ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENJUALAN OBAT-OBATAN TIDAK TERDAFTAR DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENJUALAN OBAT-OBATAN TIDAK TERDAFTAR DI BADAN

PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang

Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK) Oleh

KURNIA TIWI HABSARI

Tindak pidana yang terjadi di bidang kesehatan antara lain: malpraktek, pemalsuan obat, penjualan obat yang tidak terdaftar dan transplantasi organ manusia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur dengan tegas larangan-larangan bagi setiap orang agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian di masyarakat yang terdapat dalam Pasal 197 jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur pelanggaran serta sanksi terhadap tindak pidana di bidang kesehatan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul “Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Penjualan Obat-Obatan Tidak Terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang NO.801/PID/SUS/2010/PN.TK)”.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Penentuan populasi dan sampel adalah Jaksa Kejaksaan Negeri Tanjung Karang, Jaksa kejaksaan Tinggi Lampung, Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang, Pegawai Balai Besar POM Bandar Lampung dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. Hasil dari wawancara responden kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan menguraikan data yang telah diolah secara rinci ke dalam bentuk kalimat-kalimat (deskriptif) yang bertitik tolak dari analisis normatif yang dilengkapi dengan analisis empiris dengan menggunakan bahan-bahan hukum primer. Berdasarkan hasil analisis ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara berfikir yang berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Berdasarkan kesimpulan, maka disusun saran.


(2)

Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulakan bahwa (1) Pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana penjualan obat-obatan tidak terdaftar di BPOM dalam Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK yang dilakukan oleh terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana di bidang kesehatan sehingga perbuatan terdakwa dapat dipidana sesuai hukum yang berlaku, yaitu Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang telah memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana menurut hukum pidana (2) Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana penjualan obat-obatan tidak terdaftar di BPOM dalam Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK harus memuat hal-hal yuridis dan non yuridis Pertimbangan hakim bersifat yuridis adalah alat bukti yang berupa keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, barang bukti serta keterangan terdakwa, dan fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan. Pertimbangan hakim yang bersifat non yuridis adalah hal yang memberatkan dan hal yang meringankan.

Adapun saran yang diberikan penulis yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan perlu dilakukan revisi karena dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tidak menentukan batas minimal sanksi yang diberikan bagi pelaku yang melakukan tindak pidana tersebut karenanya tidak dapat menimbulkan efek jera bagi orang yang melakukan tindak pidana dibidang ilmu Kesehatan. Setiap putusan hakim harus menyampaikan dasar-dasar pertimbangan terhadap perkara yang sedang diperikasa. Hal ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu putusan hakim sesuai dengan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.


(3)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Kajian atau pembahasan lebih lanjut tentang bagaimana pertanggungjawaban pidana di bidang kesehatan dan dasar pertimbangan hakim menjatuhkan putusan pada perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK, maka penulis akan kemukakan terlebih dahulu tentang karakteristik dari responden. Penulis melakukan penelitian menggunakan studi wawancara terhadap sejumlah responden, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran objektif validitas dari data-data yang diberikan oleh responden. Responden yang dianggap dapat mewakili penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Nama : Itong Isnaeni Hidayat, S.H, M.H. NIP : 0400064404

Pangkat : Pembina Gol. IV/a

Jabatan : Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang Pendidikan: S2 Hukum

2. Nama : Supriyanti, S.H. NIP : 197705081998032001 Pangkat : Ajun Jaksa

Jabatan : Jaksa Fungsional Pendidikan: S1 Hukum

3. Nama : Nurmalina Hadjar, S.H.M.H. NIP : 197911032002122001


(4)

Pangkat : Jaksa Pratama

Jabatan : Jaksa Fungsional pada ASPIDUM KEJATI LAMPUNG Pendidikan: S2 Hukum

4. Nama : Drs. Pantas Purba, Apt. NIP : 195605121991021001 Pangkat : Pembina Gol. IV/a Jabatan : Kepala Seksi Penyidikan Pendidikan: S1 Apoteker

5. Nama : Dr. Eddy Rifai, S.H.,M.H. NIP : 196109121986031003 Pangkat : IV/b

Jabatan : Dosen Pidana Fakulatas Hukum Universitas Lampung Pendidikan: S3 Hukum

B. Gambaran Umum Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK

Bahan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu putusan hakim Pengadilan Negeri Kelas lA Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK, adapun gambaran umum dari perkara tersebut yaitu:

1. Identitas Terdakwa

Nama : Ferry Mustagfirin Bin Abror Tempat Lahir : Demak

Umur / Tanggal Lahir : 31 Tahun / 20 Oktober 1979 Jenis kelamin : Laki-laki


(5)

Kebangsaan : indonesia

Tempat Tinggal : Jalan Teuku Umar Gang Priyangan No. 15 Lk.I Rt/Rw 01/01 Kelurahan Pasir Gintung Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung

Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Pendidikan : SMA ( Tamat)

2. Tentang Duduk Perkara

Berdasarkan fakta dipersidangan baik pemeriksaan saksi, keterangan ahli, barang bukti, dan pemeriksaan terdakwa dapat disimpulkan bahwa pada hari Rabu, tanggal 22 juni 2010 sekitar pukul 13.30 wib bertempat di Toko Ayong di Jalan Teuku Umar Gang Priyangan No.15 Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung anggota Kepolisian dari Ditreserse Narkoba Polda Lampung melakukan pemeriksaan di Toko Ayong milik terdakwa ditemukan obat-obatan yang tidak ada registrasi dari BPOM atau Dinas Kesehatan dan tidak memiliki ijin edar. Selanjutnya barang bukti dan terdakwa dibawa ke Polda Lampung untuk proses lebih lanjut. Bahwa cara terdakwa menjual atau mengedarkan obat-obatan dengan membeli dari AILI (DPO) yang tinggal di jakarta dengan dikirim langsung ke toko terdakwa melalui paket kurang lebih selama 1 (satu) tahun.

Bahwa terhadap obat-obatan yang disita oleh petugas Kepolisian harus memperoleh izin edar atau terdaftar di Departemen Kesehatan atau BPOM yang mana izin tersebut harus tercantum dalam kemasan sediaan farmasi/ jenis obat yang disita dari terdakwa tidak mencantumkan nomor izin edar/ nomor pendaftaran yang melekat pada sediaan Farmasi, dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.


(6)

C. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penjualan Obat-obatan Tidak Terdaftar di BPOM dalam Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK

Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas “kesepakatan menolak” suatu perbuatan tertentu (Chairul Huda, 2011:71).

