Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
TRADE BALANCE INDONESIA DENGAN ASEAN DAN
TIGA MITRA DAGANG UTAMA
SRI NURHAYATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra
Dagang Utama adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Sri Nurhayati
NIM H14090023
ABSTRAK
SRI NURHAYATI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Trade Balance
Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama. Dibimbing oleh
Widyastutik, M. Si.
Neraca perdagangan merupakan variabel pembentuk pendapatan nasional,
saat terjadi krisis 2008 kontribusi neraca perdagangan menyumbang nilai tertinggi
dengan nilai 40 persen. Namun, periode 2003 sampai 2012 neraca perdagangan
Indonesia dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama masih memiliki trendline
yang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan neraca
perdagangan Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang
utama periode 2003 sampai 2012, dengan menggunkan panel data, data time seris
tahunan dari tahun 2003 sampai 2012 dan data cross section (Indonesia,
Singapore, Malaysia, Philiphina, Thailand, China, Jepang, dan Amerika). Variabel
yang digunakan adalah variabel GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra
dagang, nilai tukar riil, money supply Indonesia, dan dummy krisis. Berdasarkan
hasil estimasi, semua variabel sesuai dengan hipotesis penelitian dan berpengaruh
terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Kata kunci: Neraca perdagangan, panel data, nilai tukar.
ABSTRACT
SRI NURHAYATI. Analysis of Factors Influencing Indonesia’s Trade Balance
with ASEAN and Three Main Trade Partners. Supervised by Widyastutik, M. Si.
Trade balance is a variable which forms the national income. During 2008
crisis, trade balance contributes the highestvalue, which is 40 percent. But during
periods 2003 until 2012, Indonesia’s trade balance with ASEAN and three main
trade partners remains a decreasing trend line. This study aims to analyze the
development of Indonesia’s trade balance and analyze factors influencing
Indonesia’s trade balance with ASEAN and three main trade partners for period
2003 until 2012, the analysis method used in this study is panel data method, with
an annual time series data from 2003 until 2012 and cross section data
(Indonesia, Singapore, Malaysia, Philiphina, Thailand, China, Jepang, dan
Amerika). Variables used are GDP per capita of Indonesia, GDP per capita of
trade partners, rill exchange rate, Indonesia’s money supply, and crisis as a
dummy variable. The estimation shows that all variables significantly influence
Indonesia’s trade balance and have an impact which is consistent with the studies
hypothesis.
Keywords: trade balance, panel data, exchange rate.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
TRADE BALANCE INDONESIA DENGAN ASEAN DAN
TIGA MITRA DAGANG UTAMA
SRI NURHAYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangugnan
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Nama
NIM
Trade
Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama
: Sri Nurhayati
: H 14090023
Disetujui oleh
Widyastutik, M. Si.
Pembimbing
Diketahui oleh
-L
M.Ec.
Tangga1 Lulus:
0 4 OCT 2013
Balance
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Trade Balance
Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama
Nama
: Sri Nurhayati
NIM
: H14090023
Disetujui oleh
Widyastutik, M. Si.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Analisis
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan
Tiga Mitra Dagang Utama.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Widyastutik, M. Si. selaku dosen
pembimbing, serta seluruh dosen Departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah
banyak membantu selama proses penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya, serta teman-teman IPB, khususnya Ilmu Ekonomi 46 yang telah
membantu dan memberi dukungan. Tidak lupa terima kasih disampaikan kepada
seluruh sahabat atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Sri Nurhayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Pemikiran
Bagan Kerangka Pemikiran
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis dan Pengolahan Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia
Estimasi Data Panel
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
viii
ix
1
1
5
7
7
7
7
10
11
12
12
12
13
18
18
24
30
30
31
32
34
42
DAFTAR TABEL
1 Perbandingan perdagangan intra-ASEAN terhadap perdagangan extraASEAN
2 Sumber data yang digunakan
3 Neraca perdagangan total produk Indonesia dengan mitra dagang tahun
2008 sampai 2012
4 Neraca perdagangan migas Indonesia dengan mitra dagang tahun20082012
5 Neraca perdagangan non-migas Indonesia dengan mitra dagang tahun
2008-2012
6 Uji chow
7 Hasil estimasi model panel data dengan pendekatan fixed effect
3
12
19
21
23
24
24
DAFTAR GAMBAR
