sedang/Cukup

40 - 55 Kurang

0 - 39 Sangat kurang

Burhan Nurgiuantoro,2001:399 NA=


(59)

73

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan teknik pelatihan dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi. Proses pembelajaran mengungkapkan pendapat dalam diskusi pada siklus satu merupakan teknik pelatihan secara kelompok, sedangkan pada siklus dua menerapkan pelatihan secara individu. Teknik pelatihan dapat memotivasi siswa lebih kreatif, berani mengungkapkan pendapat dalam berbagai konteks diskusi.

2. Hasil pembelajaran pada prasiklus, nilai rata-rata siswa 61,20, siswa yang mencapai KKM 17 orang (42,50%). Pada siklus satu nilai rata-rata siswa 69,01, siswa yang mencapai KKM 26 orang (65,00%). Dengan demikian nilai rata siswa terjadi peningkatan 22,50%. Pada siklus dua nilai rata-rata siswa 77,22, siswa yang mencapai KKM 32 orang (80%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus satu ke siklus dua mengalami peningkatan 15%.

3. Jika nilai rata-rata siswa 61,20, dan jumlah siswa yang mencapai KKM 17 orang sebelum tindakan, disandingkan dengan siklus terakhir pada penelitian


(60)

74

tindakan kelas ini, tampak bahwa terjadi peningkatan. Nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada prasiklus ke siklus dua 37,50%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Untuk Guru

a. Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia penerapan teknik pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi dalam proses pembelajaran dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memotivasi belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa;

b. Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pelajaran yang menyebabkan kemajuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut dalam menyampaikan materi pelajaran, guru diharapkan menggunakan model-model atau teknik-teknik pembelajaran yang bervariasi. Selain itu, guru juga harus memberikan bimbingan dan nasihat kepada siswa;

c. Jarak antara siklus satu dengan siklus selanjutnya jangan terlalu lama, karena akan mengakibatkan siswa menjadi asing terhadap teknik yang digunakan kembali.

2. Untuk Sekolah

a. Memperbanyak workshop untuk menunjang proses pembelajaran pada umumnya, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia;


(61)

75

b. Memberikan dorongan kepada guru untuk memanfaatkan teknik pelatihan, pada setiap pembelajaran.

3. Untuk Siswa

a. Siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki;

b. Siswa harus sering menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, untuk diri sendiri maupun saat berbicara dengan orang lain;

c. Harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang ia miliki.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta

Jakarta.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S.1988. Pembinaan Kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

BSNP. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SMP/MTS. Jakarta: NP.Cipta Jaya.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

Melvin L Silberman 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusa Medika Bandung.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogyakarta: BPFE.

Oemar Hamalik 2007. Proses belajar mengajar, Bumi aksara. Jakarta.

Permendiknas RI Nomor 22,23 dan 24.2006. Standar isi dan Standar Kompetensi Lukisan Untuk Satuan Pendidikan SMP. Mitra Karya Jakarta

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoenesia Yang Disempurnakan. Bandung: Yirama Widya.

R Margono Slamet 2008 “Format penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung

Roestiyah N.K. 2008. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


(63)

Sardiman AM 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada Jakarta

Suyatma, Agus 2009. Modul Pembelajaran Paikem. FKIP Unila

Sunyono 2009, Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah FKIP Unila

Tarigan, Henry Guntur,2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Unila. 2008. Format penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Yuanita, Sari. 2010. Sukses Berbicara dan Berkomunikasi. Yogyakarta: Genius Publisher.

Zamroni. 2004. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publisher.


