50 peserta didik saya Teddy Swatman: 2006. Penggunaan persepsi guru seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya karena guru berkaitan langsung dengan peserta didik dan setiap hari melakukan interaksi dengan peserta didik serta
salah satu yang dapat menilai peserta didik adalah guru.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Kurniawan 2014 dengan judul pengukuran tingkat kesiapan penerapan e-learning sekolah menengah atas
muhammadiyah di kota yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan penelitian E-learning readiness dengan model ELR yang dikemukakan oleh Aydin Tasci
2005. Model ELR yang dikemukakan Aydin Tasci 2005 menggunakan empat faktor dalam pengukuran tingkat kesiapan. Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah skor total kesiapan dari empat faktor yang diajukan adalah 4,35. Hal ini berarti hasil tiga dari lima sekolah yang diteliti termasuk pada kategori siap
dalam penerapan e-learning yaitu SMA Muhammadiyah 1, SMA Muhammadiyah 5 dan SMA Muhammadiyah 6. Namun terdapat dua factor yang perlu
ditingkatkan yaitu factor manusia dan pengembangan diri. Penelitian yang dilakukan oleh N. Hadi and Nur 2013 yang berjudul
proses akan diimplementasikan. Untuk kategori psychological readiness, financial readiness, equipment readiness, content readiness mempunyai tingkat
kesiapan cukup. Penelitian yang dilakukan oleh Ralmugiz 2015 yang berjudul Aplikasi
Model MCKINSEY 7S Untuk Evaluasi Penerapan E-Learning di Sekolah Menengah Atas BOPKRI Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan kuesioner berdasarkan model evaluasi
51 McKinsey 7S untuk menentukan skor kesiapan e-learning menggunakan aturan
yang dikemukakan oleh Alshaher. Hasil penelitian menunjukan bahwa kategori tingkat kesiapan penerapan E-learning
SMA BOPKRI 1 adalah baik dengan persentse kesiapan e-learning sebesar
72.69 , dan kategori tingkat kesiapan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta adalah sangat baik
dengan presentase kesiapan e- learning sebesar 75.58. Berdasarkan analisa menggunakan model McKinsey
7S, terdapat beberapa sub elemen yang membutuhkan peningkatan agar e- learning dapat berjalan dengan baik. Sub elemen yang harusditingkatkan untuk
SMA BOPKRI 1 Yogyakarta antara lain strategic plans, size,documentation, sufficient manpower, training and education, IT staff skill, dan teacher skill.
Sedangkan sub elemen yang perlu ditingkatkan untuk SMA BOPKRI 2 Yogyakarta antara lain central information officer, sufficient manpower, trust,
training and education, management skill dan IT staff skill.
C. Kerangka Pikir