1 Sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran 2004-2012
(persen)
2 Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP tahun 2004 sampai 2012
3 Neraca perdagangan Indonesia terhadap Dunia 2003-2012
4 Nilai ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012
5 Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012
6 Neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN tahun 2003 sampai
2012
7 Neraca perdagangan Indonesia dengan China tahun 2004-2012
8 Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika tahun 2003
sampai 2012
9 Pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan
10 Hubungan money supply terhadap tingkat inflasi
11 Nilai ekspor Indonesia ke Amerika berdasarkan komoditi tahun 2008
sampai 2012
12 Nilai rata-rata impor Jepang berdasarkan negara tahun 2001 sampai
2012
13 Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke Jepang berdasarkan komoditi tahun
2008 sampai 2012
14 Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN berdasarkan komoditi tahun 2001
sampai 2012
15 Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke Thailand berdasarkan komoditi
tahun 2001 sampai 2012
16 Nilai ekspor Indonesia ke China berdasarkan komoditi utama tahun
2008 sampai 2012
17 Neraca perdagangan Indonesia berdasarkan sektor 2004-2012
18 Nilai GDP per kapita ASEAN tahun 2003 sampai 2012
19 Nilai ekspor ASEAN ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012
20 Nilai GDP per kapita China dan Amerika tahun 2003 sampai 2012
21 Nilai GDP per kapita Jepang tahun 2003 sampai 2012
22 Nilai ekspor tiga mitra dagang utama ke Indonesia tahun 2003 sampai
2012
23 Nilai GDP per kapita Indonesia tahun 2003 sampai 2012
24 Nilai tukar 2004-2012 (Rp/USD)
25 Nilai money supply tahun 2003 sampai 2012 (miliar rupiah)
26 Rata-rata nilai neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang
berdasarkan sektor tahun 2008 sampai 2012
1
2
3
4
4
5
6
6
9
10
19
20
20
21
22
22
23
26
26
26
27
27
28
29
29
30
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Statistik deskriptif variabel yang digunakan
Hasil uji normalitas
Korelasi antar variabel
Hasil estimasi panel data
Data variabel terikat dan variabel bebas
34
34
34
35
36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia (persen)
Neraca perdagangan (trade balance) merupakan bagian dari transaksi
berjalan (current account), menghitung net trade dari barang yang merupakan
selisih ekspor dan impor. Jika ekspor lebih besar dari impor maka neraca
perdagangan akan positif, begitu juga sebaliknya jika ekspor impor lebih besar
dari ekspor maka neraca perdagangan akan negatif. Neraca perdagangan
menggambarkan perekonomian suatu negara dan pola perdagangan sebagaimana
tergambarkan dalam perdagangan internasionalnya (Napoline 2009).
Setelah krisis global melanda neraca perdagangan Indonesia masih menjadi
sumber pertumbuhan utama (BPS 2012). Sebelum terjadi krisis, yaitu tahun 2007
sampai 2008 pertumbuhan neraca perdagangan sebesar 0.1 persen sedangkan
pertumbuhan neraca perdagangan setelah krisis global, tahun 2008 ke tahun 2009
meningkat 0.5 persen. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Nilai pengeluaran impor, ekspor dan nilai neraca perdagangan
periode 2004 sampai 2012 cenderung fluktuatif. Hal tersebut disajikan pada
Gambar 1, yaitu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran
periode 2004 sampai 2012.
15
10
5
0
-5
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-10
-15
Tahun
Ekspor
Impor
Trade Balance
Gambar 1 Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran
2004-2012 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah)
Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP tahun 2004 sampai 2012
dijelaskan oleh Gambar 2. Tahun 2008, yaitu dimana terjadi krisis global
kontribusi neraca perdagangan menyumbang nilai tertinggi dari sisi pengeluaran
dengan nilai 40 persen, hal ini disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dollar
yang mencapai 12.300. Depresiasi rupiah menghambat permintaan barang dan
jasa dari luar negeri karena harga produk impor akan lebih mahal dari harga
produk domestik akibatnya produk domestik berdaya saing tinggi yang akhirnya
akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Neraca perdagangan tahun
2008 memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia
karena hampir 50 persen pendapatan nasional dibentuk oleh neraca perdagangan.
Neraca perdagangan merupakan variabel pembentuk pendapatan nasional,
jadi jika neraca perdagangan meningkat maka akan terjadi peningkatan pada
2
Kontribusi TB
Indonesia (persen)
pendapatan nasional namun jika neraca perdagangan menurun akan menyebabkan
penurunan pendapatan nasional. Pendapatan nasional merupakan ukuran
kemakmuran suatu negara, oleh karena itu untuk mencapai kemakmuran neraca
perdagangan Indonesia diproyeksikan meningkat setiap tahunnya.
