PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
FISIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
Oleh Yeda Espita
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
ABSTRAK
PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
FISIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY
Oleh YEDA ESPITA
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran IPA fisika di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, bahwasanya masih terdapat nilai IPA fisika siswa yang belum mencapai KKM. Mata pelajaran IPA fisika adalah salah satu mata pelajaran yang tidak bisa ditransfer begitu saja dari pikiran guru ke siswa adalah. Dengan demikian, hasil dan aktivitas belajar siswa yang diperolehpun tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan serta keterampilan metakognisi tidak pernah diukur dalam setiap pembelajaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan
metakonisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery. Penelitian ini dilakukan di kelas VIIIE SMP Al-Kautsar Bandar
Lampung dengan jumlah sampel 39 siswa menggunakan desain one-shot case study. Pada penelitian ini diperoleh data aktivitas belajar, keterampilan
metakognisi, dan posttest yang berdistribusi normal dan linier. Kemudian untuk menguji pengaruh antar variabel data dilakukan uji regresi. Untuk mengetahui
(3)
Yeda Espita
iii pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar dilakukan uji regresi linier
sederhana dan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan kontribusi sebesar 50% dan persamaan regresinya adalah Y’ = 62,71 + 0,20 X. Selanjutnya untuk melihat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar juga dilakukan uji regresi linier sederhana dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan
kontribusi sebesar 51% dan persamaan regresinya adalah Y’ = 67,87 + 0,14 X. Kemudian untuk mengetahui pengaruh antara aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar siswa dilakukan regresi linier berganda. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan
kontribusi sebesar 60 % dan persamaan regresinya adalah Y’ = 36.32 + 0,60 X1 +
0,90 X2.
(4)
Judul Slaipsi PENGARUII AKTIYITAS BELAJAR DAIY
KETERA}IHLAII
METAKOGNISI TERIIADAPHASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA MELALUI
METODE PEMBELAJARAN DISCO.WRY
-{dda cFxptta
agl3ozzt1t
Pendidikan Fisika
Pendidikan MIPA
Keeurua*,.dq6
PendidikanNama Mahasiswa
No. Pokok Malrasisrm
Program Studi
Jun$an
Fakultas
man, M.Si.
19681210 199303 I 002
Viyanti, S.Pd, M.Pd.
NIF
19800330 2005SI 2 0012. Ketua Jumsan Pendidikan MIPA
w
Dr.
Caswita, M.Si;(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xvi
DAFTAR TABEL ... xx
DAFTAR GAMBAR ... xxii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Metakognisi ... 6
2. Metode Discovery ... 10
3. Aktivitas Belajar ... 12
4. Hasil Belajar ... 13
B. Kerangka Pemikiran ... 14
C. Hipotesis ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
B. Populasi Penelitian ... 17
(7)
D. Desain Penelitian ... 18
E. Instrumen Penelitian ... 18
F. Analisis Instrumen 1. Uji Validitas ... 19
2. Uji Reliabilitas ... 20
3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran ... 21
G. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Hasil Belajar ... 22
2. Data Aktivitas Belajar Menggunakan Strategi Metakognisi ... 22
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis data ... 22
2. Pengujian Hipotesis ... 24
3. Hipotesis Statistik ... 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahapan Penelitian ... 27
2. Uji Instrumen Penelitian ... 30
a. Uji Validitas ... 30
1) Validitas Soal ... 30
2) Validitas Lembar Aktivitas Belajar ... 31
3) Validitas Lembar Keterampilan Metakognisi ... 32
b. Uji Reliabilitas ... 33
1) Reliabilitas Soal ... 33
2) Reliabilitas Lembar Aktivitas Belajar ... 34
3) Reliabilitas Lembar Keterampilan Metakognisi ... 34
c. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 35
3. Data Hasil Penelitian ... 37
1) Data Aktivitas Belajar ... 37
2) Data Keterampilan Metakognisi ... 38
3) Data Hasil Belajar Siswa ... 39
4. Pengujian Hipotesis ... 40
B. Pembahasan ... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54
(8)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 58
