PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SUB

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SUBMODEL BERMAIN
PERAN (ROLE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
PRONUNCIATION DALAM MATERI COMPLIMENTING AND SHOWING CARE
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS X DI SMAN 1
LAMPUNG UTARA
Proposal Penelitian
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan yang diampu
oleh dosen Dr. Toto Fathoni, M.Pd dan Dadi Mulyadi, M.Pd

Oleh:
Dhia Rahadatul Aisy
NIM. 1504629

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKUKTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SUBMODEL BERMAIN
PERAN (ROLE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

PRONUNCIATION DALAM MATERI COMPLIMENTING AND SHOWING CARE
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS X DI SMAN 1
LAMPUNG UTARA

ABSTRAK
Model pembelajaran bermain peran atau role play merupakan salah satu jenis dari model
pembelajaran simulasi. Sebagaimana pengertian simulasi, model pembelajaran bermain peran
adalah menirukan sebuah peristiwa dengan mengangkat topik tertentu yang memiliki
penokohan sehingga siswa dapat berperan didalamnya agar lebih mudah dalam memahami
materi pada proses pembelajaran. Beberapa manfaat model pembelajaran bermain peran
adalah siswa mengalami proses pembelajaran secara langsung dengan bimbingan guru
sehingga siswa dapat menerima evaluasi secara langsung dari pengawasan guru terhadap
penampilan mereka di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adanya pengaruh model pembelajaran
simulasi submodel bermain peran (role play) terhadap peningkatan kemampuan
pronunciation dalam materi complimenting and showing care pada mata pelajaran bahasa
inggris siswa kelas X di SMAN 1 Lampung Utara. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Subjek penelitian ini
merupakan 50 orang siswa kelas X SMAN 1 Lampung Utara yang berdistribusi dalam lima
kelas dengan pengambilan sampel secara acak (Simple Random Sampling) Desain penelitian

yang digunakan merupakan one-shot case study yang merupakan salah satu jenis desain
eksperimen pre-experimental. Paradigma yang ada dan sesuai dengan desain penelitian ini
yaitu terdapat kelompok siswa yang diberi perlakuan/treatment dan selanjutnya diobservasi
hasilnya. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji t dua arah (t-test two tale) untuk
mengambil keputusan dan menarik kesimpulan hasil penelitian.

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, sekolah-sekolah di kota besar telah mengembangkan proses pembelajaran
dengan menggunakan berbagai model dan media pembelajaran. Hal ini membuat beberapa
sekolah di daerah atau desa nampak tertinggal. Model pembelajaran konvensional seperti
ceramah masih banyak sekali digunakan karena sifat guru yang konserfatif atau siswa yang
belum bisa menerima model dan media pembelajaran yang beragam saat ini. Keterampilanketerampilan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris tidak bisa hanya menggunakan model
pembelajaran ceramah, pengalaman langsung

pada materi sangat diperlukan untuk

meminimalisir kesalahan dalam memahami materi, khususnya pronunciation.
Menurut Ur (dalam Jamilah, tanpa tahun, hlm. 22) kesalahan pronunciation dapat
diakibatkan oleh : 1) bunyi bahasa tertentu tidak terdapat pada bahasa pertama / ibu, sehingga
pembelajar tidak terbiasa memproduksi bunyi bahasa tersebut, sehingga cenderung

menggantinya dengan bunyi bahasa yang mendekati, yang bisa dia produksi, 2) bunyi bahasa
tersebut sebenarnya ada dalam bahasa pertama, tetapi tidak merupakan fonem tersendiri,
sehingga pembelajar tidak mampu menangkap bunyi bahasa tersebut sebagai fonem
tersendiri yang dapat membedakan makna kata, dan 3) pembelajar mampu memproduksi
bunyi bahasa dengan benar, tetapi belum mempelajari pola tekanan (stress pattern) dalam
bahasa Inggris, sehingga cenderung menggunakan intonasi bahasa pertama, yang tidak sesuai
dengan bahasa target, Bahasa Inggris. Menurut Poulston dan Bruder (Yulia, 2004, tanpa
hlm.), kesalahan pronunciation disebabkan oleh perbedaan sistem tata bunyi bahasa target
dan bahasa pertama. Yulia dkk (2004, tanpa hlm.) membandingkan antara bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia, dan menemukan perbedaan-perbedaan sebagai berikut: a). Beberapa bunyi
konsonan bahasa Inggis tidak terdapat dalam bahasa Indonesia [θ, ð, ∫,ʒ,y,v], b) beberapa
konsonan bahasa Inggris ada dalam bahasa Indonesia tetapi sifatnya berbeda, misalnya [dʒ,
t∫, ∫, ʒ). Dalam bahasa Indonesia s, dan z ; s dan ∫ bersifat alofonik, sedangkan dalam bahasa
Inggris merupakan fonem tersendiri. Perbedaan ini juga terdapat dalam vokal maupun
difthong, [æ,i:,a:,з:,ei,uə,eə,au,əu dsb.].