50
40
30
20
10
0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 2 Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP Indonesia tahun
2004 sampai 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah)
Neraca perdagangan Indonesia dengan dunia tahun 2003 sampai 2012
memiliki trendline yang fluktuatif dapat dilihat dalam Gambar 3. Tahun 2006 dan
2007 merupakan nilai terbaik neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia yaitu
3.973.3151 US$ dan 3.9627.444 US$. Namun, tahun 2007 ke 2008 mengalami
penurunan drastis menjadi 7.776.374 US$, hal ini disebabkan oleh krisis di
Amerika yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit
perumahan (subprime mortgage default), krisis kemudian menggelembung
merusak sistem perbankan bukan hanya di Amerika namun meluas hingga ke
Eropa lalu ke Asia. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2008
negatif 0.7 persen (IMF 2012).
Tahun 2012, neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia merupakan nilai
terendah yaitu, -1.659.069 US$, penyebabnya adalah impor Indonesia masih
didominasi oleh impor barang modal dan bahan baku penolong untuk mendukung
proses produksi. Pada akhirnya, impor bahan baku ini akan diolah dan di ekspor
kembali. Komposisi barang impor non migas berupa bahan baku penolong
industri yaitu sebesar 103.4 miliar US$, diikuti barang modal 28.5 miliar US$,
dan barang konsumsi 9.9 miliar US$. Komposisi barang ekspor non migas
Indonesia yang terbesar yaitu industri sebesar 86.9 miliar US$, selanjutnya
pertanian 23.2 miliar US$, dan pertambangan empat miliar US$. Untuk komposisi
barang impor migas berupa minyak mentah, hasil minyak, dan gas Indonesia
harus membayar 30.9 miliar US$ lebih besar dari kemampuan Indonesia untuk
mengekspor migasnya yang hanya 28.6 miliarUS$ (BPS 2012).
3
Nilai Trade Balance
(ribu US$)
30000000
20000000
10000000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-10000000
Tahun
Gambar 3 Neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia 2003-2012
Sumber: Trade Map 2013
Untuk kawasan perdagangan regional, ASEAN merupakan kekuatan
regional kedua terbesar setelah Uni Eropa, terbukti dari kehadiran sekitar 1.000
pelaku bisnis global dalam ASEAN Business and Invesment Summit, di
Konferensi Tingkat Tinggi Ke-19 ASEAN di Bali, 16-19 November 2011.
Seperempat nilai perdagangan dunia berlangsung di kawasan ASEAN. Hal itu
bisa dilihat dari besarnya kontribusi perdagangan intra-ASEAN terhadap
perekonomian global tahun 2000 sampai 2011 (Tabel 1).
Tabel 1 Perbandingan perdagangan intra-ASEAN terhadap perdagangan extraASEAN
Trade (ribu
US$)
Total trade
%
Intra-ASEAN
%
Extra-ASEAN
%
2000
759
21.8
166
25.8
593
20.7
2003
824
15.5
206
29.3
618
11.5
2006
1404
70.4
352
70.6
1052
70.3
2007
1610
14.7
401
13.9
1209
14.9
2008
1710
6.2
458
14
1252
3.6
2009
1536
-10.2
376
-17.9
1160
-7.34
2010
2042
32.92
519
38.14
1523
31.23
2011
2388
16.93
598
15.1
1790
17.56
Ratarata
19.9
22.5
19.2
Sumber: Kementrian Perindustrian 2013
Berdasarkan Tabel 1 perdagangan intra-ASEAN tahun 2000 sampai 2008
tumbuh lebih kuat daripada perdagangan extra-ASEAN. Total perdagangan
ASEAN 2000 sampai 2008 tumbuh rata-rata 19.9 persen dengan peran
perdagangan intra-ASEAN yang relatif konstan pada level 22.5 persen,
menunjukkan arti penting pasar ASEAN terhadap sesama anggotanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selain ASEAN, China
mendominasi perdagangan bilateral Indonesia, China menduduki peringkat
pertama sebagai negara tujuan ekspor Indonesia diikuti Jepang dan Amerika.
