29
a Hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh petunjuk, oleh karena itu, hakim bebas menilainya dan mempergunakannya
sebagai upaya pembuktian. b Petunjuk sebagai alat bukti, tidak bisa berdiri sendiri membuktikan kesalahan
terdakwa, dia tetap terikat kepada prinsip batas minimum pembuktian. Oleh karena itu, agar petunjuk mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang cukup,
harus didukung dengan sekurang-kurangnya satu alat bukti yang lain. 5. Keterangan terdakwa
74
Alat bukti keterangan terdakwa merupakan urutan terakhir dalam Pasal 184 ayat 1. Penempatannya pada urutan terakhir ini merupakan salah satu alasan
yang digunakan untuk menempatkan proses pemeriksaan keterangan terdakwa dilakukan belakangan sesudah pemeriksaan keterangan saksi.
Dalam Pasal 189 ayat 1 menjelaskan tentang pengertian dari alat bukti keterangan terdakwa. Pasal ini menjelaskan bahwa keterangan terdakwa adalah
apa yang terdakwa nyatakan di sidang pengadilan tentang perbuatan yang dilakukannya atau yang ia ketahui sendiri atau yang ia alami sendiri.
2. Alat Bukti Berupa Informasi Elektronik Dalam Undang-Undang RI No.11 tahun 2008
Menurut Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange EDI, surat elektronik electronic
74
Subekti, Opcit, hal. 92-94.
30
mail, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya.
75
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah diatur mengenai apa saja kriteria tentang alat bukti
elektronik. Di dalam pasal-pasal undang-undang tersebut telah jelas menyebutkan dan mendefinisikan mengenai alat-alat bukti elektronik. Walaupun masih belum
semuanya diatur mengenai perumusan-perumusan tentang alat bukti elektronik, akan tetapi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik tersebut merupakan payung hukum bagi penegakan Cyber Law di Indonesia.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut dijelaskan mengenai penggunaan alat bukti
elektronik yang dapat digunakan sebagai bukti dalam persidangan. Dalam pasal tersebut dinyatakan sebagai berikut :
1. Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
2. Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
75
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, hal. 2
31
3. Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini. 4. Ketentuan mengenai Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku untuk: a surat yang menurut Undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis;
dan b surat beserta dokumennya yang menurut Undang-undang harus dibuat
dalam bentuk akta notaris atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Perumusan pasal tersebut merupakan sebuah regulasi yang setidaknya Indonesia. Di Indonesia sendiri tindak pidana cyber crime itu banyak sekali dapat
menjadi payung hukum terhadap tindak pidana cyber crime yang ada, antara lain:
76
1. Unauthorized Access to Computer System and Service akses yang tidak berkepentingantidak sah ke sistem komputer dan sistem pelayanan.
Kejahatan ini dilakukan dengan memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa ijin atau tanpa
sepengetahuan dari pemilik jaringan komputer yang dimasukinya. Motifnya bisa bermacam-macam, antara lain adalah sabotase, pencurian data dan
sebagainya. Sebagai contoh adalah pada tahun 2004, website milik Komisi Pemilihan Umum dirusak oleh seorang hacker.
76
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, 2005, Opcit, hal. 72-73.
32
2. Illegal Contents muatan tidak sah. Kejahatan ini dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu yang tidak
benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Contohnya adalah pornografi, pemuatan berita bohong,
agitasi termasuk juga delik politik dapat dimasukkan dalam kategori ini bila menggunakan media ruang maya cyber.
3. Data Forgery pemalsuan data. Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless
document melalui internet. 4. Cyber Espionage mata-mata. Merupakan kejahatan yang memanfaatkan
jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer computer network system pihak
sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen atau datanya tersimpan dalam suatu sistem yang computeraized.
5. Cyber Sabotage and Extortion sabotase dan pemerasan. Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap
suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung ke internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu
virus, trojan, atau backdoor, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana
mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. 6. Offence Againts Intellectual Property penyerangan terhadap kekayaan
intelektual. Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual HAKI yang dimiliki pihak lain di internet.
33
7. Infringements of Piracy pelanggaran pembajakan. Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan
rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan secara computeraized. Yang apabila diketahui
orang lain maka dapat merugikan korban secara materiil maupun immaterial, seperti nomor PIN personal identity number ATM, nomor kartu kredit dan
sebagainya. Pada Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 menyatakan
bahwa “Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”. Apa yang dimaksud dengan
informasi elektronik tersebut adalah sebagai berikut : Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange EDI, surat elektronik electronic mail, telegram,
teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya. Pengertian mengenai informasi elektronik tersebut terdapat dalam Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Dalam Pasal tersebut telah dijelaskan secara jelas mengenai bukti elektronik berupa informasi elektronik.
Kemudian dalam Pasal 5 ayat 1 juga diterangkan mengenai dokumen elektronik sebagai alat bukti yang sah.
34
Pengertian dokumen elektronik itu telah dijelaskan dengan jelas pada Pasal 1 angka 4, yang menjelaskan bahwa dokumen elektronik adalah sebagai
berikut : Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, danatau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya.
Akan tetapi, tidak sembarang informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dapat dijadikan alat bukti yang sah. Menurut Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tersebut, suatu informasi elektronikdokumen elektronik dinyatakan sah untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik
yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tersebut, yaitu sistem elektronik yang andal dan aman, serta
memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
77
1. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik danatau dokumen elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan
Peraturan Perundang-undangan; 2. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan
keteraksesan informasi elektronik dalam penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;
77
Ari Juliano Gema, dapat dilihat di http:arijuliano.blogspot.com200804apakah- dokumen-lektronikdapat-menjadi.html
35
3. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;
4. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan
dengan penyelenggaraan sistem elektronik tersebut; dan 5. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan
kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
B. Tindak Pidana Kejahatan Mayantara Cyber crime