Menurut Roeslan Saleh (Leden Merpaung, 2010 : 22) Orang yang mampu bertanggungjawab itu harus memenuhi 3 (tiga) syarat antara lain :

a. Dapat menginsyafi makna yang senyatanya dari perbuatannya;

b. Dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu tidak dapat dipandang patut dalam pergaulan masyarakat;

c. Mampu untuk menentukan niat atau kehendaknya dalam melakukan perbuatan.

Syarat-syarat untuk menjatuhkan pidana adalah seseorang harus melakukan perbuatan yang aktif atau pasif seperti yang ditentukan oleh undang-undang pidana, yang melawan hukum, dan tidak adanya alasan pembenar serta adanya kesalahan dalam arti luas (yang meliputi kemampuan bertanggungjawab, sengaja atau kelalaian) dan tidak adanya alasan pemaaf. Jika kita telah dapat membedakan antara pebuatan pidana (yang menyangkut segi objektif) dan pertanggungjawaban pidana (yang menyangkut segi subjektif, jadi menyangkut sikap batin si pembuat), maka mudahlah kita menentukan dipidana atau dibebaskan ataupun dilepaskan segala tuntutan pembuat delik (Abidin Zainal Farid, 2007;72).

Memperhatikan rumusan Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pengenaan sanksi yang dikenakan terhadap pelaku kejahatan kesehatan berupa pidana penjara dan denda, sedangkan pidana tambahan (yang bersifat fakultatif dan tidak mandiri) dapat berupa perampasan obatan-obatan tidak terdaftar dan barang-barang yang dipergunakan untuk kejahatan.


(7)

Menurut Itong Isnaeni Hidayat dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis, pertanggungjawaban pidana dalam kasus ini hendaknya pemberian hukuman tidak hanya sebuah hukuman/sanksi pidana kepada pelaku dengan sanksi yang seberat-beratnya, mengingat dampak/akibat dari tindakan pidana di bidang kesehatan ini merugikan ekonomi negara serta kesehatan masyarakat selaku konsumen dengan memberikan sanksi tindakan tata tertib berupa:

1. Mengembalikan akibat kejahatan seperti semula

2. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana 3. Mewajibkan mengerjakan apa yang dilakukan tanpa hak 4. Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak

Dilain pihak menurut Eddy Rifai bahwa pertanggungjawaban pidana merupakan kemampuan seseorang untuk menerima resiko dari perbuatan yang diperbuatnya sesuai dengan undang-undang.

Berdasarkan amar putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK, bahwa pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana penjualan obat-obatan tidak terdaftar di BPOM dengan terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror didakwa dengan Pasal 197 jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dijatuhi pidana penjara 4 (empat) bulan denda sebesar Rp 300.000.00. (tiga ratus ribu rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan. Pertanggungjawaban pidana tersebut konsekuensi dari perbuatan para terdakwa yang menurut Majelis Hakim telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana“Menjual Obat-obatan Tidak Terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)”.


(8)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Nurmalina Hadjar, menjelaskan bahwa berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror didakwakan Pasal 197 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan hukuman 4 (empat) bulan penjara dan denda sebesar Rp 300.000.00. (tiga ratus ribu rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan. Ketentuan yang terdapat pada Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelaku tindak pidana tersebut dijatuhi dengan hukuman maksimal 15 (lima belas) tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta rupiah).

Ternyata dalam putusan hakim tidak memuat alasan mengapa terdakwa hanya dihukum dengan hukuman 4 (empat) bulan dan denda sebesar Rp 300.000.00. (tiga ratus ribu rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan dan putusan yang dijatuhkan hakim sangat jauh dari sanksi pasal yang dijatuhkan, secara teori pertanggungjawaban pidana bertentangan dengan rasa keadilan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa pertanggungjawaban pidana dalam kasus ini memiliki dua sanksi, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana penjara/kurungan. Sanksi administratif berupa denda yang telah terdapat dan tertulis dalam Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sedangkan sanksi pidana penjara/kurungan dijatuhkan oleh pengadilan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(9)

Dicelanya atas perbuatannya, terdakwa dalam perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK harus memenuhi unsur-unsur kesalahan antara lain :

a. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada pelaku. Dalam perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK Terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror ketika melakukan tindak pidana di bidang kesehatan dalam keadaan jiwa yang normal. Sehingga majelis hakim berkeyakinan bahwa dapat dicela atas perbuatannya melakukan tindak pidana di bidang kesehatan.

b. Adanya hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa). Tindak pidana di bidang kesehatan yang dilakukan Terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror tersebut dengan kesengajaan (dolus), terdakwa mengakui terus terang perbuatannya didepan persidangan.

c. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf antara lain terpaksa (overmacht), asas pembenaran dan pemaaf, dan keadaan pelaku. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya didepan persidangan telah melakukan kegiatan menjual obat-obatan yang tidak terdaftar di BPOM, terdakwa memberikan keterangan bahwa ia tidak mendapat paksaan dari siapapun dan dikuatkan dengan barang bukti serta keterangan saksi yang menyatakan bahwa terdakwa benar telah melakukan tindak pidana di bidang kesehatan.

Dipidananya perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh perundang-undangan pada seorang pelaku pidana , karena dinggap perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan-alasan yang menjadi pembenarnya. Setiap perbuatan pasti akan melahirkan pertanggungjawaban bagi si pelaku meskipun hasil perbuatan itu berjalan sebagai mestinya. Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh


(10)

hukum pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas ‘kesepakatan menolak’ suatu perbuatan tertentu (Chairul Huda, 2011:71).

Konsep pertanggungjawaban pidana berkenaan dengan mekanisme yang menentukan dapat dipidananya pembuat, sehingga hal tersebut terutama berpengaruh bagi hakim. Hakim harus mempertimbangkan keseluruhan aspek tersebut, baik dirumuskan secara positif maupun negatif. Hakim harus mempertimbangkan hal itu meskipun penuntut umum tidak membuktikannya.