Berdasarkan negara, pangsa pasar ekspor terbesar Indonesia hingga Agustus 2012
adalah China dengan nilai 13.37 miliar dollar AS, posisi kedua ditempati Jepang
dengan nilai 12.57 miliar dollar AS, serta AS pada posisi tiga 9.9 miliar dollar AS.
Nilai ekspor Indonesia ke Jepang dan China merupakan nilai tertinggi dari
tahun 2001 sampai 2012 untuk kawasan Asia. Rata-rata nilai ekspor Indonesia ke
Jepang dan China tahun 2001 sampai 2012 berturut-turut adalah 21.165.429 ribu
US$ dan 10.135.105 ribu US$, dengan pangsa ekspor Indonesia ke Jepang sebesar
4
Nilai ekspor
(Ribu US$)
45.79 persen dan pangsa ekspor Indonesia ke China sebesar 21.93 persen. Nilai
ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012 disajikan dalam Gambar 4.
35000000
Jepang
25000000
China
15000000
Republic of
Korea
India
5000000
-5000000
Saudi Arabia
Tahun
Gambar 4 Nilai ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012
Sumber: Trade Map 2013
Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012 (Gambar 5) juga
didominasi oleh Jepang dengan rata-rata 21.165.429,08 ribu US$, diikuti oleh
nilai ekspor ke Amerika dengan rata-rata 11.164.705,17 ribu US$. Pangsa ekspor
Indonesia ke Jepang sebesar 52.26 persen dan pangsa ekspor ke Amerika sebesar
27.56 persen.
Nilai ekspor
(Ribu US$)
35000000
Jepang
25000000
Amerika
15000000
Australia
Netherlands
5000000
Germany
-5000000
Tahun
Gambar 5 Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012
Sumber: Trade Map 2013
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan dapat disimpulkan
neraca perdagangan sangat penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu relevan dilakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan Indonesia apabila ditinjau dari perdagangan Indonesia dengan
ASEAN dan tiga mitra dagang utama.
5
Rumusan Masalah
TB Indonesia terhadap
ASEAN (Ribu US$)
Indonesia memiliki komitmen di ASEAN yaitu ASEAN Free Trade Area
(AFTA) yang merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN untuk
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya
saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai
basis produksi dunia yang dirumuskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN ke IV di Singapore tahun 1992. Kawasan ASEAN menjadi pasar terbuka
yang berbasis produksi dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak
bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat keunggulan komparatif dan
kompetitif yang berbeda antar negara anggota ASEAN akan berpengaruh terhadap
keberhasilan negara anggota ASEAN. Indonesia merupakan negara terbesar di
ASEAN, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat intregasi regional. Namun,
peluang ini ternyata belum dimanfaatkan oleh Indonesia, hal ini ditunjukkan oleh
neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN tahun 2003-2012 memiliki
trendline yang menurun (Gambar 6).
1000000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-4000000
-9000000
-14000000
Tahun
Gambar 6 Neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN tahun 2003
sampai 2012
Sumber: Trade Map 2013
Selain ASEAN, Indonesia juga menjalin kerjasama dengan China. China
merupakan negara berkembang di Asia yang perkembangan ekonominya cukup
pesat dan mampu mempertahankan pertumbuhan yang tinggi dibanding negaranegara lainnya, sehingga posisi China cukup penting dalam perekonomian global.
Disamping itu, pasar China cukup besar dan potensial sehingga akan saling
menguntungkan apabila dapat dijalin kerjasama diberbagai sektor ekonomi,
karena disamping memiliki kemampuan investasi yang tinggi, China juga
membutuhkan bahan baku penolong dan barang modal untuk menggerakkan
sektor industrinya. Sehingga dibentuklah wujud kesepakatan kerjasama
perdagangan Indonesia dengan China dimulai pada 29 November 2004, yakni
Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA).
Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) berisi penghapusan tarif
menjadi nol persen untuk 8.654 pos tarif. Perjanjian Perdagangan Bebas ASEANChina (ACFTA), pada akhirnya menjadi penyebab banjirnya produk impor
khususnya asal China. Daya saing produk Indonesia lebih rendah dibandingkan
produk China karena harga produk China relatif lebih murah, sehingga
masyarakat lebih memilih produk dari China. Hal ini dapat memperburuk kinerja
6
Nilai Trade Balance
(Ribu US$)
neraca perdagangan Indonesia terhadap China. Kemerosotan neraca perdagangan
Indonesia akibat ACFTA dijelaskan dalam Gambar 7.