2. Silabus ... 61
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 65
4. Lembar Penilaian (LP) 1-1: Produk ... 75
5. Lembar Penilaian (LP) 1-2: Produk ... 76
6. Lembar Penilaian (LP) 1-3: Produk ... 78
7. Kunci Lembar Penilaian (LP) 1: Produk ... 80
8. Lembar Penilaian (LP) 2: Psikomotor ... 82
9. Lembar Penilaian (LP) 3: Keterampilan Sosial ... 83
10. Lembar Kerja Kelompok 1 ... 84
11. Lembar Kerja Kelompok 2 ... 89
12. Lembar Kerja Kelompok 3 ... 94
13. Lembar Aktivitas Siswa ... 98
14. Lembar Metakognisi dalam Penyelesaian ... 100
15. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar ... 110
16. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Metakognisi ... 114
17. Data Aktivitas Kelas Uji ... 117
18. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Aktivitas Belajar ... 119
19. Data Nilai Keterampilan Metakognisi Kelas Uji ... 125
20. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Keterampilan Metakognisi ... 127
21. Data Nilai Posttest I Kelas Uji ... 131
22. Data Nilai Posttest II Kelas Uji ... 132
(9)
24. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas posttest Hasil Belajar ... 134
25. Hasil Uji Anates Pertemuan I ... 139
26. Hasil Uji Anates Pertemuan II ... 144
27. Hasil Uji Anates Pertemuan III ... 149
28. Data Aktivitas Belajar Siswa ... 154
29. Rubrik Peniliain Keterampilan Mteakognisi ... 157
30. Data Keterampilan Metakognisi ... 158
31. Data Hasil Belajar Siswa ... 160
32. Hasil Uji Normalitas ... 162
33. Hasil Uji Linieritas ... 163
34. Hasil Uji Regresi Data Aktivitas Belajar terhadap Hasil Belajar ... 168
35. Hasil Uji Regresi Data Keterampilan Metakognisi terhadap Hasil Belajar ... 170
36. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 172
(10)
(11)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran IPA fisika merupakan mata pelajaran yang bukan hanya
mementingkan penguasaan ataupun kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Hal tersebut juga berkaitan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sedang berlaku saat ini. Dimana dalam kurikulum KTSP tersebut
diharapkan siswa yang menjadi pusat pembelajaran (student centre). Pada saat proses pembelajarannya, siswa dituntut mempunyai tingkat partisipasi kognitif dan fisik secara maksimal.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran IPA fisika di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, bahwasanya masih terdapat guru yang hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah pada saat proses pembelajaran. Sedangkan salah satu mata pelajaran yang tidak bisa ditransfer begitu saja dari pikiran guru ke siswa adalah pelajaran IPA fisika. Dengan demikian, hasil dan aktivitas belajar siswa yang diperolehpun tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
(12)
2 Selain itu,guru mata pelajaran IPA fisika di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung juga belum pernah menerapkan keterampilan metakognisi dalam proses
pembelajaran. Dimana keterampilan metakognisi itu siswa yang dituntut menemukan sendiri konsep yang lebih mudah dipahami oleh siswa mengenai materi yang diajarkan.
Keterampilan metakognisi perlu diterapkan dan dilatih kepada siswa karena metakognisi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran sains sehingga perlu dikembangkan kepada peserta didik. Proses-proses metakognisi dibidang pengajaran sains memberikan pelajaran yang penuh arti atau dengan kata lain siswa belajar dengan pemahaman sendiri serta keterampilan metakognisi dapat membentuk siswa yang mandiri dengan cara menerapkan dan
mengembangkan keterampilan metakognisinya.
Proses pembelajaran IPA fisika pada materi pembelajaran getaran dan gelombang masih terbilang sulit untuk ditangkap dan dipahami begitu saja oleh siswa.
Dengan demikian perlu adanya suatu program pembelajaran yang berbeda dilapangan yang dapat digunakan oleh guru mata pelajaran IPA fisika, dimana siswa yang diminta menemukan sendiri konsep yang lebih mudah untuk dipahami tentang getaran dan gelombang tersebut berdasarkan fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, yang bisa dipahami menggunakan caranya sendiri sehingga diharapkan konsep tersebut bisa lebih mudah untuk diingat oleh siswa.