Sebaliknya ketika terdakwa mengajukan pembelaan yang didasarkan pada alasan yang menghapus kesalahan, maka hakim berkewajiban untuk memasuki masalahnya lebih dalam. Dalam hal ini hakim berkewajiban menyelidiki lebih jauh apa yang oleh terdakwa dikemukakannya sebagai keadaan-keadaan khusus dari peristiwa tersebut, yang kini diajukannya sebagai alasan penghapus kesalahannya. Lebih jauh daripada itu sekalipun, terdakwa tidak mengajukan pembelan berdasar pada alasan penghapus kesalahan, tetapi tetap perlu adanya perhatian bahwa hal itu tidak ada pada diri terdakwa ketika melakukan tindak pidana. Hakim tetap berkewajiban memperhatikan bahwa pada diri terdakwa tidak ada alsan penghapus kesalahan, sekalipun pembelaan atas dasar hal itu, tidak dilakukannya. Dalam menentukan pertanggungjawaban pidana hakim harus mempertimbangkan hal-hal tertertentu, sekalipun tidak dimasukan dalam surat dakwaan oleh penuntut umum dan tidak diajukan oleh terdakwa sebagai alasan pembelaan. Hal ini mengakibatkan perlunya sejumlah ketentuan tambahan mengenai hal ini, baik dalam hokum pidana materiil (KUHP), apalagi dalam hukum formalnya (KUHAP). (Chairul Huda, 2011:67-68)

Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan oleh para responden dalam penelitian ini, maka penulis bisa menganalisis pertanggungjawaban pidana para terdakwa telah memenuhi


(11)

unsur-unsur pertanggungjawaban pidana menurut hukum pidana yaitu terdakwa mempunyai kemampuan untuk bertanggungjawab, terdakwa mempunyai unsur kesengajaan dalam melakukan tindak pidana di bidang kesehatan dan perbuatan terdakwa merupakan perbuatannya tidak menghapus pidana.

D. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penjualan Obat-obatan Tidak Terdaftar di BPOM dalam Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK

Putusan pemidanaan diatur dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang menentukan:

“ Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana”

Menurut Sudarto, hakim memberikan keputusannya mengenai hal-hal sebagai berikut (Sudarto, 1986:74):

1. Keputusan mengenai peristiwanya, yaitu apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya, dan kemudian

2. Keputusan mengenai hukumnya, yaitu apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dipidana, dan akhirnya

3. Keputusan mengenai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipidana.

Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga, kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama. Hakim harus berpegang kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat membedakan antar sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang bertugas menegakkan keadilan dengan sikap hidup sehari-hari sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat. Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana supaya dia dapat mengambil sikap.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, tugas Hakim untuk mengadili perkara berdimensi menegakkan keadilan dan menegakkan hukum.Hakim dalam


(12)

melaksanakan tugasnya harus bebas dan tidak boleh terpengaruh atau memihak kepada siapapun. Jaminan kebebasan ini juga diatur dalam berbagai peraturan, yaitu dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan: “Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”.

Putusan Pengadilan mempunyai konsekuensi yang luas, baik terhadap pelaku tindak pidana dan masyarakat. Keputusan Pidana yang dianggap tidak tepat akan menimbulkan reaksi yang kontroversial, disebut disparitas pidana yaitu penerapan yang tidak sama terhadap tindak pidana yang sama (same offence) atau terhadap tindak pidana yang bahayanya dapat diperbandingkan. Dampak disparitas pidana adalah menjadikan terpidana korban “the judicial caprice” yang membuat terpidana tidak menghargai hukum, padahal penghargaan terhadap hukum tersebut salah satu target dalam tujuan pemidanaan. (Muladi & Barda Nawawi Arief, 1998: 52).

Menurut Pasal 50 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

Sebelum majelis hakim menjatuhkan putusannya, maka majelis hakim akan mempertimbangkan hal-hal yuridis dan non yuridis yang menjadi dasar pertimbangan hakim menjatuhkan putusan. Pertimbangan hakim bersifat yuridis pada perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK adalah alat bukti yang berupa keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, barang bukti serta keterangan terdakwa, dan fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan. Pertimbangan hakim yang


(13)

bersifat non yuridis pada perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK adalah hal yang memberatkan dan hal yang meringankan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, di dapat data bahwa pertimbangan-pertimbangan yuridis dalam putusan hakim pada perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK antara lain:

Jaksa Penuntut Umum dalam perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK terdakwa didakwa melakukan perbuatan pidana Menjual obat-obatan yang tidak terdaftar di BPOM yang diatur dan diancam pidana Pasal 197 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Hakim perlu mempertimbangkan perbuatan para terdakwa perkara nomor 801/PID/SUS/2010/ PN.TK tanggal 23 September 2010 telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana di bidang kesehatan sebagai berikut:

1. Unsur “Setiap orang”

Bahwa yang dimaksud setiap orang adalah setiap manusia atau orang sebagai subjek hukum yang telah melakukan tindak pidana dan terdakwa dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya, bahwa benar berkaitan dengan masalah ini yang dimaksud dengan barang siapa adalah terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror

2. Unsur “Dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1).” Berdasarkan fakta dipersidangan baik pemeriksaan saksi, keterangan ahli, barang bukti, dan pemeriksaan terdakwa dapat disimpulkan bahwa pada hari Rabu, tanggal 22 juni 2010 sekitar pukul 13.30 wib bertempat di Toko Ayong di Jl. Teuku Umar Gg. Priyangan No.15


(14)

Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung anggota Kepolisian melakukan pemeriksaan di Toko Ayong milik terdakwa ditemukan obat-obatan yang tidak ada registrasi dari BPOM atau Dinas Kesehatan dan tidak memiliki ijin edar. Selanjutnya barang bukti dan terdakwa dibawa ke Polda Lampung untuk proses lebih lanjut.

Bahwa cara terdakwa menjual atau mengedarkan obat-obatan dengan membeli dari AILI (DPO) yang tinggal di jakarta dengan dikirim langsung ke toko terdakwa melalui paket kurang lebih selama 1 (satu) tahun.

Bahwa terhadap obat-obatan yang disita oleh petugas Kepolisian harus memperoleh izin edar atau terdaftar di Departemen Kesehatan atau BPOM yang mana izin tersebut harus tercantum dalam kemasan sediaan farmasi/ jenis obat yang disita dari terdakwa tidak mencantumkan nomor izin edar/ nomor pendaftaran yang melekat pada sediaan Farmasi, dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.

Majelis hakim mempertimbangkan alat bukti yang terdiri dari keterangan terdakwa, keterangan saksi, keterangan ahli dan barang bukti:

1. Terdakwa dalam persidangan memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut bahwa terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror benar menjual obat-obatan yaitu: Arabian oil sebanyak 3 kotak, cobra oil 2 kotak, levitra 7 kotak, Viagra Australia 6 kotak, playboy 8 kotak, darling 12 kotak, super stud 12 kotak, cialis 5 kotak, green Viagra 1 kotak, lubricant jelly 2 kotak, emperor 10 buah, hongzhizhu 2 kotak, kianki pil 1 kotak, luaguan 4 kotak, tengsung 1 kotak, Viagra 1 botol, honghunbian 1 kotak, melibi ehenling 1 kotak, crocodile oil 2 kotak dimana semua obat-obatan tersebut tidak terdaftar di Departemen Kesehatan atau BPOM yang mana izin tersebut harus tercantum dalam kemasan sediaan farmasi/ jenis obat


(15)

yang disita dari terdakwa tidak mencantumkan nomor izin edar/ nomor pendaftaran yang melekat pada sediaan Farmasi.

