leksikal yang menghubungkan dua kutub atau dapat pula membuat superordinatnya atau hipernimnya.
Berdasarkan analisis data diketahui bahwa dalam bahasa Bali ditemukan khazanah kosa kata kehewanan yang memiliki dua tipe hubungan tersebut, yaitu taksonomi relasi dua kutub dan
taksonomi relasi hipernim. Kedua tipe tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
1.3.3.1 Taksonomi Relasi Dua kutub
Beberapa khazanah kosa kata kehewanan bahasa Bali terkikis dalam perjalanan waktunya. Lingkungan yang berubah mengakibatkan petani tidak lagi memelihara binatang
seperti umumnya petani dahulu sehingga ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh binatang tidak tampak oleh mata atau bahkan hilang. Hal itu menyebabkan generasi muda saat ini sangat
sedikit mengetahui khazanah kosa kata yang berkaitan dengan taksonomi relasi dewasa dan muda; jantan dan betina.
Tabel 1 Taksonomi Relasi Jantan-Betina No.
Nama Binatang Jantan
Arti Nama Binatang
Betina Arti
1.
celeng
‘babi jantan’
bangkung
‘babi betina’ 2.
cicing
‘anjing jantan’
kuluk
‘anjing betina’ 3.
manuk
‘ayam jantan’
pegina
‘ayam betina’ 4.
cula
‘sapi jantan’
sampi
‘sapi betina’ 5.
bengkiwe
‘bebek jantan’
bebek
‘bebek betina’
Taksonomi relasi jantan dan betina dalam khazanah kosa kata kehewanan dalam tulisan ini tidak banyak ditemukan. Namun, besar dugaan masih banyak taksonomi relasi jantan dan betina
dalam bahasa Bali, tetapi kemungkinan lebih dari dua. Hanya saja karena adanya perubahan lingkungan menyebabkan peneliti kesulitan untuk mencari data. Dalam studi pustaka, ditemukan
babi jantan
disebut dengan
celeng muani
. Padahal untuk babi yang jantan sudah ada kosa kata yang khusus, yaitu
celeng
‘babi jantan’. Dalam taksonomi relasi dewasa dan muda ditemukan lebih dari dua, yaitu
No. Nama Binatang
Dewasa
adult
Arti Nama Anak
Binatang
young
Arti
1.
cicing
‘anjing’
konyong
‘anak anjing’ 3.
sampi
‘sapi’
godel
‘anak sapi’ 4.
celengbangkung
‘babi’
kucit
‘anak babi’ 5.
bebek
‘bebek’
memeri
‘anak bebek’ 6.
siap
‘ayam’
pitik
‘anak ayam’ 7.
bojog
‘monyet’
apa
‘anak monyet’ 8.
bikul
‘tikus’
nyingnying
‘anak tikus’ 9.
jaran
‘anak kuda’
bebedag
‘anak kuda’ 10.
kambing
‘kambing;
wiwi
‘panak kambing 11.
katak
‘katak’
becing
;panak kata’ 12.
lelipan
‘lelipan;
kalimayah
‘anak lelipan’ 13.
meong
‘kucing’
tai
‘anak kucing 14.
penyu
‘penyu’
tukik
‘panak penyu’ 15.
kakua
‘kura-kura’
boko
‘panak kura-kura’ Taksonomi relasi dewasa dan muda masih banyak bisa ditemukan walaupun tidak semua
khazanah kosa kata tersebut masih dipakai dalam berkomunikasi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya anak-anak menyebutkan anak binatang sesuai dengan nama binatang dewasa, seperti
panak sampi, panak celek, dan panak bojog. Pergeseran ini banyak ditemukan di kalangan generasi muda sehingga banyak anak muda yang tidak tahu nama anak seekor binatang. Hal ini
membuktikan bahwa lingkungan sangat menentukan kebertahan dan pergeseran suatu bahasa.
1.3.3.2 Taksonomi Relasi Hipernimi