babi jantan
disebut dengan
celeng muani
. Padahal untuk babi yang jantan sudah ada kosa kata yang khusus, yaitu
celeng
‘babi jantan’. Dalam taksonomi relasi dewasa dan muda ditemukan lebih dari dua, yaitu
No. Nama Binatang
Dewasa
adult
Arti Nama Anak
Binatang
young
Arti
1.
cicing
‘anjing’
konyong
‘anak anjing’ 3.
sampi
‘sapi’
godel
‘anak sapi’ 4.
celengbangkung
‘babi’
kucit
‘anak babi’ 5.
bebek
‘bebek’
memeri
‘anak bebek’ 6.
siap
‘ayam’
pitik
‘anak ayam’ 7.
bojog
‘monyet’
apa
‘anak monyet’ 8.
bikul
‘tikus’
nyingnying
‘anak tikus’ 9.
jaran
‘anak kuda’
bebedag
‘anak kuda’ 10.
kambing
‘kambing;
wiwi
‘panak kambing 11.
katak
‘katak’
becing
;panak kata’ 12.
lelipan
‘lelipan;
kalimayah
‘anak lelipan’ 13.
meong
‘kucing’
tai
‘anak kucing 14.
penyu
‘penyu’
tukik
‘panak penyu’ 15.
kakua
‘kura-kura’
boko
‘panak kura-kura’ Taksonomi relasi dewasa dan muda masih banyak bisa ditemukan walaupun tidak semua
khazanah kosa kata tersebut masih dipakai dalam berkomunikasi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya anak-anak menyebutkan anak binatang sesuai dengan nama binatang dewasa, seperti
panak sampi, panak celek, dan panak bojog. Pergeseran ini banyak ditemukan di kalangan generasi muda sehingga banyak anak muda yang tidak tahu nama anak seekor binatang. Hal ini
membuktikan bahwa lingkungan sangat menentukan kebertahan dan pergeseran suatu bahasa.
1.3.3.2 Taksonomi Relasi Hipernimi
Relasi hipernimi ditemukan pula dalam bahasa Bali walaupun beberapa khazanah kosa kata tersebut tidak dikenal oleh generasi muda dan bahkan terlupakan oleh generasi tua. Hal itu
terjadi karena aktivitas tersebut sudah tidak menjadi aktivitas yang sering ditemukan karena
kebiasaan memelihara binatang sudah sangat jarang ditemukan. Selain karena pekerjaan sudah tidak menjadi petani, berkurangnya lahan pertanian juga menjadi penyebab hilangnya kebiasaan
memelihara binatang. Apalagi sekarang, rumah-rumah tidak lagi dibangun di atas tanah yang luas, tetapi dibangun di atas lahan yang sempit sehingga tidak dapat dengan leluasa memelihara
berbagai jenis binatang. Taksonomi relasi yang ditemukan dalam bahasa Bali adalah sebagai berikut.
badan buron
‘kadang hewan’
bengbengan badan celeng badan sampi sebun
babi
‘babi’
kucit ‘anak babi’ babi ‘babi muda’ celeng ‘babi dewasa’ kaung’ babi jantan’ bangkung ‘babi betina’
siap
‘ayam’
Siap brumbun siap wangkas siap biik siap biing siap sangkur siap olagan siap grungsang siap sandeh ‘ayam warna ‘ayam putih’ ‘ayam
‘ayam ‘ayam tidak ‘ayam yang ‘ayam yang ‘ayam yang warni’
bintik- merah’ berbulu lehernya tidak bulunya
bulunya bintik
ekor’ berbulu’ keriting’ berdiri di
leher’
Taksonimi relasi hipernim untuk hewan, terutama hewan yang dipakai untuk sarana persembahyangan memiliki taksonomi yang cukup beragam seperti babi dan ayam. Taksonomi
ayam dibagi berdasarkan warna bulu dan jenis bulu ayam, sedangkan taksonomi babi dibagi berdasarkan umum dan fungsi babi. Dalam taksonomi babi terdapat jenis babi yang disebut
kucit
‘anak babi’.
Kucit
‘anak babi’ merupakan babi yang baru lahir sampai berumur 3 bulan. Setelah tiga bulan, babi disebut
babi
. Ketika babi berumur lebih dari 6 bulan disebut
celeng
,
kaung,
dan
bangkung
.
Celeng
adalah babi jantan atau betina yang berfungsi sebagai hewan potong,
kaung
adalah babi jantan yang berfungsi sebagai hewan yang mengawini babi betina, sedangkan
bangkung
adalah babi betina yang berfungsi untuk dikawini dan memiliki keturunan. Penamaan terhadap babi seperti ini sudah mulai tidak dikenal oleh generasi muda karena kegiatan beternak
babi tidak lagi dilakukan secara tradisional, tetapi sudah dilakukan oleh pengusaha sehingga dilaksanakan dengan lebih modern. Hal itu menyebabkan anak-anak tidak pernah melihat jenis-
jenis babi seperti itu. Relasi hipernim kadang hewan merupakan salah satu relasi yang mengandung khazanah
kosa kata yang tidak umum bagi para generasi muda sehingga ketika dalam pelajaran sekolah ada pertanyaan tentang
tempat ayam bertelur
, mereka tidak bisa menjawab. Seperti diungkapkan di atas, pertanyaan itu dijawab dengan sederhana, yaitu
kardus
karena yang mereka lihat ayam bertelur dan tidur di dalam
kardus
.
1.3.4 Dimensi Ideologis, Sosiologis, dan Biologis