2. Keterangan saksi-saksi dibawah sumpah dipersidangan. Saksi Alizon dan saksi Derajat Zen pada pokoknya menerangkan sebagai berikut saksi bersama rekannya mendapat informasi dari masyarakat bahwa di toko terdakwa Toko Ayong di Jl Teuku Umar Gg Priyangan No 15 Kec. Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung sering melakukan tindak pidana mengedarkan obat-obatan yang tidak memiliki izin edar.

Saksi dan rekannya melakukan penggeledahan kemudian ketika di geledah ditemukan barang bukti berupa Arabian oil sebanyak 3 kotak, cobra oil 2 kotak, levitra 7 kotak, Viagra Australia 6 kotak, playboy 8 kotak, darling 12 kotak, super stud 12 kotak, cialis 5 kotak, green Viagra 1 kotak, lubricant jelly 2 kotak, emperor 10 buah, hongzhizhu 2 kotak, kianki pil 1 kotak, luaguan 4 kotak, tengsung 1 kotak, Viagra 1 botol, honghunbian 1 kotak, melibi ehenling 1 kotak, crocodile oil 2 kotak.

Setelah diintrogasi terdakwa mengaku mendapatkan obat-obatan tersebut dari Aili (DPO) yang tinggal di Jakarta dengan mengirim langsung ke toko terdakwa melalui paket kurang lebih selama 1 (satu) tahun, hingga akhirnya terdakwa dibawa ke Direktorat Narkoba Polda Lampung guna pemeriksaan lebih lanjut.

3. Keterangan ahli, Firdaus Umar S.Si.Apt memberikan keterangan yang pada pokoknya menerangkan bahwa sebelum diedarkan sediaan farmasi harus memperoleh izin edar atau terdaftar di Departemen Kesehatan RI/ Badan POM RI, baik obat yang diproduksi dalam negeri maupun yang diimpor dari luar negeri dimana izin tersebut harus tercantum dalam bungkusan atau kemasan dari sediaan farmasi yang diedarkan, bahwa setelah saksi melihat barang bukti yang disita berupa Arabian oil sebanyak 3 kotak, cobra oil 2 kotak, levitra 7


(16)

kotak, Viagra Australia 6 kotak, playboy 8 kotak, darling 12 kotak, super stud 12 kotak, cialis 5 kotak, green Viagra 1 kotak, lubricant jelly 2 kotak, emperor 10 buah, hongzhizhu 2 kotak, kianki pil 1 kotak, luaguan 4 kotak, tengsung 1 kotak, Viagra 1 botol, honghunbian 1 kotak, melibi ehenling 1 kotak, crocodile oil 2 kotak setelah saksi melihat secara langsung sediaan farmasi tersebut tidak mencatumkan izin edar atau nomor pendaftaran yang harus melekat pada sediaan farmasi yang diedarkan.

Saksi menjelaskan bahwa dampak dari sediaan farmasi yang beredar di masyarakat yang tidak mempunyai izin edar yaitu produk tersebut diragukan mutu serta khasiatnya dan kemanfaatannya, yang diragukan zat yang terkandung di dalamnya atau zat yang ditambahkan pada produk tersebut sehingga dampaknya dapat menyababkan gangguan kesehatan pada manusia selain itu konsumen tidak dapat meminta pertanggungajawaban terhadap produsen karena tidak memilik iizn edar. Saksi menerangkan bahwa perbuatan tersangka dengan menjual sediaan farmasi tanpa izin edar adalah melanggar Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

4. Penuntut Umum di persidangan menghadapkan barang bukti berupa Arabian oil sebanyak 3 kotak, cobra oil 2 kotak, levitra 7 kotak, Viagra Australia 6 kotak, playboy 8 kotak, darling 12 kotak, super stud 12 kotak, cialis 5 kotak, green Viagra 1 kotak, lubricant jelly 2 kotak, emperor 10 buah, hongzhizhu 2 kotak, kianki pil 1 kotak, luaguan 4 kotak, tengsung 1 kotak, Viagra 1 botol, honghunbian 1 kotak, melibi ehenling 1 kotak, crocodile oil 2 kotak.

Tabel 1: Daftar obat-obatan yang menjadi barang bukti dalam perkara nomor 801/PID/SUS/2010/ PN.TK


(17)

Sumber : www.pom.go.id: 2012

Berdasarkan pada tabel di atas ada 23 macam obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tabel tersebut menunjukan bahwa barang bukti yang terdapat di toko milik terdakwa adalah benar merupakan obat-obatan yang tidak mencantumkan nomor registrasi dari lembaga yang berwenang mengeluarkan izin edar kesediaan farmasi yaitu Dinas Kesehatan atau BPOM.

Bukti-bukti berupa keterangan para saksi, keterangan terdakwa serta barang bukti yang diajukan di persidangan sebagaimana dikemukakan didapat cukup bukti untuk menyatakan perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsur dari surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang diajukan pada

1 Cialis Tidak Terdaftar 2 Cobra oil Tidak Terdaftar 3 Arabian Oil Tidak Terdaftar 4 Crocodile Oil Tidak Terdaftar 5 Darling Tidak Terdaftar 6 Emperor Tidak Terdaftar 7 Fatlos Tidak Terdaftar 8 Green Viagra Tidak Terdaftar 9 Hong Hun Bian Tidak Terdaftar 10 Hongzhizhu Tidak Terdaftar 11 Kinki Pil Tidak Terdaftar 12 Levitra Tidak Terdaftar 13 Luaguan Tidak Terdaftar 14 Lubrican Jelly Tidak Terdaftar 15 Meili Biehenling Tidak Terdaftar 16 Nangen Tidak Terdaftar 17 Play Boy Tidak Terdaftar 18 Prokomil sprey Tidak Terdaftar 19 Super Stud Tidak Terdaftar 20 Tadalafi Tidak Terdaftar 21 Tengsung Tidak Terdaftar 22 Viagra Tidak Terdaftar 23 Viagra Australia Tidak Terdaftar


(18)

majelis hakim. Menurut Eddy Rifai, syarat-syarat kepada hakim dalam menjatuhkan pidana bagi seseorang. Syarat-syarat tersebut adalah:

a) Karena pembuktian yang sah menurut undang-undang;

b) Untuk dikatakan terbukti dengan sah sekurang-kurangnya harus ada dua alat bukti yang sah (Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP));

c) Adanya keyakinan hakim;

d) Orang yang melakukan tindak pidana (pelaku) dianggap dapat bertanggungjawab; e) Adanya kesalahan melakukan tindak pidana yang didakwakan atas diri pelaku tindak pidana

tersebut.