2000000
0
-2000000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-4000000
-6000000
-8000000
Tahun
Gambar 7 Neraca perdagangan Indonesia dengan China tahun 2004-2012
Sumber: Trade Map 2013
Nilai Trade Balance
(Ribu US$)
Hubungan dagang Indonesia dengan Jepang dapat dilihat dari keberadaan
kurang lebih 1000 perusahaan Jepang beroperasi di Indonesia. Perusahaanperusahaan tersebut memerkerjakan lebih dari 32 ribu pekerja Indonesia yang
menjadikan Jepang sebagai negara penyedia lapangan kerja nomor satu di
Indonesia (BKPM 2012). Perjanjian perdagangan Indonesia dengan Amerika
Serikat dimulai pada tahun 1960, yaitu Agricultural Commodities Agreement
Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the
United States of America, perjanjian ini bertempat di Jakarta (Deplu 2012).
Perjanjian perdagangan yang terjalin antara Indonesia dengan Jepang dan
Amerika tidak terlalu memperburuk neraca perdagangan Indonesia sebagaimana
terjadi antara Indonesia dengan China. Neraca perdagangan Indonesia dengan
Jepang dan Amerika tidak mengalami defisit selama periode 2003 sampai 2012.
Fluktuatif neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika disajikan
dalam Gambar 8.
20000000
15000000
Jepang
Amerika
10000000
5000000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
Gambar 8 Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika
Sumber: Trade Map 2013
Perjanjian perdagangan Indonesia dengan mitra dagang memberikan
dampak positif dan negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia, namun
perjanjian perdagangan ini dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk
memperbaiki perekonomian dengan meningkatkan ekspor. Jika ekspor Indonesia
meningkat, maka akan memperbaiki kinerja neraca perdagangan. Oleh karena itu,
perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan agar neraca
7
perdagangan tetap stabil dan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Dari penjelasan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara
ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, Amerika)?
2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dengan
ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012 dan
bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut?
Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negaranegara ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, Amerika).
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia
dari ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi kehidupan yang lebih baik.
Manfaat tersebut diantaranya:
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat, pemerintah, maupun penelitipeneliti selanjutnya mengenai perkembangan neraca perdagangan Indonesia
dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama.
2. Memberikan informasi dan analisis terkait faktor-faktor yang memengaruhi
neraca perdaganganIndonesia dari ASEAN dan tiga mitra dagang utama
periode 2003 sampai 2012.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan total produk Indonesia dengan ASEAN (Singapore, Malaysia,
Philiphina, Thailand) dan tiga negara mitra dagang utama (China, Jepang, dan
Amerika) untuk periode 2003 sampai 2012. Penelitian ini tidak membahas neraca
perdagangan jasa.
TINJAUAN PUSTAKA
Model umum analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan
Indonesia ini dibentuk oleh variabel GDP per kapita mitra dagang, GDP per
kapita Indonesia, nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, money supply
Indonesia, dan dummy krisis. Sebagian besar penelitian menjelaskan bahwa
neraca perdagangan dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara asal yang
diproyeksikan oleh GDP, pendapatan negara tujuan ekspor, dan nilai tukar riil.
Tetapi terdapat pula penelitian yang menggunakan variabel lain, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Waliullah et al. (2010) yang menggunakan money supply
negara asal. Penelitian oleh Yuniarti (2007) yang menggunakan Gravity Model
8
dengan menambahkan populasi dan jarak sebagai variabel dependennya.
Penelitian Bakhromov (2011), menambahkan volatility exchange rate.
Selanjutnya, penelitian Khan (2010) menggunakan variabel GDP dan GNI sebagai
variabel dependen.
Produk Domestik Bruto (GDP) pe rkapita adalah nilai pasar semua barang
dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk. Identitas pos pendapatan nasional adalah
konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor neto (Mankiw, 2007).
Berdasarkan identitas pos pendapatan nasional jika terjadi peningkatan jumlah
ekspor neto maka jumlah pendapatan nasional (GDP) akan bertambah pula.