Pada pelajaran IPA fisika selain dituntut mendapatkan nilai yang baik yang memenuhi standar ketuntasan minimum, aktivitas belajar siswa juga dilihat dalam proses pembelajaran, karena siswa dituntut untuk selalu aktif selama proses
(13)
3 pembelajaran berlangsung. Selain itu, salah satu yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan yaitu bagaimana aktivitas siswa pada saat pembelajarannya. Dengan demikian, aktivitas belajar siswa juga harus diperhatikan. Sebagaimana kita ketahui bahwa metode pembelajaran yang berkaitan dengan penemuan adalah metode pembelajaran discovery. Oleh karena itu, metode tersebut sesuai dengan kurikulum kita saat ini dimana siswa dituntut menemukan sendiri artinya siswa yang menjadi pusat dalam proses pembelajaran serta siswa yang berpikir sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, metode ini berkaitan dengan program belajar yang menjadikan siswa pusat pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Aktivitas Belajar dan Keterampilan Metakognisi terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Melalui Motode Pembelajaran Discovery”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
2. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
3. Apakah terdapat pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
(14)
4 C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
2. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
3. Pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Menjadi salah satu pembelajaran alternatif bagi guru-guru di sekolah dengan menerapkan aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi dengan
menggunakan metode pembelajaran discovery untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa..
2. Membentuk pribadi siswa yang aktif pada saat proses pembelajaran.
3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengajar sebagai bekal di masa mendatang bagi peneliti.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:
1. Metakognisi adalah kemampuan untuk mengontrol atau aspek kognitif.
(15)
5 oleh Benjamin Bloom dalam taksonomi Bloom yang terdiri dari tahap ingatan, pemahaman, terapan, analisis dan sintetis.
2. Hasil belajar merupakan suatu gambaran kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 3. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa pada saat proses
pembelajaran yang meliputi aspek yaitu kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat serta melakukan tanya jawab, kemampuan siswa dalam merangkai alat percobaan, kemampuan siswa dalam mengambil data hasil percobaan, serta kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan.. 4. Metode pembelajaran discovery (penemuan) merupakan suatu metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.
(16)
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Metakognisi
Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.
Huit dalam Kuntjojo (2009: 1) mengatakan bahwa:
metakognisi meliputi kemampuan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa yang saya ketahui tentang topik ini? Apakah saya tahu apa yang perlu saya ketahui? Apakah saya tahu dimana saya mendapatkan informasi yang dibutuhkan? Apa strategi dan taktik yang dapat digunakan? dan lain sebagainya."
Matlin dalam Kuntjojo (2009: 1):
“Metacognition is our knowledge, awareness, and control of our cognitive process” . Metakognisi, menurut Matlin, adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diartikan bahwa metakognisi merupakan cara berpikir dan rasa ingin tahu yang besar tentang apa yang belum dan akan diketahui, serta berpengaruh terhadap proses kignitif yang terjadi pada diri sendiri. Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung
(17)
7 pada diri sendiri. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan pada uraian di atas dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian tentang metakognisi sebagai berikut: 1) Metakognisi merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi, 2) Metakognisi merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri, 3) Metakognisi merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri, 4) Metakognisi merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar dilakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi, 5) Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri.
Menurut Livingston (1997):
metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan metakognitif menunjuk pada diperolehnya
pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif. Metakognisi sebagai thinking about thinking atau berpikir tentang berpikir. Metakognisi, menurut tokoh tersebut adalah kemampuan berpikir di mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri. Ada pula beberapa ahli yang mengartikan metakognisi sebagai thinking about thinking,, learning to think, learning to study, learning how to learn, learnig to learn, learning about learning (NSIN Research Matters No. 13, 2001).
Berdasarkan kutipan di atas, metakognisi merupakan perpaduan antara
kemampuan kognitif dan pengalaman belajar siswa. Pengalaman yang dimaksud adalah proses yang dapat diterapkan dalam mengontrol aktivitas kognitif dan mencapi tujuan kognitif itu sendiri pada saat proses pembelajaran. Objek berpikir dalam keterampilan metakognisi adalah proses berpikir yang terjadi pada diri
(18)
8 sendiri. Metakognisi merupakan berpikir tentang cara berpikir, artinya siswa diminta untuk memikirkan sendiri cara berpikir yang lebih mudah digunakan pada saat memahami suatu materi pembelajaran. Dari hasil berpikir itu sendiri yang akan digunakan dalam memahami suatu konsep.