Alat bukti yang sah di dalam Pasal 184 angka 1 KUHAP adalah sebagai berikut: 1. Keterangan saksi;

2. Keterangan ahli; 3. Surat;

4. Petunjuk;

5. keterangan terdakwa.

Menurut Supriyanti dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis, Majelis hakim sebelum menjatuhkan putusannya terlebih dahulu mempertimbangkan hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan dari sifat-sifat pribadi terdakwa yang merupakan suatu pertimbangan non yuridis:

1. Hal-hal yang memberatkan terdakwa dalam persidangan:

Perbuatan terdakwa dapat menybabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat selaku konsumen


(19)

2. Hal-hal yang meringankan terdakwa dalam persidangan: a. Terdakwa bersikap sopan dipersidangan

b. Terdakwa mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Hasil dari persidangan maka terungkap fakta-fakta hukum yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara nomor 801/PID/SUS/2010/ PN.TK terdakwa secara nyata merupakan orang yang sehat jasmani maupun rohani yang dapat menjawab serta mengerti atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya, maka hakim menjatuhkan putusan:

1. Menyatakan Terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana“Menjual Obat-Obatan Yang Tidak Terdaftar di BPOM” 2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 4

(empat) bulan

3. Menghukum pula terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp.300.000.00 (tiga ratus ribu rupiah) dengan ketentuan jika denda tersebut tidak dibayar harus diganti dengan kurungan selama 2 (dua) bulan.

4. Menyatakan barang bukti berupa: Arabian oil sebanyak 3 kotak, cobra oil 2 kotak, levitra 7 kotak, Viagra Australia 6 kotak, playboy 8 kotak, darling 12 kotak, super stud 12 kotak, cialis 5 kotak, green Viagra 1 kotak, lubricant jelly 2 kotak, emperor 10 buah, hongzhizhu 2 kotak, kianki pil 1 kotak, luaguan 4 kotak, tengsung 1 kotak, Viagra 1 botol, honghunbian 1 kotak, melibi ehenling 1 kotak, crocodile oil 2 kotak, dirampas untuk dimusnahkan.

5. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah)

Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman menyebutkan bahwa dalam memeriksa dan memutus perkara, hakim bertanggung jawab atas penerapan dan putusan yang dibuatnya. Menurut Itong Isnaeni Hidayat, Penetapan dan putusan


(20)

hakim harus memuat pertimbangan hakim yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa Ferry mustgfirin Bin Abror didakwa dengan Pasal 197 jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dijatuhi pidana penjara masing-masing 4 (empat) bulan denda sebesar Rp 300.000.00. (tiga ratus ribu rupiah). Pertanggungjawaban pidana tersebut konsekuensi dari perbuatan para terdakwa yang menurut Majelis Hakim telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Menjual Obat-Obatan Yang Tidak Terdaftar di BPOM” yang terdapat dalam putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/ PN.TK tanggal 23 September 2010 tidak memuat dasar pertimbangan hakim secara lengkap, secara teori putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/ PN.TK tidak sempurna atau kurang lengkap.

Menurut penulis, hakim dalam menjatuhkan putusan pada perkara nomor 801/PID/SUS/2010/ PN.TK tidak memenuhi suatu unsur keadilan substansif kerena hakim dalam memutus perkara tidak menggali dan menemukan nilai-nilai kebenaran dalam masyarakat seperti tidak diungkapkan peran terdakwa dalam perkara nomor 801/PID/SUS/2010/ PN.TK.

Menurut Sudarto (Muladi, 1998: 67-68), pedoman pemberian pidana ini akan memudahkan hakim dalam menetapkan pemidanaannya setelah terbukti bahwa tertuduh telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya. Dalam daftar tersebut dimuat hal-hal yang bersifat subyektif yang menyangkut hal-hal yang diluar pembuat. Dengan memperhatikan butir-butir tersebut diharapkan penjatuhan pidana lebih perlindungan proposional dan lebih dipahami mengapa pidananya seperti yang dijatuhkan itu. Untuk itu perlu ditetapkan suatu pedoman dan aturan pemberian pidana bagi hakim dalam memberikan keputusannya, di dalam kebebasannya


(21)

sebagai hakim, ada juga batasnya yang ditetapkan secara objektif. Pedoman pemidanaan ini akan sangat membantu hakim dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana yang akan dijatuhkan, sehingga akan memudahkan hakim dalam menetapkan takaran pemidanaan. Dari uraian di atas, dapat diketahui betapa pentingnya peranan hakim dalam menjatuhkan suatu pidana atau putusan terhadap suatu perkara yang ditandatanganinya. Hakim dituntut benar-benar memahami tuntutan dari jaksa yang diajukan dalam persidangan untuk benar-benar menegakkan keadilan sesuai dengan hukum. Putusan hakim merupakan pertanggungjawaban hakim dalam melaksanakan tugasnya untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara yang diajukan kepadanya, dimana pertanggungjawaban tersebut tidak hanya ditujukan kepada hukum, dirinya sendiri ataupun kepada masyarakat luas.Pada akhirnya, bagaimanapun isi putusan suatu perkara, selama Hakim memegang independensinya, maka suatu putusan selalu dapat dipertanggungjawabkan tetapi yang lebih penting lagi putusan itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Suatu putusan pengadilan pada hakikatnya harus memenuhi standar nilai putusan hakim. Itong Isnaeni Hidayat menjelaskan yang menjadi standar nilai putusan hakim terdiri dari :

a. Nilai Otoritas (kemerdekaan dan keadilan)

Nilai yang terkandung adalah otorisasi yang diberikan undang-undang kepada hakim untuk menjatuhi sanksi pada pelanggaran maupun kejahatan ataupun untuk memutus suatu sengketa yang terjadi dalam masyarakat (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman). Sebagai pemegang otoritas kekuasaan kehakiman, hakim harus berani menegakkan keadilan termasuk berani menolak campur tangan pihak lain. b. Nilai Transparansi (keterbukaan)


(22)

Saat pemeriksaan perkara, sidang harus dilakukan secara terbuka untuk umum dengan pengertian bahwa siapa saja boleh menghadiri dan mendengar apa yang terjadi dalam suatu persidangan, kecuali undang-undang menentukan lain. Ketentuan ini mengandung nilai keterbukaan dipihak lain untuk menentukan hukum dengan berbagai interprestasi atau penafsiran hukum (Pasal 13 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)

c. Nilai Akuntabilitas

Pertanggungjawaban hakim atas putusan yang dilakukan dengan irah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mengartikan bahwa putusan yang dibuat tersebut harus dapat dipertangungjawabkan secara vertikal maupun horizontal (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman). Dengan demikian pertanggungjawaban hakim atas putusan yang diambilnya, pada hakikatnya bermakna kesediaan dan keberanian untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut.