(1)

Skor Yang Diperoleh x 100% Skor Maksimal(35)

4. Menentukan tingkat kemampuan siswa dengan tolok ukur di bawah Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mengungkapkan Pendapat

Nilai Akhir Tingkat Kemampuan

80 – 100 Sangat Baik

66 – 79 Baik

56 – 65 Sedang/Cukup

40 - 55 Kurang

0 - 39 Sangat kurang

Burhan Nurgiuantoro,2001:399 NA=


(2)

73

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pagelaran dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan teknik pelatihan dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi. Proses pembelajaran mengungkapkan pendapat dalam diskusi pada siklus satu merupakan teknik pelatihan secara kelompok, sedangkan pada siklus dua menerapkan pelatihan secara individu. Teknik pelatihan dapat memotivasi siswa lebih kreatif, berani mengungkapkan pendapat dalam berbagai konteks diskusi.

2. Hasil pembelajaran pada prasiklus, nilai rata-rata siswa 61,20, siswa yang mencapai KKM 17 orang (42,50%). Pada siklus satu nilai rata-rata siswa 69,01, siswa yang mencapai KKM 26 orang (65,00%). Dengan demikian nilai rata siswa terjadi peningkatan 22,50%. Pada siklus dua nilai rata-rata siswa 77,22, siswa yang mencapai KKM 32 orang (80%). Dengan demikian hasil pembelajaran siklus satu ke siklus dua mengalami peningkatan 15%.

3. Jika nilai rata-rata siswa 61,20, dan jumlah siswa yang mencapai KKM 17 orang sebelum tindakan, disandingkan dengan siklus terakhir pada penelitian


(3)

tindakan kelas ini, tampak bahwa terjadi peningkatan. Nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM pada prasiklus ke siklus dua 37,50%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut.

1. Untuk Guru

a. Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia penerapan teknik pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat dalam diskusi dalam proses pembelajaran dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memotivasi belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa; b. Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa

yang dihadapi dalam menerima materi pelajaran yang menyebabkan kemajuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut dalam menyampaikan materi pelajaran, guru diharapkan menggunakan model-model atau teknik-teknik pembelajaran yang bervariasi. Selain itu, guru juga harus memberikan bimbingan dan nasihat kepada siswa;

c. Jarak antara siklus satu dengan siklus selanjutnya jangan terlalu lama, karena akan mengakibatkan siswa menjadi asing terhadap teknik yang digunakan kembali.

2. Untuk Sekolah

a. Memperbanyak workshop untuk menunjang proses pembelajaran pada umumnya, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia;


(4)

75

b. Memberikan dorongan kepada guru untuk memanfaatkan teknik pelatihan, pada setiap pembelajaran.

3. Untuk Siswa

a. Siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki;

b. Siswa harus sering menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, untuk diri sendiri maupun saat berbicara dengan orang lain;

c. Harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang ia miliki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta

Jakarta.

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S.1988. Pembinaan Kemampuan berbicara

bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

BSNP. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus

Mata Pelajaran SMP/MTS. Jakarta: NP.Cipta Jaya.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

Melvin L Silberman 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusa Medika Bandung.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogyakarta: BPFE.

Oemar Hamalik 2007. Proses belajar mengajar, Bumi aksara. Jakarta.

Permendiknas RI Nomor 22,23 dan 24.2006. Standar isi dan Standar Kompetensi

Lukisan Untuk Satuan Pendidikan SMP. Mitra Karya Jakarta

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indoenesia Yang Disempurnakan. Bandung: Yirama Widya.

R Margono Slamet 2008 “Format penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung

Roestiyah N.K. 2008. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


(6)

Sardiman AM 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada Jakarta

Suyatma, Agus 2009. Modul Pembelajaran Paikem. FKIP Unila

Sunyono 2009, Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah FKIP Unila

Tarigan, Henry Guntur,2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Unila. 2008. Format penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Yuanita, Sari. 2010. Sukses Berbicara dan Berkomunikasi. Yogyakarta: Genius Publisher.

Zamroni. 2004. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publisher.


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 10 73

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PENGUMUMAN MELALUI TEKNIK PELATIHAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 2 PUGUNG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 23 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 13 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PENGUMUMAN MELALUI TEKNIK PELATIHAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 2 PUGUNG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 17 92

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 80

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 53 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VII. 3 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 329

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI I PAGELARANTAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 63