Sedangkan strategi metakognisi memiliki tingkat paling tinggi dibandingkan dengan strategi belajar lainnya. Kedudukan strategi metakognitif dengan strategi belajar lainnya adalah sebagai berikut:
Gambar.2.1 Kedudukan Strategi Metakognisi
Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan jika strategi belajar metakognisi merupakan strategi yang paling tinggi kedudukannya, dimana strategi metakognisi sulit untuk diterapkan daripada strategi yang lain. Namun strategi ini sangat bermanfaat sekali bagi siswa. Karena mereka merancang dan memilih strategi belajar yang tepat sendiri untuk memahami suatu materi. Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Ada 3 strategi metakognisi menurut Lucky (2011: 1) yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:
Strategi Organisasi
Strategi Metakognisi
Strategi Mengulang
(19)
9 (a). Tahap proses sadar belajar, meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi,
mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa. (b). Tahap merencanakan belajar, meliputi proses
memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya). (c). Tahap monitoring dan refleksi belajar, meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat diartikan bahwa strategi metakognisi
merupakan strategi yang didalamnya terdapat tahapan, dimana tahapan-tahapan tersebut harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Di samping itu tahapan-tahapan di dalam strategi metakognisi juga saling
berkaitan satu sama lainnya, dimulai dari menyiapkan bahan atau buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, kemudian mempertimbangkan waktu yang diperlikan dalam menyelesaikan permasalahan dalam materi tersebut dan tahapan yang terakhir merupakan tahapan evaluasi dari proses pembelajaran yang telah berlangsung.
(20)
10 2. Metode Discovery
Metode pembelajaran discovery adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Rohani dalam Isman (2011: 1) mengatakan bahwa:
Metode discovery merupakan metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subjek disamping sabagai objek pembelajaran, mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi discovery menurut Hamalik (2006: 220) adalah:
(1) Mengidentifikasi dan merumuskan topic; (2) Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta; (3) Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2; (4) Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul; (5) Merumuskan jawaban atas pertanyaan
sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai preposisi tentang fakta
Pembelajaran discovery kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi.
(21)
11 Pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Joyce dkk dalam Jayanti (2011: 1)
Metode discovery adalah suatu prosedur pembelajaran yang menekankan pada belajar mandiri, memanipulasi obyek, melakukan eksperimen atau penyelidikan dengan siswa-siswa lain sebelum membuat generalisasi. Metode discovery memberikan kesempatan secara luas kepada siswa dalam mencari, menemukan, dan merumuskan konsep-konsep dari materi
pembelajaran.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan Suherman dalam Herdian (2010: 1) sebagai berikut:
1). Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; 2).Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; 3). Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; 4). Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; 5). Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
(22)
12 3. Aktivitas Belajar
Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses membuat anak didik harus aktif. Aktivitas merupakan prinsip yang penting, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Menurut Sardiman (2004: 21):
Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pngertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah pedoman Memes (2001: 36) sebagai berikut:
Bila nilai siswa ≥ 75,6, maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 ≤ nilai siswa < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa < 59,4
maka dikategorikan kurang aktif.
Aktivitas siswa ditunjukkan dengan berbagai tindakan atau kegiatan yang mendukung proses pembelajaran, seperti memperhatikan penjelasan materi pembelajaran, berbicara yang relevan dengan materi pembelajaran dan mengerjakan tugas sesuai dengan materi yang diberikan.
Aktivitas siswa sangat penting agar hasil belajar yang diperoleh siswa optimal, karena aktivitas siswa sangat menentukan hasil belajar siswa untuk meningkatkan pencapaian kompetensi belajar siswa.
Sanjaya (2007: 132) menyatakan bahwa:
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
(23)
13 Sardiman (1994: 99) menyatakan bahwa:
Aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya.