Berikut ini persamaan matematis pembentuk GDP:
GDP = C + I + G + NX
dimana: GDP = jumlah pendapatan nasional
C
= konsumsi rumah tangga
I
= investasi
G
= pembelian pemerintah
NX
= ekspor netto
Penelitian-penelitian terdahulu sebagian besar hanya menggunakan GDP
negara asal, namun penelitian analisis neraca perdagangan Indonesia ini
menambahkan GDP negara tujuan dalam variabel dependen, dengan tujuan
melihat pengaruh GDP dari sisi permintaan dan sisi penawaran. GDP negara
eksportir umumnya memiliki pengaruh positif terhadap neraca perdagangan,
dimana GDP dari negara eksportir mengukur kapasitas produksi dari negara
tersebut, sementara GDP dari negara importir mengukur kapasitas absorpsi
Yuniarti (2007). Selanjutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Duasa
(2007), GDP negara importir berpengaruh negatif, menurut pendapatnya jika GDP
meningkat maka kemampuan meningkatkan produksi dan kapasitas ekspornya
meningkat. Maka, variabel GDP per kapita Indonesia diperkirakan memiliki
hubungan yang positif terhadap neraca perdagangan Indonesia, sedangkan
variabel GDP per kapita mitra dagang memiliki hubungan negatif terhadap neraca
perdagangan Indonesia.
GDP per kapita Indonesia menunjukkan kapasitas produksi Indonesia,
semakin besar GDP per kapita Indonesia maka semakin tinggi output barang dan
jasa sehingga akan terjadi peningkatan kapasitas ekspor dan akan memperbaiki
neraca perdagangan Indonesia. Sedangkan, GDP per kapita mitra dagang
menunjukkan kapasitas produksi mitra dagang, semakin besar GDP per kapita
mitra dagang semakin tinggi output barang dan jasa sehingga akan terjadi
peningkatan kapasitas ekspor mitra dagang dan akan menurunkan impor mitra
dagang dari Indonesia, selanjutnya akan berdampak terhadap penurunan neraca
perdagangan Indonesia.
Nilai tukar riil merupakan variabel penting dalam perdagangan internasional
karena memengaruhi daya beli konsumen untuk barang atau jasa negara lain. Nilai
tukar merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau dikenal
dengan kurs. Determinan nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas
jangka panjang dan jangka pendek. Determinan jangka panjang meliputi perilaku
tingkat harga relatif, preferensi dan pengembangan produk, perilaku produktivitas,
tarif dan kuota. Dalam jangka pendek, determinannya adalah aliran modal, hasil
yang diharapkan dari investasi, dan tingkat bunga (Puspopranoto 2004).
9
Berdasarkan penelitian Kim-sen Liew et al. (2003) dalam Waliullah et al.
(2010) untuk analisis neraca perdagangan ASEAN-5, menunjukkan bahwa neraca
perdagangan lebih besar dipengaruhi oleh nilai tukar riil daripada nilai tukar
nominal. Analisis neraca perdagangan Indonesia ini menggunakan nilai tukar riil
mitra dagang yang merupakan hasil perhitungan dari rasio Consumer Price Index
negara tujuan terhadap Consumer Price Index negara asal dikali nilai tukar
nominal. Nilai tukar riil dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap
neraca perdagangan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010), dan
Duasa (2007), serta berpengaruh positif dalam jangka panjang, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Bakhromov (2011), dan Waliullah et al. (2010).
Berdasarkan J-curve hypothesis, depresiasi nilai tukar riil akan
meningkatkan kinerja neraca perdagangan sedangkan appresiasi akan menurunkan
kinerja neraca perdagangan. Namun demikian, terdapat efek tunda dimana setelah
terjadinya depresiasi nilai tukar riil maka biasanya neraca perdagangan akan
memburuk terlebih dahulu dan baru akan membaik setelah beberapa bulan
kemudian (Napoline 2009). Maka, depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan
ekspor. Analisis neraca perdagangan ini menggunakan nilai tukar riil mitra
dagang terhadap rupiah, jika nilai tukar mitra dagang terdepresiasi daya saing
produk ekspor mitra dagang meningkat, maka terjadi kapasitas ekspornya, disisi
lain impor Indonesia dari mitra dagang juga meningkat akhirnya akan
berpengaruh terhadap penurunan neraca perdagangan Indonesia. Pengaruh
depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan dijelaskan pada Gambar 9.
TB(+)
T3
0
-1
-2
T1
Gambar 9
T2
Time
T1 = Posisi defisit
T2 = Posisi defisit berkurang
T3 = Posisi surplus
Pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca
perdagangan
Sumber: Hady 2004
Jumlah uang beredar (money supply) diukur atas dasar tiga pendekatan, yaitu
uang dalam arti sempit (narrow money, M1) terdiri atas uang kartal dan uang
giral, uang dalam arti luas (broad money, M2) meliputi M1 ditambah dengan uang
kuasi, yaitu deposito berjangka (time deposits) milik penduduk dalam rupiah dan
valuta asing pada Bank Umum. Uang dalam arti paling luas (M3) merupakan
penjumlahan dari M2 dengan semua simpanan pada lembar keuangan lain
(nonbank).