d. Nilai Objektifitas

Perlakuan yang sama terhadap para pencari keadilan dengan tidak membedakan kedudukan, ras, agama, kekayaan, ataupun orang sudah kenal atau orang asing. Tuntutan perlakuaan yang sama adalah tuntutan fundamental yang harus dijalankan oleh hakim. Putusan hakim harus terukur bukan mengedepankan subyektifitas tetapi harus objektifitas untuk memperoleh putusan yang bermanfaat, sebagai salah satu demensi hukum yang tidak meresahkan masyarakat. Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah menjaga agar hakim tidak memihak


(23)

Hakim sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya agar menjalankan tugasnya sebagai hakim ia akan selalu bertanggungjawab. Hakim dilarang memeriksa perkara yang menyangkut kepentingan sendiri. Dengan integritasnya akan menjadikan seorang hakim mempunyai kepribadian yang berani menolak godaan dan setiap bentuk intervensi untuk menegakkan hukum dan kebenaran dan keadilan. f. Nilai Equalitas (Kesejajaran)

Nilai kesejajaran di implementasi sebagai asas non diskriminatif, karena semua orang sama di hadapan hukum dan oleh karena itu harus diperlakukan sama oleh hakim. Perlakuan yang sama terhadap pencari keadilan demi obyektifitas sebagai nilai kesejajaran dinyatakan dengan baik oleh undang-undang (Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)

g. Nilai Ekonomis dan Efektif

Pelaksanaan pengadilan haruslah diselenggarakan dengan ekonomis dan efektif dilakukan dengan sederhana dengan pengertian bahwa pemeriksaan dan penyelesaian perkara dengan cara efesien dan efektif yang merupakan harapan pencari keadilan (Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman). Namun prinsip ini tidaklah harus mengorbankan ketelitian dan mencari kebenaran dan keadilan.

h. Nilai Kemandirian

Prinsip ini mencerminkan bahwa kedudukan pengadilan dan hakim tidak boleh di intervensi atau dipengaruhi oleh kekuasaan lain. Kemandirian merupakan kebebasan dari campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, baik untuk institusi maupun hakim dalam menjalani tugas pekerjaannya dan lain sisi kemandirian yudisial individual yang merupakan kemandirian individu hakim yang memeriksa, mempertimbangkan dan memutus perkara


(24)

yang diajukan kepadanya (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)

i. Nilai Kejujuran

Kejujuran pada hakikatnya bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang benar adalah benar yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya pribadi yang kuat dan membangkitkan kesadaran akan hakikat yang hak dan yang bathil (Pedoman Prilaku hakim (Code of Conduct, 2006)

j. Nilai Pengawasan

Pengawasan merupakan penilaian terhadap objek dan atau kegiatan tertentu yang bertujuan untuk memastikan apakah tugas dan fungsi telah berjalan sebagaimana mestinya (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pantas Purba, menjelaskan bahwa berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK terdakwa didakwakan Pasal 197 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan hukuman 4 (empat) bulan penjara dan denda sebesar Rp 300.000.00. (tiga ratus ribu rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan. Ketentuan yang terdapat pada Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelaku tindak pidana tersebut dijatuhi dengan hukuman maksimal 15 (lima belas) tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta rupiah). Putusan hakim tersebut dirasa kurang pas diberikan kepada terdakwa mengingat dampak buruk yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat selaku konsumen, dalam hal ini Balai Besar


(25)

POM Bandar Lampung menjadi saksi ahli dengan memberikan keterangan sesuai keahlian yang dimiliki, dengan menyatakan bahwa barang bukti yang di dapatkan dari toko terdakwa benar merupakan obat-obatan yang tidak terdaftar di Departemen Kesehatan atau BPOM yang mana izin tersebut harus tercantum dalam kemasan sediaan Farmasi sedangkan pada barang bukti tidak mencantumkan nomor izin edar / nomor pendaftar yang melekat pada sediaan Farmasi dengan demikian unsur kesalahan terdakwa telah terpenuhi.


(26)

44

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan dalam bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pertanggungjawaban pidana pelaku penjualan obat-obatan tidak terdaftar di BPOM sebagaimana yang dimaksud dalam putusan hakim dalam perkara nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK dengan terdakwa Ferry mustagfirin Bin Abror yang dijatuhi pidana penjara 4 (empat) bulan denda sebesar Rp 300.000.00 (tiga ratus ribu rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan telah terpenuhi sesuai Pasal 197 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo Pasal 106 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang telah memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana menurut hukum pidana yaitu:

a. Mempunyai kemampuan bertanggungjawab yang disini Terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror mempunyai kemampuan bertanggungjawab.

b. Mempunyai unsur kesengajaan yang dilakukan oleh Terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror

c. Perbuatan Terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror tersebut merupakan perbuatan tidak menghapus pidana.


(27)

45

d. Sanksi terhadap Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK dengan terdakwa Ferry Mustagfirin Bin Abror didakwa Pasal 197 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang ancaman hukuman maksimal 15 (lima belas) tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta rupiah). Ternyata dalam putusan hakim tidak memuat alasan mengapa terdakwa hanya dihukum dengan hukuman 4 (empat) bulan dan denda sebesar Rp 300.000.00. (tiga ratus ribu rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan dan putusan yang dijatuhkan hakim sangat jauh dari sanksi pasal yang dijatuhkan, secara teori pertanggungjawaban pidana bertentangan dengan rasa keadilan.

2. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana penjualan obat-obatan tidak terdaftar di BPOM dalam Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK yaitu Pertimbangan hakim yang bersifat yuridis adalah alat bukti yang berupa:

a. keterangan saksi-saksi yaitu: Saksi Alizon dan saksi Derajat Zen selaku polisi yang menangkap terdakwa

b. keterangan ahli yaitu: Firdaus Umar S.Si.Apt selaku staf penyidik pada kantor Balai POM Bandar Lampung

c. keterangan terdakwa yaitu: Ferry Mustagfirin Bin Abror


(28)

46

a. hal yang memberatkan yaitu: Perbuatan terdakwa dapat menybabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat selaku konsumen

b. hal yang meringankan yaitu:

Terdakwa bersikap sopan dipersidangan

Terdakwa mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran dan masukan yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban pidana dengan memberikan sanksi terhadap pelaku tindak pidana di bidang kesehatan yang diatur dalam Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dinilai tidak memberikan efek jera karena tidak memberikan batas pidana minimal dan denda minimal atas perbuatan yang dilakukan pelaku yang telah melakukan tindak pidana dibidang kesehatan, akan tetapi kepada orang lain yang mempunyai kegiatan dalam bidang kesehatan menjadi enggan melakukan perbuatan melanggar hukum karena sanksi pidananya berat, yang berakibat menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarakat selaku konsumen, jadi menurut penulis Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan perlu dilakukan revisi agar masalah ini tidak terjadi lagi, karena bila terus terjadi akan berdampak buruk pada kesehatan manusia.


