Penggunaan teori ekolinguistik ini tetap berlandaskan teori sosiolinguistik yang mengungkapkan bahwa adanya pergeseran dan pemertahanan bahasa yang disebabkan oleh
faktor sosiolinguistis, psikologis, demografis, dan ekonomis Gunarwan, 2006:102. Asumsi tersebut menjadi landasan kajian dalam menggali data.
1.3.2 Relasi Leksikal
Ada sejumlah tipe relasi leksikal. Seperti yang diketahui bahwa sebuah leksem khusus kemungkinan akan memiliki sejumlah relasi leksikal sehingga hal tersebut lebih tepat disebut
sebagai leksikon sebagai
network,
bukan daftar kata-kata seperti dalam kamus. Tipe-tipe relasi leksikal adalah homonimi, polisemi, sinonim, antonim, hiponim, meronimi, dan koleksi
keanggotaan. Dalam tulisan ini, kajian ditekankan pada kajian hiponim. Hiponim adalah relasi hubungan inklusi. Sebuah hiponim mencakup makna kata yang lebih umum, seperti 1
dog
‘anjing’ dan
cat
‘kucing’ adalah hiponim dari binatang dan 2
sister
‘adik perempuan’ dan
mother
‘ibu’ adalah hiponim dari
woman
. Istilah yang lebih umum disebut dengan superordinate atau hipernim. Sebagian besar kosa kata terkait dengan sistem inklusi dan taksonomi yang
dihasilkan membentuk jaringan semantik hirarki seperti yang tergambar di bawah ini.
Bird crow
hawk duck
etc kestrel
sparrowhawk etc
Selain itu, adapula relasi leksikal tipe berbeda. Relasi leksikal ini tampak seperti subkasus khusus taksonomi relasi
adult-young
, seperti yang terlihat pada contoh berikut.
No. Nama Binatang
Dewasa
adult
Arti Nama Anak
Binatang
young
Arti
1.
dog
‘anjing’
puppy
‘anak anjing’ 2.
cat
‘kucing’
kitten
‘anak kucing’ 3.
cow
‘sapi’
calf
‘anak sapi’ 4.
pig
‘babi’
piglet
‘anak babi’ 5.
duck
‘bebek’
duckling
‘anak bebek’ 6.
swan
‘angsa’ ‘cygnet’
‘anak angsa’
Relasi yang sama berlaku pada pasangan
male-female
, seperti berikut ini.
No. Nama Binatang
Jantan Arti
Nama Binatang Betina
Arti
1.
dog
‘anjing jantan’
bitch
‘anjing betina’ 2.
tom
‘kucing jantan’
?queen
‘kucing betina’ 3.
bull
‘sapi jantan’
cow
‘sapi betina’ 4.
hog
‘babi jantan’
sow
‘babi betina’ 5.
drake
‘bebek jantan’
duck
‘bebek betina’ 6.
cob
‘ikan tongkol jantan’
pen
‘ikan tongkol betina’
Dengan uraian teori di atas, maka berikut ini akan dikaji relasi leksikal kehewanan dalam guyub tutur bahasa Bali.
1.3.3 Relasi Leksikal dalam Bahasa Bali
Uraian tentang teori ekolinguistik, relasi leksikal dan teori sosiolinguistik mengungkapkan bahwa bahasa dapat berubah apabila lingkungan tempat hidupnya berubah.
Namun, setiap kata yang berubah berada dalam relasi taksonomi sehingga dapat ditelusuri keberadaan kata-kata tersebut dengan mudah. Relasi taksonomi yang termudah adalah relasi
leksikal yang menghubungkan dua kutub atau dapat pula membuat superordinatnya atau hipernimnya.
Berdasarkan analisis data diketahui bahwa dalam bahasa Bali ditemukan khazanah kosa kata kehewanan yang memiliki dua tipe hubungan tersebut, yaitu taksonomi relasi dua kutub dan
taksonomi relasi hipernim. Kedua tipe tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
1.3.3.1 Taksonomi Relasi Dua kutub
Beberapa khazanah kosa kata kehewanan bahasa Bali terkikis dalam perjalanan waktunya. Lingkungan yang berubah mengakibatkan petani tidak lagi memelihara binatang
seperti umumnya petani dahulu sehingga ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh binatang tidak tampak oleh mata atau bahkan hilang. Hal itu menyebabkan generasi muda saat ini sangat
sedikit mengetahui khazanah kosa kata yang berkaitan dengan taksonomi relasi dewasa dan muda; jantan dan betina.