Berdasarkan kutipan tersebut seorang siswa dikatakan aktif apabila dia melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang relevan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Siswa yang aktif bisa dinilai dari kemampuannya dalam
mengemukakan pendapat, interaksinya dengan guru atau siswa lain, menjawab pertanyaan atau menyampaikan pendapat, mengikuti, dan memahami petunjuk guru.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan. Dimyati (2002: 3) mengemukakan bahwa:
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) berpendapat bahwa:
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Hasil belajar merupakan suatu gambaran kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam hasil belajar, terdapat ranah kognitif yang mencakup kegiatan mental (otak). Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
(24)
14 Ada beberapa jenjang dalam proses berpikir menurut Daryanto (2007: 101).
Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang
dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran.
Sudjana (2005: 3) juga mengungkapkan bahwa:
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Abdurrahman (1999: 37) menyatakan:
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap.
Berdasarkan kutipan di atas hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar dimana didalamnya terdapat perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar tersebut dapat dijadikan suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan.
B. Kerangka Pemikiran
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery
(25)
15 ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitik beratkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperiman yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil dan aktivitas belajar fisika siswa. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar (X1) dan keterampilan metakognisi (X2) , sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar IPA fisika siswa (Y), serta variabel moderatornya adalah metode pembelajaran discovery.
Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan dengan paradigma pemikirian sebagai berikut.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
r
2X
1X
2Y
Z
(26)
16 Keterangan:
X1 = aktivitas belajar
X2 = keterampilan metakognisi
Y2 = hasil belajar IPA fisika siswa
Z = metode pembelajaran discovery
r
1 = pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswar
2 = pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil dan aktivitas belajar IPAfisika siswa
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
3. Terdapat pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery?
(27)
17
III.METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII. Sampel menggunakan kelas yaitu kelas VIIIE.
B.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Al-kautsar Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode discovery.
C.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi yang diukur dengan menggunakan lembar
observasi dan soal keterampilan metakognisi, satu variabel terikat yaitu hasil belajar IPA fisika siswa yang diukur menggunakan tea akhir dalam bentuk soal uraian, serta satu variabel moderator yaitu metode discovery.
(28)
18 D.Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan menggunakan satu kelas sebagai sampel yaitu kelas VIIIE. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu
aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi, variabel terikat yaitu hasil belajar IPA fisika siswa, dan variabel moderator yaitu metode discovery.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Berikut adalah gambar desain penelitian yang akan digunakan:
Gambar 3.1. Desain One-Shot Case Study
Keterangan:
X = Treatment (metode pembelajaran discovery)
O = Observasi (aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi)
(Sugiyono, 2010: 110)
E.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lembar kerja kelompok (LKK)
Lembar kerja kelompok digunakan untuk mengarahkan siswa dalam kerja kelompok yang berupa kegiatan eksperimen.
b. Keterampilan metakognisi menggunakan instrumen berbentuk soal essay. Tes ini digunakan setelah siswa diberi perlakuan/ observasi (ujian akhir).
(29)
19 F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilita dengan menggunakan program SPSS, serta uji daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan
menggunakan Anates.
1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY N rXY (Arikunto, 2008: 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
(30)
20 Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
r
11 2 1 2 1 1 1 n n Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total
(Arikunto, 2008: 109)
Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner
dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
(31)
21 Tabel 3.1. Kuesioner Reliabel
NO Nilai Alpha Cronbach’s Kategori
1 0,00 – 0,20 Kurang Reabel
2 0,21 - 0,40 Agak Reabel
3 0,41 – 0,60 Cukup Reabel
4 0,61 - 0,80 Reabel
5 0,80 – 1 Sangat Reabel
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.
3. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran
Instrumen yang digunakan juga di uji daya pembeda dan tingkat kesukrannya dengan menggunakan program Anates. Untuk memudahkan memilih-milih butir soal mana yang perlu direvisiatau didrop, dianjurkan untuk menggunakan kriteria seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kriteria Soal Untuk Kepentingan Pemilihan Butir Soal
Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsirannya
Tingkat Kesukaran (P)
0,000 - 0,099 Sangat Sukar Dibuang / perlu direvisi total
0,100 - 0,299 Sukar Perlu direvisi
0,300 - 0,700 Sedang Baik
0,701 - 0,900 Mudah Perlu direvisi
0,901 - 1,000 Sangat Mudah Dibuang / perlu direvisi total
Daya Beda (D)
D ≤ 0.199 Sangat Rendah Dibuang / perlu direvisi total 0,200 - 0,299 Rendah Perlu direvisi 0,300 - 0,399 Sedang Sedikit / tanpa revisi
D ≥ 0,400 Tinggi Bagus Sekali
(32)
22 G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk aktivitas belajar dan tes tertulis untuk hasil belajar.
1. Data Hasil Belajar
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari nilai posttest. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel-tabel.