(29)

47

2. Setiap putusan seorang hakim harus menyampaikan dasar-dasar pertimbangan terhadap perkara yang sedang diperikasa. Hal ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu putusan hakim sesuai dengan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.


(30)

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENJUALAN OBAT-OBATAN TIDAK TERDAFTAR DI BADAN PENGAWAS

OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang NO.801/PID/SUS/2010/PN.TK).

Oleh

KURNIA TIWI HABSARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(31)

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENJUALAN OBAT-OBATAN TIDAK TERDAFTAR DI BADAN PENGAWAS

OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang NO.801/PID/SUS/2010/PN.TK).

(Skripsi)

Oleh

KURNIA TIWI HABSARI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(32)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Pemasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 7

D. Kerangkan Teori dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana... 16

B. Teori Pidana dan Pemidanaan ... 20

C. Pengertian Obat-Obatan ... 25


(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ... 38

B. Sumber dan Jenis Data ... 39

C. Penentuan Populasi dan Sampel ... 41

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 41

E. Analisis Data ... 43

VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden... 44

B. Gmbaran Umum Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK ... 45

C. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penjualan Obat-obatan Tidak Terdaftar di BPOM dalam Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK ... 47

D. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penjualan Obat-obatan Tidak Terdaftar di BPOM dalam Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK ... 53

IV. PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rifai 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif,Jakarta: Sinar Grafika,

Arief, Barda Nawawi. 2007. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan. Kencana. Jakarta

Chazawi, Adami. 2007.Pelajaran Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada. Jakarta Farid, Zainal Abidin. 2007.Hukum Pidana I. Sinar Grafika. Jakarta

Frank, Noodle. 2009. The Crime of Theories (Teori-Teori Kejahatan). UI Press. Jakarta

Hamzah, Andi. 2001.Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Marpaung, Leden. 2010.Asas Teori Praktik Hukum Pidana. Sinar Garfika. Jakarta

Moeljatno. 1985. KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta

Muladi. 1998.Lembaga Pidana Bersyarat. Alumni. Jakarta

Rahardjo, Satjipto. 2006.Membedah Hukum Progresif. Kompas. Jakarta

Saleh, Roeslan. 1982. Pikiran-Pikiran tentang Pertanggungjawaban Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta

Setiady, Tholib. 2010. Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia. Alfabeta. Bandung

Soekanto, Soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. Ui Press. Jakarta

Soemitro, Ronny Hanitijo.1994.Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia. Jakarta


(35)

Sudarto. 1986.Hukum dan Hukum Pidana. 2007. Alumni. Jakarta

Tim Penyusun Kamus.Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Titon Slamet Kurnia. 2007.Hak Atas Drajat Kesehatan Optimal Sebagai HAMdi Indonesia, Bandung

Tim Penyusun Kamus.Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Universitas Lampung, 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK www.pom.go.id


(36)

Judul Skripsi : ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

PELAKU PENJUALAN OBAT-OBATAN TIDAK TERDAFTAR DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK)

Nama Mahasiswa :Kurnia Tiwi Habsari

No. Pokok Mahasiswa : 0812011048

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

DR. Maroni, S.H., M.H. Maya Shafira, S.H., M.H. NIP 1960310 198703 1 002 NIP 19770601 200501 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. NIP 19620817 198703 2 003


(37)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :DR. Maroni, S.H., M.H.

...

Sekretaris/Anggota :Maya Shafira, S.H., M.H.

...

Penguji Utama :Diah Gustiniati M, S.H., M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H. M.S. NIP 19621109 198703 1 003


(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 16 Desember 1989, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Widjanarko, S.Pd. dan Ibunda Purwati

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Kartini, Bandar Lampung pada tahun 1996, Sekolah Dasar Negeri 1 Pengajaran, Bandar Lampung pada tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan bakat (PKAB) pada tahun 2008.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan. Salah satunya aktif dalam kegiatan kemahasiswaan di Himpunan Mahasiwa Hukum Pidana (HIMAPIDANA). Selain itu, pada Tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tanggal 1 Juli sampai 10 Agustus 2011 yang dilaksanakan di Desa Tirta Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(39)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNYA, maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payahku,

aku persembahkan sebuah karya ini kepada :

Ayah Widjanarko, S.Pd dan Ibu Purwati yang kuhormati, kusayangi, dan kucintai Terima kasih untuk setiap pengorbanan kesabaran, kasih sayang yang tulus serta do a demi

keberhasilanku

Adik-adikku Annisa Widita Habsari dan Rachmi nadya Habsari, seseorang yang selalu ada di setiap hariku, memberikan ku semangat serta perhatian yang senantiasa menemaniku suka dan duka menanti

keberhasilanku.

serta seluruh keluargaku tersayang, terima kasih atas kasih sayang, do a dan dukunganya.

Guru-guruku

Semoga ilmu yang telah kalian berikan dapat berguna bagiku dan menjadi ladang amal bagimu.

Sahabat-sahabatku tercinta yang selama ini selalu menemani, memberikan dukungan dan do anya untuk keberhasilanku, terimakasih atas persahabatan yang indah dan waktu-waktu yang kita lalui bersama.


(40)

MOTTO

Usaha yang tidak disertai dengan doa tidak akan berhasil sempurna, berdoa dan berusaha apapun hasil yang di dapat itulah yang

harus kita syukuri .

Apa pun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih

hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi.


(41)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Penjualan Obat-Obatan Tidak Terdaftar Di Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembahas I yang telah banyak memberikan saran, masukan dan kritik membangunnya dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan-masukan sehingga proses penyelesaian skripsi dapat berjalan dengan baik.


(42)

4. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dona Raisa, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah banyak memberikan saran, masukan dan kritik membangunnya dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Shafruddin, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Para Dosen, Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. 8. Bapak Itong Isnaeni Hidayat, S.H., M.H., Ibu Nurmalina Haadjar, S.H.,M.H.

Ibu Supriyanti, S.H. dan Bapak Drs. Pantas Purba, Apt. dan Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H, M.H. yang telah memberikan sedikit waktunya pada saat penulis melakukan penelitian;

9. Terima kasih kepada Kedua Orang Tuaku, ayahnda Widjanarko, S.Pd. Ibunda Purwati, Adik-adikku Annisa Widita Habsari dan Rachmi Nadya Habsari, Dan semua saudaraku terima kasih atas semua dukungan, doanya dan semangat serta pengorbanannya.

