Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi komunikasi massa mengalami kemajuan sangat pesat. Kemajuan teknologi tersebut semakin memudahkan manusia untuk berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Berbagai infromasi yang terjadi di belahan dunia dengan secara cepat dapat diketahui oleh manusia pada benua yang lain. Era globalisasi yang ditandai oleh semakin majunya teknologi komunikasi disebut juga dengan era informasi. Pada era informasi, masyarakat juga semakin banyak mendapatkan pilihan media untuk menyerap informasi. Semakin cepat arus informasi dan semakin beragam media massa akan mengantarkan manusia kepada transformasi. Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah manusia selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan secara vertikal kepada Allah swt, tercermin melalui ibadah fardhu yang bertujuan untuk membentuk takwa, juga secara horizontal tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia. 1 Hal tersebut dijelaskan dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 201: 1 Zulkiple Abd.Ghani, Islam, Komunikasi dan Teknologi Maklumat, Kuala Lumpur: Utusan Publications Distributors Sdn.Bhd, 2001, h. 4. انمبلرم انمتمآ يفم ايمنسددلا ةةنمسمحم يفموم ةمرمخملا ةةنمسمحم انمقموم بماذمعم رمانللا مسههنسمموم نسمم لهوقهيم Artinya: ”Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang Islami, yaitu komunikasi yang berakhlakul karimah beretika bersumber kepada Alquran dan hadis. Komunikasi Islam terlihat dari isi komunikasi yang harus terikat perintah agama dan dengan sendirinya mengikat unsur komunikator. 2 Dalam Islam prinsip informasi bukan merupakan hak eksklusif dan bahan komoditi, tetapi ia memiliki norma, etika dan moral imperatif yang bertujuan sebagai service membangun kualitas manusia secara paripurna. Islam meletakkan inspirasi tauhid sebagai parameter pengembangan teori komunikasi dan informasi. Alquran menyediakan seperangkat aturan dalam prinsip berkomunikasi. Keadaan tersebut dijelaskan dalam Alquran surat an-Nisa ayat 9: اوكهرمتم نسمم مسهمفملسخم ةةيلررذه افةاعمضما وفهاخم مسهميسلمعم اوقهتليملسفم للما اولهوقهيملسوم لوسقم ادةيدمسم شمخسيملسوم نميذمللا وسلم Artinya: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. Disamping menjelaskan prinsip komunikasi, Alquran juga mengetengahkan etika berkomunikasi. Dari sejumlah etika komunikasi, terdapat 2 A.Muis, Komunikasi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 2001, h. 720. empat etika komunikasi dalam Alquran yang meliputi fairness kejujuran, accuracy ketepatanketelitian, tanggung jawab dan kritik konstruktif. 3 Dijelaskan dalam Alquran surat an-Nur ayat 19: نسأم عميشمتم ةهشمحمافملسا يفم نميذمللا اونهممآ مسههلم بباذمعم مبيلمأم يفم ايمنسددلا ةمرمخملاوم لل ه اوم مهلمعسيم نلإم نميذمللا نموبدحميه مستهنسأموم ل نمومهلمعستم Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar berita perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Radio merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, dimana komunikasi yang akan disampaikan kepada khalayak dapat berlangsung dalam waktu yang singkat dan diterima secara bersamaan walaupun di tempat yang berbeda dan terpencar. 4 Radio menjadi pionir alat komunikasi karena fleksibelitas yang dimilikinya menjadi kunci dan tidak bisa disaingi oleh media dalam bentuk berbeda. Karena itu radio dianggap sebagai teman bagi pendengar dalam segala situasi dan kondisi. Radio mempunyai kelebihan dibandingkan media massa lain, karena radio hanya mengandalkan kemampuan audio maka radio dapat dibawa atau didengarkan dimana-mana. Sebagai media auditif, radio juga menawarkan kemungkinan untuk membangun hubungan pribadi dengan setiap pendengarnya. 3 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, Jakarta: Logos, 1999, h.13. 4 Palapah Syamsudin, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, 1983, h.107. Karena itu radio dijuluki sebagai the fifth estate kekuatan kelima, karena mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan media lain. 5 Saat ini persaingan pengelolaan radio semakin ketat, sehingga pengelola radio harus benar-benar memahami dan mengenal ekspektasi atau apa yang diinginkan pendengar dari program acara di radio. Menurut teori Uses and Gratifications kegunaan dan kepuasaan yang diperkenalkan Herbert Blumer dan Elihu Katz 1974, pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain pengguna media berusaha mencari sunber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Karena itu pengelola radio harus bersaing dalam memenuhi keperluan dan kepuasaan pendengar. Sejak menjadi lembaga penyiaran publik, RRI konsisten menganut dua pendekatan dalam penyiarannya. Pertama, pendekatan broadcasting, suatu strategi yang melayani segmen pendengar yang heterogen. Kedua, pendekatan narrowcasting, pendekatan programa siaran yang diarahkan pada pendengar tertentu. Sebagai lembaga penyiaran publik yang pro kepentingan publik, RRI harus melakukan perubahan. Karena perubahan adalah sesuatu yang positif dan tidak dapat dihindari. Untuk itu perubahan adalah sebuah pilihan dan dinamika yang penting bagi RRI. Tujuan dilakukannya perubahan format redesain programa di RRI adalah untuk menyesuaikan dengan perubahan visi dan misi, yaitu mewujudkan LPP RRI radio berjaringan terluas, pembangun karakter bangsa, berkelas dunia. 6 Selain itu LPP RRI beradaptasi dengan trend teknologi multipleksing dalam penyiaran dan 5 Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran Teori Praktek, Bandung: CV.Mandar Maju, 1992, h. 106. 6 LPP RRI, Pedoman Penyelenggaraan Siaran Programa Satu Dan Dua, Jakarta: LPP RRI, 2011, h. 5. mengadopsi pemikiran bahwa content is the king, maka LPP RRI melakukan perubahan format redesain programa. Perubahan format redesain programa di LPP RRI lebih mempertajam penyajian siaran sesuai dengan karakter siaran dan pendengar, yaitu: konten siaran dengan pemolaan daypart pembabakan waktu, penyusunan lagu konsisten standar format re-komposisi musik dan talk serta style gaya penyiaran yang attraktif dan energik. Kebijakan redesain perubahan format programa di RRI merupakan salah satu cara untuk memenuhi kepuasan pendengar. Karena antara konten dan kemasan harus setara, konten yang bagus harus diimbangi dengan kemasan yang bagus. Dalam perspektif komunikasi Islam, perubahan format programa di RRI berimplikasi kepada konten dan kemasan penyiaran Islam. Sehingga dengan adanya perubahan format programa tersebut, penyiaran Islam di RRI semakin bagus dan menarik pendengar sesuai kebutuhan pendengar dan menimbulkan kepuasan pada pendengar. Namun selama ini belum pernah diteliti bagaimana perubahan format redesain programa LPP RRI, apakah sudah berjalan sesuai dengan tujuan dari kebijakan direksi. Demikian juga belum pernah diteliti bagaimana tingkat kepuasan pendengar terhadap siaran LPP RRI serta hubungan perubahan format redesain programa LPP RRI dengan tingkat kepuasan pendengar. Padahal masalah ini sangat perlu diteliti, karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah ini dengan mengfokuskan masalah pada perubahan format redesain programa di LPP RRI Lhokseumawe dan kepuasan pendengar di Kecamatan Banda Sakti.

B. Rumusan Masalah