2. Data Aktivitas Belajar
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunkan lembar aktivitas belajar siswa berupa angket yang diisi oleh setiap siswa. Data aktivitas belajar dijelaskan pada tabel data.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala interval. Untuk
menganalisis data, sebelumnya data hasil belajar IPA fisika siswa dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas pada data hasil belajar IPA fisika siswa. Setelah uji prasyarat dilakukan, maka tahap berikutnya adalah melakukan uji regresi linier sederhana dan berganda untuk menguji hipotesis yang telah
(33)
23 dirumuskan. Keputusan hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan kriteria uji dari masing-masing jenis pengujian. Data diambil dengan menggunakan lembar pengumpulan data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor ujian akhir atau ujian blok. Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a) Skor yang diperoleh dari masing – masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.
b) Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :
% Pencapaian hasil Belajar x100%
al skormaksim
peroleh skoryangdi
c) Nilai hasil belajar siswa adalah:
Nilai hasil belajar siswa = % prestasi belajar siswa (dihilangkan % nya). d) Nilai rata – rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :
Rata – rata hasil belajar siswa
a jumlahsisw
iapsiswa belajarset
nilaihasil
e) Ketuntasan tergantung tempat penelitian.
Untuk kategori nilai rata – rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008: 245) yaitu:
Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.
Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.
(34)
24 2. Pengujian Hipotesis
Data hasil penelitian dianalisis dengan melakukan uji sebagai berikut: a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes akhir dari kedua variabel tersebut, menggunakan program komputer. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji
normalitas, dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data
dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika pada Kolmogorov-Smirnov maupun Shapiro-Wilk nilai sig. > 0.05.
(Priyanto,2010:61)
b. Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Hubungan antara aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dapat diketahui dengan melakukan analisis regresi linear berganda dengan SPSS 17. Analis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variable bebas (X1,X2,...Xn) dengan variable terikat
(Y). Analisis ini untuk memprediksikan nilai dari variable terikat mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variable bebas dan variable terikat, apakah masing – masing variable bebas berhubungan positif atau negatif. Persamaan linier berganda sebagai berikut:
(35)
25 Keterangan:
X1,X2,..Xn : variable bebas
Y : variable terikat a
: konstanta (nilai Y’ apabila X1,X2,..Xn = 0)
b1,b2 : koefisien regresi
3. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik disusun berdasarkan hipotesis verbal yang telah dikemukakan dalam hipotesis penelitian. Hipotesis statistik disusun sebagai berikut:
Hipotesis
Jika Fhitung > dari Ftabel terima H1
Jika Fhitung < dari Ftabel tolak H1
Adapun hipotesis penelitian yang telah diuji adalah sebagai berikut:
Hipotesis pertama
H0 : Tidak terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika
siswa melalui metode pembelajaran discovery.
H1 : Terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa
melalui metode pembelajaran discovery.
Hipotesis kedua
H0 : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA
(36)
26 H1 : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA
fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery.
Hipotesis ketiga
H0: Tidak terdapat pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi
terhadap hasil belajar IPA fiisika siswa melalui metode pembelajaran discovery. H1: Terdapat pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap
(37)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh linier yang positif dan signifikan antara aktivitas belajar
terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan kontribusi sebesar 50%. 2. Terdapat pengaruh linier yang positif dan signifikan antara keterampilan
metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan kontribusi sebesar 51%.
3. Terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan kontribusi sebesar 60,5%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan menerapkan aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa.
(38)
55 2. Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran discovery dapat
menjadi salah satu metode pembelajaran alternatif yang dapat digunakan oleh guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa.