Money supply dalam penelitian yang dilakukan oleh Waliullah et al. (2010),
dan Duasa (2007) berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan. Bila jumlah
uang beredar di suatu negara meningkat lebih cepat dibanding kemampuannya
dalam menambah produksi barang dan jasa dan terus berlangsung selama jangka
10
waktu tertentu, terjadilah inflasi. Inflasi ialah kenaikan tingkat harga umum yang
terus menerus di suatu negara (Puspopranoto 2004). Sebab terjadi inflasi adalah
kenaikan yang berlebihan dari belanja barang dan jasa. Pada keadaan Inflasi, daya
saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena
harga barang ekspor semakin mahal, akibatnya ekspor lebih besar daripada impor,
maka hal ini akan memperburuk neraca perdagangan.
Pengaruh money supply terhadap tingkat inflasi juga dijelaskan oleh teori
kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang satu persen menyebabkan
kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi (Mankiw 2007). Pengaruh money
supply terhadap tingkat inflasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Tingkat
Inflasi
0
Money supply
MS
Gambar 10 Hubungan money supply terhadap tingkat inflasi
Sumber: Mankiw 2007
Dummy variable sebagai sebuah variabel nominal yang digunakan di dalam
regresi berganda dan diberi kode 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan kelompok yang
tidak mendapat sebuah perlakuan dan 1 menunjukkan kelompok yang mendapat
perlakuan. Kekurangan menggunakan teknik dummy adalah dapat mengurangi
derajat bebas yang cukup besar (Juanda 2009). Penelitian ini menambahkan
variabel dummy krisis, penggunaan variabel ini didasari oleh krisis global yang
terjadi tahun 2008. Setelah terjadi krisis diberi nilai 1 dan sebelum terjadi krisis
diberi nilai 0. Krisis global berdampak buruk terhadap kinerja neraca
peradagangan Indonesia, sehingga variabel dummy krisis diperkirakan akan
berkorelasi negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Pasca krisis 2008, neraca perdagangan merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi utama yaitu meningkat 0.5 persen (BPS 2012). Indonesia merupakan
salah satu anggota ASEAN yang memiliki peluang untuk meningkatkan neraca
perdagangan, namun peluang ini belum dimanfaatkan dengan baik karena neraca
perdagangan Indonesia-ASEAN cenderung menurun periode 2003 sampai 2012.
Oleh karena itu, perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan Indonesia.
Indonesia juga tergabung dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang
merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan. Selain itu, kesepakatan kerjasama Indonesia terjalin
dengan tiga mitra dagang utama, yaitu China, Jepang, dan Amerika Serikat. Maka,
11
dapat dibuat rumusan masalah mengenai perkembangan neraca perdagangan
Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama, serta
analisis faktor-faktor apa yang memengaruhi neraca perdagangan tahun 2003
sampai 2012. Tujuannya, menganalisis perkembangan neraca perdagangan
Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan
Indonesia terhadap ASEAN dan tiga mitra dagang utama. Analisis faktor-faktor
yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia periode 2003 sampai 2012
dibentuk oleh variabel GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang,
nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, money supply Indonesia, dan variabel
dummy krisis.
Bagan Kerangka Pemikiran
Pasca krisis 2008, neraca perdagangan
merupakan
sumber
pertumbuhan
ekonomi utama (BPS 2012)
Untuk
kawasan
perdagangan
regional,
ASEAN
merupakan
kekuatan regional kedua terbesar
setelah Uni Eropa
Selain dengan negara-negara ASEAN, pangsa pasar
ekspor terbesar Indonesia hingga Agustus 2012 adalah
China dengan nilai 13.37 miliar dollar AS, Jepang
dengan nilai 12.57 miliar dollar AS, serta AS 9.9 miliar
dollar AS.
Namun, neraca perdagangan Indonesia terhadap
ASEAN dan tiga mitra dagang utama 2003-2012
cenderung defisit
Analisis neraca perdagangan Indonesia
2003-2012
Bagaimana perkembangan neraca
perdagangan Indonesia dengan
negara-negara ASEAN dan tiga
mitra dagang utama.