10. Terima Kasih Kepada keluarga besar Bapak Sucipto dan seluruh masyarakat di Desa Tirta Kencana atas kenangan yang telah diberikan selama penulis menjalankan kegiatan KKN. Serta teman-teman satu desa yang saling membantu dalam suka maupun duka selama menyelesaikan KKN tersebut.


(43)

11. Kepada Sahabat-sahabatku Alfina Oktaviana, Anggun Zeltia Fitri, Krishnawati Suyadi, Mesi Rizky Andanie, Mutia Pangesti, Putri Cahyani, Tri Yulinda, yang selalu berbagi suka maupun duka saat bersama-sama menyelesaikan kuliah ini semoga persahabatan kita selalu terjaga sampai nanti, terima kasih atas dukungannya, doa, kebersamaan, kekompakan serta persahabatannya, sayang kalian semua.

12. Kepada seseorang yang selalu mendukungku, memberiku semangat, menemani hari-hariku yang penuh warna, memberikanku dukungan agar secepatnya menyelesaikan skripsi ini, terimakasih semoga apa yang kita cita-citakan bersama dapat terwujud, amin.

13. Teman-temanku di Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan 2008 : meta, yopi, ira, dwi, feni, nora, windy dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas motivasi dan bantuanya.

14. Almamaterku tercinta yang sudah memberi banyak wawasan dan pengalaman berharga.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 16 Desember 1989, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Widjanarko, S.Pd. dan Ibunda Purwati

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Kartini, Bandar Lampung pada tahun 1996, Sekolah Dasar Negeri 1 Pengajaran, Bandar Lampung pada tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan bakat (PKAB) pada tahun 2008.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan. Salah satunya aktif dalam kegiatan kemahasiswaan di Himpunan Mahasiwa Hukum Pidana (HIMAPIDANA). Selain itu, pada Tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tanggal 1 Juli sampai 10 Agustus 2011 yang dilaksanakan di Desa Tirta Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(2)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNYA, maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payahku,

aku persembahkan sebuah karya ini kepada :

Ayah Widjanarko, S.Pd dan Ibu Purwati yang kuhormati, kusayangi, dan kucintai Terima kasih untuk setiap pengorbanan kesabaran, kasih sayang yang tulus serta do a demi

keberhasilanku

Adik-adikku Annisa Widita Habsari dan Rachmi nadya Habsari, seseorang yang selalu ada di setiap hariku, memberikan ku semangat serta perhatian yang senantiasa menemaniku suka dan duka menanti

keberhasilanku.

serta seluruh keluargaku tersayang, terima kasih atas kasih sayang, do a dan dukunganya.

Guru-guruku

Semoga ilmu yang telah kalian berikan dapat berguna bagiku dan menjadi ladang amal bagimu.

Sahabat-sahabatku tercinta yang selama ini selalu menemani, memberikan dukungan dan do anya untuk keberhasilanku, terimakasih atas persahabatan yang indah dan waktu-waktu yang kita lalui bersama.


(3)

MOTTO

Usaha yang tidak disertai dengan doa tidak akan berhasil sempurna, berdoa dan berusaha apapun hasil yang di dapat itulah yang

harus kita syukuri .

Apa pun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih

hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi.


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Penjualan Obat-Obatan Tidak Terdaftar Di Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tanjung Karang Nomor 801/PID/SUS/2010/PN.TK)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembahas I yang telah banyak memberikan saran, masukan dan kritik membangunnya dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan-masukan sehingga proses penyelesaian skripsi dapat berjalan dengan baik.


(5)

4. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dona Raisa, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah banyak memberikan saran, masukan dan kritik membangunnya dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Shafruddin, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Para Dosen, Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. 8. Bapak Itong Isnaeni Hidayat, S.H., M.H., Ibu Nurmalina Haadjar, S.H.,M.H.

Ibu Supriyanti, S.H. dan Bapak Drs. Pantas Purba, Apt. dan Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H, M.H. yang telah memberikan sedikit waktunya pada saat penulis melakukan penelitian;

9. Terima kasih kepada Kedua Orang Tuaku, ayahnda Widjanarko, S.Pd. Ibunda Purwati, Adik-adikku Annisa Widita Habsari dan Rachmi Nadya Habsari, Dan semua saudaraku terima kasih atas semua dukungan, doanya dan semangat serta pengorbanannya.

10. Terima Kasih Kepada keluarga besar Bapak Sucipto dan seluruh masyarakat di Desa Tirta Kencana atas kenangan yang telah diberikan selama penulis menjalankan kegiatan KKN. Serta teman-teman satu desa yang saling membantu dalam suka maupun duka selama menyelesaikan KKN tersebut.


(6)

11. Kepada Sahabat-sahabatku Alfina Oktaviana, Anggun Zeltia Fitri, Krishnawati Suyadi, Mesi Rizky Andanie, Mutia Pangesti, Putri Cahyani, Tri Yulinda, yang selalu berbagi suka maupun duka saat bersama-sama menyelesaikan kuliah ini semoga persahabatan kita selalu terjaga sampai nanti, terima kasih atas dukungannya, doa, kebersamaan, kekompakan serta persahabatannya, sayang kalian semua.

12. Kepada seseorang yang selalu mendukungku, memberiku semangat, menemani hari-hariku yang penuh warna, memberikanku dukungan agar secepatnya menyelesaikan skripsi ini, terimakasih semoga apa yang kita cita-citakan bersama dapat terwujud, amin.

13. Teman-temanku di Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan 2008 : meta, yopi, ira, dwi, feni, nora, windy dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas motivasi dan bantuanya.

14. Almamaterku tercinta yang sudah memberi banyak wawasan dan pengalaman berharga.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang No.95/Pid/B/2010/PN.TK)

1 5 34

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENGGELAPAN UANG PERUSAHAAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Perkara Nomor: 167/Pid.B/2011/PN.TK)

4 14 77

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) WAN ABDUL RACHMAN DI PESAWARAN (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 997/Pid.B/2009/PN.TK)

0 7 50

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang No. 508/ PID/B 2011/PN.TK)

3 17 55

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No.06/PID.TPK/2011/PN.TK )

0 9 60

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP JAKSA SEBAGAI PELAKU PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 154/Pid.B/2012/PN.TK)

0 8 37

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP OKNUM POLISI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG NOMOR 76/PID.B/2012/PN.TK)

0 16 54

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP OKNUM POLISI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG NOMOR 76/PID.B/2012/PN.TK)

1 14 55

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PERBANKAN (Studi Putusan Nomor: 483/Pid.Sus./2013/PN.TK)

4 44 70