Selain kesulitan yang disebabkan oleh sistem tata bunyi yang berbeda, ada juga sumber
kesulitan yang lain yaitu masalah ejaan. Dalam bahasa Indonesia ejaan sangat dekat dengan
ucapan, sehingga mengucapkan bahasa Indonesia yang ditulis sangatlah mudah, Bahasa
seperti ini juga disebut bahasa fonetis. Bahasa Inggris bukanlah bahasa fonetis, karena

hubungan antara ejaan dan ucapan sangat kompleks, sehingga dapat menjadi sumber
kesulitan tersendiri dalam belajar pronunciation bagi pembelajar bahasa Inggris sebagai
bahasa asing yang mengenal bahasa Inggris berawal dari bahasa tulis (Kelly, 2000, tanpa
hlm.)
Oleh karena itu, peneliti ingin menguji apakah dengan menggunakan model pembelajaran
simulasi submodel bermain peran (role play) dapat meningkatkan kemampuan pronunciation
dalam materi complimenting and showing care pada mata pelajaran bahasa inggris siswa.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas, maka penelitian ini
dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
Subjek penelitian adalah siswa SMA kelas X di SMAN 1 Lampung Utara tahun ajaran
2016-2017. Siswa yang dijadikan subjek penelitian berjumlah 30 orang yang berdistribusi
dalam lima kelas dengan pengambilan sampel secara acak. Mata pelajaran yang dijadikan
penelitian adalah mata pelajaran Bahasa Inggris dengan materi complimenting and showing
care.
C. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model pembelajaran
simulasi submodel bermain peran (role play) terhadap peningkatan kemampuan
pronuncation dalam materi complimenting and showing care pada mata pelajaran bahasa
inggris siswa?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan
diteliti, masalah dapat diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut.

1. Apakah model pembelajaran simulasi submodel bermain peran (role play)
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan pronunciation dalam materi
complimenting and showing care pada mata pelajaran bahasa inggris siswa?
2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran simulasi submodel bermain peran (role
play) terhadap peningkatan kemampuan pronunciation dalam materi complimenting
and showing care pada mata pelajaran bahasa inggris siswa?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran simulasi submodel bermain
peran (role play) terhadap peningkatan kemampuan pronunciation dalam materi
complimenting and showing care pada mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas X di
SMAN 1 Lampung Utara.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran simulasi submodel
bermain peran (role play) terhadap peningkatan kemampuan pronunciation dalam
materi complimenting and showing care pada mata pelajaran bahasa inggris siswa
kelas X di SMAN 1 Lampung Utara.
E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru Bahasa Inggris SMA kelas X dapat menjadi bahan pertimbangan proses
mengajar materi complimenting and showing care.
2. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan pertimbangan ntuk mengembangkan model
pembelajaran bermain peran (role play) pada pokok bahasan lain dalam pelajaran
Bahasa Inggris SMA.
3. Bagi siswa dapat memudahkan proses pembelajaran pada materi complimenting and
showing care.
F. Anggapan Dasar
Dewasa ini masih banyak siswa yang kurang partisipasinya dalam proses pembelajaran.
Siswa hanya datang ke kelas untuk mendengarkan ceramah guru, menulis catatan dan sedikit
bertanya. Kebanyakan siswa lulus dari sekolah hanya memiliki pemahaman teoritik dan itu
sangat terbatas. Fenomena ini tidak sesuai dengan model pembelajaran abad 21, dimana
siswa seharusnya lebih aktif dalam mengumpulkan informasi yang mendukung proses
pembelajarannya. Idealnya proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Oleh karena itu
perlu adanya inovasi atau pembaharuan dari gaya mengajar guru konvensional kepada gaya