Tabel 1 Taksonomi Relasi Jantan-Betina No.
Nama Binatang Jantan
Arti Nama Binatang
Betina Arti
1.
celeng
‘babi jantan’
bangkung
‘babi betina’ 2.
cicing
‘anjing jantan’
kuluk
‘anjing betina’ 3.
manuk
‘ayam jantan’
pegina
‘ayam betina’ 4.
cula
‘sapi jantan’
sampi
‘sapi betina’ 5.
bengkiwe
‘bebek jantan’
bebek
‘bebek betina’
Taksonomi relasi jantan dan betina dalam khazanah kosa kata kehewanan dalam tulisan ini tidak banyak ditemukan. Namun, besar dugaan masih banyak taksonomi relasi jantan dan betina
dalam bahasa Bali, tetapi kemungkinan lebih dari dua. Hanya saja karena adanya perubahan lingkungan menyebabkan peneliti kesulitan untuk mencari data. Dalam studi pustaka, ditemukan
babi jantan
disebut dengan
celeng muani
. Padahal untuk babi yang jantan sudah ada kosa kata yang khusus, yaitu
celeng
‘babi jantan’. Dalam taksonomi relasi dewasa dan muda ditemukan lebih dari dua, yaitu
No. Nama Binatang
Dewasa
adult
Arti Nama Anak
Binatang
young
Arti
1.
cicing
‘anjing’
konyong
‘anak anjing’ 3.
sampi
‘sapi’
godel
‘anak sapi’ 4.
celengbangkung
‘babi’
kucit
‘anak babi’ 5.
bebek
‘bebek’
memeri
‘anak bebek’ 6.
siap
‘ayam’
pitik
‘anak ayam’ 7.
bojog
‘monyet’
apa
‘anak monyet’ 8.
bikul
‘tikus’
nyingnying
‘anak tikus’ 9.
jaran
‘anak kuda’
bebedag
‘anak kuda’ 10.
kambing
‘kambing;
wiwi
‘panak kambing 11.
katak
‘katak’
becing
;panak kata’ 12.
lelipan
‘lelipan;
kalimayah
‘anak lelipan’ 13.
meong
‘kucing’
tai
‘anak kucing 14.
penyu
‘penyu’
tukik
‘panak penyu’ 15.
kakua
‘kura-kura’
boko
‘panak kura-kura’ Taksonomi relasi dewasa dan muda masih banyak bisa ditemukan walaupun tidak semua
khazanah kosa kata tersebut masih dipakai dalam berkomunikasi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya anak-anak menyebutkan anak binatang sesuai dengan nama binatang dewasa, seperti
panak sampi, panak celek, dan panak bojog. Pergeseran ini banyak ditemukan di kalangan generasi muda sehingga banyak anak muda yang tidak tahu nama anak seekor binatang. Hal ini
membuktikan bahwa lingkungan sangat menentukan kebertahan dan pergeseran suatu bahasa.
1.3.3.2 Taksonomi Relasi Hipernimi
Relasi hipernimi ditemukan pula dalam bahasa Bali walaupun beberapa khazanah kosa kata tersebut tidak dikenal oleh generasi muda dan bahkan terlupakan oleh generasi tua. Hal itu
terjadi karena aktivitas tersebut sudah tidak menjadi aktivitas yang sering ditemukan karena
kebiasaan memelihara binatang sudah sangat jarang ditemukan. Selain karena pekerjaan sudah tidak menjadi petani, berkurangnya lahan pertanian juga menjadi penyebab hilangnya kebiasaan
memelihara binatang. Apalagi sekarang, rumah-rumah tidak lagi dibangun di atas tanah yang luas, tetapi dibangun di atas lahan yang sempit sehingga tidak dapat dengan leluasa memelihara
berbagai jenis binatang. Taksonomi relasi yang ditemukan dalam bahasa Bali adalah sebagai berikut.
