15 Ketajaman 2060 sudut panjang 60
o
Visual sedang, Ketajaman 2060 sudut pandang 20
o
Visual parah.
2. Karakteristik Anak Tunanetra
a. Karakteristik Fisik :
Ciri khas ketunanetraan dapat dilihat langsung dari keadaan organ mata secara anatomi maupun fisiologi.
Maupun keadaan
postur tubuhnya.Terganggu
perkembangan motorik. Lambat dan kasar pada motorik awal..Bagi yang dari bayi menunjukkan perkembangan
control otot yang buruk pada kepala leher, dan otot-otot tubuh.
Tunanetra total : 1
Bola mata kurang atau tidak pernah bergerak. 2
Kelopak mat tidak berkedip 3
Tidak beraksi terhadap cahaya. 4
Tidak memiliki konsep tubuh dialami tunanetra yang belum teraltih Orientasi mobilitas
Tunanetra low vision : 1
Mencari upaya rangsang 2
Tangan tearyun-terayun 3
Mengerjab-ngerjabkanmata 4
Mengarahkanmata ke cahaya
16 5
Melihat obyek dengan mendekat 6
Memicingkanmembelalakan mata. b.
Karakteristik Psikis 1
Akibat tidak menguasai lingkungan, maka tunanetra selalu
khawatir, ketakutankecemasan,
dalam berhadapan dengan lingkungan. Kurang percaya diri,
curiga pada lingkungan, tidak mandiri, pemarah, mudah tersinggung, penyendiri, mudah putus asa,
sulit menyesuaikan diri. 2
Bagi yang low vision: di hadapan tunanetra total, ia merasa kemampuan lihatnya lebih, sehngga akan
mendominasi. Namun di kalangan orang awas timbul
perasaan rendah
diri, sebab
sisa penglihatannya tidak dapat diperlihatkan kepada
orang awas.
3. Indera untuk Belajar Anak Tunanetra.
Bagi Anak tunanetra yang bukan tuna majemuk Cuma kehilangan fungsi penglihatan, maka tunanetra tersebut masih
dapat memanfaatkan indera yang lain untuk belajar, yaitu Indera Pendengaran, Indera Perabaan, Indera Penciuman dan Indera
Pengecap. Adapun indera yang ada hubungannya untuk belajar membaca adalah indera perabaan dan pendengaran. Begitupula
17 motoriknya yang dapat berfungsi ialah mulut sebagai alat motorik
bicara dan tangan jari selain untuk meraba juga kemampuan motorik halus untuk mempermudah orientasi tulisan yang
dibacanya. Untuk belajar akademik, terutama untuk membaca dan
menulis, Anak tunanetra memanfaatkan indera perabaan pada ujung jari untuk membaca tulisan braille maupun media
pembelajaran yang dapat diraba. Serta indera pendengaran untuk mendapatkan informasi yang bersifat audio, yaitu suara lisan dari
pendidik, maupun suara-suara dari lingkungan. Untuk membaca di samping tangan.jari untuk meraba,
tunanetra juga memanfaat kemampuan motorik bicara, sebagaimana anak normal pada umumnya.
Pada masa kini di Indonesia pendidikan untuk anak tunanetra diseenggarakan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Pendidikan
KhususPendidikan Luar
Biasa, yang
lembaganya disebut seolah Luar Biasa dan disingkat SLB. b.
Sekolah Inklusi c.
Pusat Rehabilitasi Penyandang Tunanetra.
B. Kajian Pembelajaran Alqur’an Bagi Tunanetra Islam