pembelajaran terkini yaitu kaya akan sumber belajar dan strategi serta model pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berbagai inovasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris sudah banyak dilakukan, akan
tetapi kebanyakan di daerah kota besar. Sedangkan daerah marginal karena keterbatasan
sumber daya pengajar dan keterbatasan kompetensi masih belum banyak dilakukan inovasi
pembelajaran.
G. Hipotesis
“Adanya pengaruh model pembelajaran simulasi submodel bermain peran (role play)
terhadap peningkatan kemampuan pronuncation dalam materi complimenting and
showing care pada mata pelajaran bahasa inggris siswa”.
H. Definisi Operasional
1. Simulasi
Simulasi berasal dari kata “simulate” yang artinya berpura-pura atau berbuat seakanakan. Menurut Sanjaya (2010, hlm. 159) simulasi dapat diartikan cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu.
2. Bermain Peran (role play)
Role playing, yaitu metode pembelajaran sebagai bagian simulasi yang diarahkan
untuk mengkreasi eristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadiankejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. (Sanjaya, 2010, hlm.160)
3. Pronunciation
Pronunciation merupakan materi dasar yang sangat penting dalam pengembangan
keterampilan berbahasa lisan, listening dan speaking. (Jamilah, Tanpa Tahun, hlm. 1)
Tanpa penguasaan pronunciation yang memadai mustahil seseorang dapat berbicara

bahasa Inggris dengan baik. Kesalahan pronunciation dapat menimbulkan salah paham.
Untuk dapat dipahami orang lain seseorang harus dapat mengucapkan bahasa Inggris
dengan benar dan untuk dapat memahami bahasa Inggris orang lain seseorang harus
dapat menangkap dan memahami pronunciation orang lain.

4. Complimenting and Showing Care
Complimenting adalah sebuah ekspresi untuk mengapresiasi atau memuji orang lain.
Showing care adalah ekspresi simpati dimana kita menunjukkan perasaan kasihan dan
dukacita ketika seseorang dalam keadakan kurang beruntung, sedang ditimpa masalah,
atau kondisi buruk lainnya. (Tanpa Nama, Tanpa Tahun, hlm.21)
I. Ringkasan Tinjauan Teori
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010, hlm. 51). Sedangkan
menurut Joyce & Weil dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999, hlm. 42) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Dr.
Barufaldi

(2002)

mengatakan

lima

definisi

yang

menggambarkan

model

pembelajaran,yaitu Engage (menarik), Explore (mengeksplorasi), Explain (menjelaskan),
Extend/Elaborate (memperluas) dan Evaluate (Evaluasi). Berdasarkan pendapat tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah sebuah pola atau kerangka
konseptual sebagai perencanaan dan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dikelas.
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dalam
melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap
model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa
dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga

mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan
pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. (Trianto, 2010, hlm. 53).
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi
sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model
modifikasi tingkah laku.
2. Simulasi dan Bermain Peran
Simulasi berasal dari kata “simulate” yang artinya berpura-pura atau berbuat seakanakan. Menurut Sanjaya (2009:159) simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip,
atau keterampilan tertentu. Pengertian lainnya menurut Sudjana (2010:89) simulasi

merupakan metode pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang
nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Simulasi juga berarti
memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena
adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang
sesungguhnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simulasi adalah pengalaman
pembelajaran dengan menggunakan peniruan terhadap suatu situasi yang nyata untuk
memudahkan proses pembelajaran.
Sanjaya (2009:160) membagi simulasi ke dalam beberapa jenis, di antaranya
sosiodrama, psikodrama dan bermain peran atau role play. Role playing, yaitu metode
pembelajaran sebagai bagian simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi eristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul
pada masa mendatang.
Dalam aplikasinya, langkah-langkah simulasi terdiri dari persiapan, pelaksanaan, dan
penutup. Langkah-langkah tersebut diuraikan lagi menjadi: 1). Persiapan simulasi; a)
menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi, b) guru
memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan, c) guru
menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkanoleh para pemeran, serta waktu yang disediakan, d) guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam

pemeranan simulasi; 2). Pelaksanaan simulasi; a) simulasi mulai dimainkan oleh
kelompok pemeran, b) para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian, c) guru
hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan, c) simulasi
hendaknya dihentikan pada saat puncak; 3). Penutup; a) melakukan diskusi baik tentang
jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan, b) merumuskan kesimpulan.
3. Keterampilan Pengucapan (pronunciation)
Keterampilan atau penguasaan pronunciation meliputi kemampuan memahami sistem
tata bunyi atau fonologi bahasa Inggis dan kemampuan memproduksi bunyi bahasa
Inggris dengan baik dan benar, yang meliputi kata-kata lepas, frase, kalimat dan dialog
atau wacana bahasa Inggris.
Menurut Kenworthy (dalam Jamilah, tanpa tahun, hlm.6) pronunciation memiliki dua
tujuan, yaitu pertama untuk mencapai kemampuan memproduksi bunyi bahasa mendekati
kualitas native speaker (penutur asli) dan yang kedua untuk bisa menghasilkan bahasa
yang bisa dipahami dengan mudah dan benar, meskipun aksennya tidak begitu sempurna.
Paulston dan Bruder (dalam Jamilah, tanpa tahun, hlm.6) mengatakan bahwa tujuan
belajar Pronunciation adalah kemampuan memproduksi bunyi bahasa kedua atau bahasa
asing yang tidak menghambat jalannya komunikasi, baik dari sisi pembicara maupun
pendengar. Berdasarkan pendapat ini, tujuan minimal belajar pronunciation adalah agar
bahasa yang di ucapkan dapat mudah dipahami (intelligible).
Materi yang tercakup dalam pembelajaran Pronunciation meliputi tiga hal, yaitu : 1)
Segmental features of phonology(consonants-voiced, unvoiced-, vowels-long and shortand diphtongs), 2) Suprasegmental features of phonology (stress, intonation), dan 3)
Other aspects of connected speech (assimilation, elision, linking and intrusion, junctures
and contractions).
J. Metodologi Penelitian
1. Langkah-langkah Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.(Sugiyono:2016, hlm. 14)
Desain penelitian yang digunakan merupakan one-shot case study yang merupakan
salah satu jenis desain eksperimen pre-experimental. Paradigma yang ada dan sesuai
dengan

desain penelitian ini yaitu terdapat kelompok siswa yang diberi

perlakuan/treatment dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Berikut merupakan langkah
penelitian dalam Bagan 10.1

Bagan 10.1 Bagan Langkah Penelitian
Validasi dalam penelitian ini merupakan cara untuk mengetahui sejauh mana alat ukur
penelitian mampu mengukur apa yang ingin di ukur, pada tahap ini validasi dilakukan oleh
Guru mata pelajaran, Dosen Mata Kuliah Model-Model Pembelajaran, dan Dosen
Pembimbing. Sumber data diperoleh dari peneliti, hasil analisis model pembelajaran yang

digunakan di sekolah, Guru mata pelajaran, dan Dosen. Adapun instrument yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1.
2.
3.
4.

Instrumen Observasi
Desain langkah-langkah pembelajaran
Validasi isi
Validasi konstruk
Pengujian hipotesis menggunakan uji t two tale untuk mengetahui adanya pengaruh

model pembelajaran simulasi submodel bermain peran (role play) terhadap peningkatan
kemampuan pronunciation dalam materi complimenting and showing care pada mata
pelajaran bahasa inggris siswa. Jika hasil uji t menghasilkan harga t hitung > ttabel maka H0
ditolak dan H1 diterima. Rumus yang digunakan untuk mengolah data dengan uji t two tale
adalah sebagai berikut:

Analisis penelitian uji hipotesis juga dapat menggunakan aplikasi software SPSS untuk
mempermudah pengolahan data.

K. Kepustakaan

Barufaldi, Dr. Jim. (2002). The 5E Model of Instruction, Based on the 5E Instructional Model
presented by Dr. Jim Barufaldi at the Eisenhower Science Collaborative Conference
in Austin. Texas. Downloaded from http://www.wisd.org/users/0001/docs/GVC/5E
%20Model.pdf
Hatimah, Ihat. (Tanpa Tahun) . Pengertian Pendekatan.(Online).Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112
001IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf
Jamilah.(Tanpa Tahun). Pengembangan Multi Media untuk Pembelajaran Matakuliah
Pronunciation

di

Jurusan

Pendidikan

Bahasa

Inggris

FBS

UNY.(Artikel

Penelitian).Jogjakarta:Tanpa Penerbit
Kelly, Gerald, 2000. How to Teach Pronunciation, Longman Pearson Education Limited,
England
Sanjaya,

Wina.(2010).Strategi

Pembelajaran

Berorientasi

Standar

Proses

Pendidikan.Jakarta:Kencana
Sudjana, Nana.(2010). Dasar-dasar Proses Belajar.Bandung:Sinar Baru Bandung
Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif, dan
R&D.Bandung:Alfabeta Bandung.
Tanpa Nama.(Tanpa Tahun). Bahasa Inggris kelas X, chapter 2 complimenting and showing
care.Diunduh dari http://bukupaket.com
Tanpa

Nama.Tanpa

Tahun.

BAB

II

KAJIAN

PUSTAKA.Diunduh

dari

http://eprints.uny.ac.id/7784/3/bab%202%20-%2008108241020.pdf
Yulia, M.F., dan Ouda Teda Ena, (2004). Pronunciation Problems of Indonesians EFL
Teachers (the proceeding of the 9th English in Southeast Asia Coference) USD.,
Yogyakarta