badan buron
‘kadang hewan’
bengbengan badan celeng badan sampi sebun
babi
‘babi’
kucit ‘anak babi’ babi ‘babi muda’ celeng ‘babi dewasa’ kaung’ babi jantan’ bangkung ‘babi betina’
siap
‘ayam’
Siap brumbun siap wangkas siap biik siap biing siap sangkur siap olagan siap grungsang siap sandeh ‘ayam warna ‘ayam putih’ ‘ayam
‘ayam ‘ayam tidak ‘ayam yang ‘ayam yang ‘ayam yang warni’
bintik- merah’ berbulu lehernya tidak bulunya
bulunya bintik
ekor’ berbulu’ keriting’ berdiri di
leher’
Taksonimi relasi hipernim untuk hewan, terutama hewan yang dipakai untuk sarana persembahyangan memiliki taksonomi yang cukup beragam seperti babi dan ayam. Taksonomi
ayam dibagi berdasarkan warna bulu dan jenis bulu ayam, sedangkan taksonomi babi dibagi berdasarkan umum dan fungsi babi. Dalam taksonomi babi terdapat jenis babi yang disebut
kucit
‘anak babi’.
Kucit
‘anak babi’ merupakan babi yang baru lahir sampai berumur 3 bulan. Setelah tiga bulan, babi disebut
babi
. Ketika babi berumur lebih dari 6 bulan disebut
celeng
,
kaung,
dan
bangkung
.
Celeng
adalah babi jantan atau betina yang berfungsi sebagai hewan potong,
kaung
adalah babi jantan yang berfungsi sebagai hewan yang mengawini babi betina, sedangkan
bangkung
adalah babi betina yang berfungsi untuk dikawini dan memiliki keturunan. Penamaan terhadap babi seperti ini sudah mulai tidak dikenal oleh generasi muda karena kegiatan beternak
babi tidak lagi dilakukan secara tradisional, tetapi sudah dilakukan oleh pengusaha sehingga dilaksanakan dengan lebih modern. Hal itu menyebabkan anak-anak tidak pernah melihat jenis-
jenis babi seperti itu. Relasi hipernim kadang hewan merupakan salah satu relasi yang mengandung khazanah
kosa kata yang tidak umum bagi para generasi muda sehingga ketika dalam pelajaran sekolah ada pertanyaan tentang
tempat ayam bertelur
, mereka tidak bisa menjawab. Seperti diungkapkan di atas, pertanyaan itu dijawab dengan sederhana, yaitu
kardus
karena yang mereka lihat ayam bertelur dan tidur di dalam
kardus
.
1.3.4 Dimensi Ideologis, Sosiologis, dan Biologis
Relasi-relasi leksikal yang diperlihatkan oleh data bahasa adalah relasi leksikal yang
mengandung makna ideologis
diversiti fungsional
, yaitu keberagaman fungsional. Keberagaman fungsional dapat dilihat dari segi sosiolinguistik memperlihatkan bahwa relasi leksikal yang
muncul sebagai akibat kebutuhan sosial yang sudah dimaknai secara tersendiri, yaitu ayam dan babi dari segi sosial merupakan sarana persembahyang. Kedua dimensi itu akan tetap dapat
dipertahankan apabila lingkungan biologis tetap bertahan. Agar lebih jelas, uraian yang lebih lengkap dapat dilihat sebagai berikut. Warna bulu ayam membedakan fungsinya dalam
penyelenggaraan upacara di Bali. Kebutuhan ayam dengan berbagai jenis tersebut masih tetap dilakukan. Namun kondisinya hampir sama dengan babi, ayam tidak lagi diperlihara secara
tradisional oleh penduduk, tetapi sudah dipelihara oleh para peternak ayam sehingga para
generasi muda tidak mengetahui bahwa terdapat berbagai jenis ayam. Penyebutan ayam bagi generasi muda tidak lagi berdasarkan warna, tetapi secara umum saja, yaitu ayam sehingga
ketika melihat ayam yang sedikit aneh , misalnya tidak memiliki bulu di leher, mereka tidak akan menyebut
siap olagan
, tetapi ayam aneh.
1.3.5 Tipe dan Fungsi konstituen yang Membangun Khazanah Kosa Kata Kehewanan