(39)
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Jakarta: Grafindo Aisyah. 2009. Peranan Metode Discovery dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 30 Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Negeri
Makassar
Aryanti, Dewi Niken. 2011. Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) disertai Media Visual Bilingual (ptk di kelas viii – 4 rsbi smpn 1 bandar lampung). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Basith, Abdul. 2011. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Think Pair Share (TPS). Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Elyantina, Chomaira. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery terhadap Penguasaan Materi Pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Hamalik, Umar. 2006. Perancangan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Irani, Desti. 2012. Pengaruh Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan terhadap Hasil Belajar. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Isman. 2011. Metode Penenemuan (discovery methods). Diakses tanggal 27 Sepetember 2012 dari: http://www.gurukelas.com
Jayanti. 2011. Pengertian Metode Ekspositori, Pembelajaran Discovery (Penemuan),Inkuiri. Diakses tanggal tanggal 27 Sepetember 2012 dari: http://www.jayanti.blogspot.com
(40)
57 Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik. Diakses
tanggal 26 September 2012 dari http://ebekunt.wordpress.com
Livingstone, Jennifer A. 1997. “Metacognition: An Overview” Tersedia pada: http: //www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html.)
Lucky. 2011. Pengertian Strategi Metakognisi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari: http://www.lucky.blogspot.com
Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom
Rohani, Ahmad dan Ahmadi, Abu. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Sardiman, A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Persada Raja Grafindo
(1)
25 Keterangan:
X1,X2,..Xn : variable bebas
Y : variable terikat a
: konstanta (nilai Y’ apabila X1,X2,..Xn = 0)
b1,b2 : koefisien regresi
3. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik disusun berdasarkan hipotesis verbal yang telah dikemukakan dalam hipotesis penelitian. Hipotesis statistik disusun sebagai berikut:
Hipotesis
Jika Fhitung > dari Ftabel terima H1
Jika Fhitung < dari Ftabel tolak H1
Adapun hipotesis penelitian yang telah diuji adalah sebagai berikut:
Hipotesis pertama
H0 : Tidak terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika
siswa melalui metode pembelajaran discovery.
H1 : Terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPA fisika siswa
melalui metode pembelajaran discovery.
Hipotesis kedua
H0 : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA
(2)
26 H1 : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA
fisika siswa melalui metode pembelajaran discovery.
Hipotesis ketiga
H0: Tidak terdapat pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi
terhadap hasil belajar IPA fiisika siswa melalui metode pembelajaran discovery. H1: Terdapat pengaruh aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap
(3)
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh linier yang positif dan signifikan antara aktivitas belajar
terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan kontribusi sebesar 50%. 2. Terdapat pengaruh linier yang positif dan signifikan antara keterampilan
metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan kontribusi sebesar 51%.
3. Terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan kontribusi sebesar 60,5%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan menerapkan aktivitas belajar dan keterampilan metakognisi dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa.
(4)
55 2. Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran discovery dapat
menjadi salah satu metode pembelajaran alternatif yang dapat digunakan oleh guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa.
(5)
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Jakarta: Grafindo Aisyah. 2009. Peranan Metode Discovery dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 30 Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Negeri
Makassar
Aryanti, Dewi Niken. 2011. Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
(GI) disertai Media Visual Bilingual (ptk di kelas viii – 4 rsbi smpn 1 bandar lampung). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Basith, Abdul. 2011. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Think Pair Share (TPS). Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Elyantina, Chomaira. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery terhadap Penguasaan Materi Pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.
Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Hamalik, Umar. 2006. Perancangan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Irani, Desti. 2012. Pengaruh Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan terhadap Hasil Belajar. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Isman. 2011. Metode Penenemuan (discovery methods). Diakses tanggal 27 Sepetember 2012 dari: http://www.gurukelas.com
Jayanti. 2011. Pengertian Metode Ekspositori, Pembelajaran Discovery
(Penemuan),Inkuiri. Diakses tanggal tanggal 27 Sepetember 2012 dari: http://www.jayanti.blogspot.com
(6)
57 Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik. Diakses
tanggal 26 September 2012 dari http://ebekunt.wordpress.com
Livingstone, Jennifer A. 1997. “Metacognition: An Overview” Tersedia pada: http: //www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html.)
Lucky. 2011. Pengertian Strategi Metakognisi. Diakses pada tanggal 26 September 2012 dari: http://www.lucky.blogspot.com
Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom
Rohani, Ahmad dan Ahmadi, Abu. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Sardiman, A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Persada Raja Grafindo