Rekomendasi
kebijakan
Analisis
faktor-faktor
yang
memengaruhi neraca perdagangan
Indonesia 2003-2012
Variabel yang digunakan: GDP
per kapita Indonesia, GDP per
kapita mitra dagang, nilai tukar
riil mitra dagang terhadap
rupiah, money supply Indonesia,
dan variabel dummy.
12
Hipotesis
Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu mengenai
analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan, maka dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
1. GDP per kapita Indonesia berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan
Indonesia.
2. GDP per kapita mitra dagang berpengaruh negatif terhadap neraca
perdagangan Indonesia.
3. Nilai tukar riil, yang merupakan rasio Indeks Harga Konsumen mitra dagang
terhadap Indeks Harga Konsumen Indonesia dikali nilai tukar nominal,
berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
4. Money supply Indonesia berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan
Indonesia.
5. Variabel dummy berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
menggunakan data panel, yaitu gabungan data deret waktu (time series) dan data
deret lintang (cross section). Data time series yang digunakan adalah data tahunan
dari tahun 2003 sampai 2012. Periode tersebut digunakan untuk menghilangkan
efek krisis moneter Indonesia yang memengaruhi perdagangan internasional. Data
cross section yang digunakan dari sembilan negara, terdiri dari ASEAN
(Indonesia, Singapore, Malaysia, Philiphina, dan Thailand), tiga mitra dagang
utama Indonesia (China, Jepang, dan Amerika Serikat).
Data yang digunakan adalah data yang mendukung variabel dalam model
dan studi pustaka yang diperoleh dari kumpulan jurnal, skripsi, thesis, artikel, dan
buku-buku yang relevan sebagai sumber literatur penelitian. Tabel 2 menunjukkan
sumber data yang digunakan.
Tabel 2 Sumber data yang digunakan
Data
Sumber
Neraca perdagangan
Indeks Harga Konsumen
GDP per Kapita
Money Supply
Nilai Tukar Nominal
Trademap
International Monetary Fund (IMF)
International Monetary Fund (IMF)
Badan Pusat Statistik (BPS)
Bank Indonesia
13
Metode Analisis dan Pengolahan Data Panel
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia
dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, dan Amerika
Serikat) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data panel, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010). Data panel adalah data yang
diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang kali pada unit individu
yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, akan diperoleh gambaran
tentang perilaku beberapa objek tersebut selama beberapa periode waktu (Juanda
dan Junaidi 2012). Analisis regresi dengan menggunakan data panel mempunyai
beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan menggunakan analisis regresi data
panel antara lain:
1. Mengatasi masalah heterogenitas individu (individual heterogeneity);
2. Memberikan data yang lebih informatif, mengurangi masalah kolinieritas
pada variabel, mengatasi masalah penghilangan variabel (ommited variabel),
dan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar;
3. Memelajari perubahan yang bersifat dinamis (dynamics of adjustment);
4. Dapat mengidentifikasi dan menghitung efek yang tidak dapat dilakukan
pada analisis time series atau cross section murni;
5. Dapat mengurangi bias dalam pengestimasian karena data cukup banyak.
Namun, kelebihan penggunaan data panel juga diikuti oleh keterbatasan.
Beberapa keterbatasan data panel adalah sebagai berikut:
1. Proses pengumpulan data sulit, meliputi permasalahan cakupan serta
nonrespon.
2. Data panel mikro biasanya hanya tersedia dengan series yang pendek. Hal ini
berarti bahwa penggambaran fenomena sangat bergantung pada jumlah
individu yang cenderung tak terhingga.
Model regresi data panel yang umumnya digunakan terdapat tiga macam,
yaitu Pooled Least Square, Fixed Effects Model, dan Random Effects Model.
Metode analisis panel data terdiri dari perumusan model, pemilihan metode
estimasi, uji kriteria, dan analisis hasil estimasi. Selain itu, di dalam melakukan
pengolahan data panel terdapat juga kriteria pembobotan yang berbeda-beda yaitu
No weighting (semua observasi diberi bobot sama), Cross section weight (GLS
dengan menggunakan estimasi varians residual cross section, digunakan apabila
ada asumsi terdapat cross section heteroskedasticity), dan Seemingly
Uncorrelated Regression/SUR (GLS dengan menggunakan covariance matrix
cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun
autokorelasi antar unit cross section.
a. Perumusan Model
Perumusan model yang digunakan berdasarkan pada model penelitianpenelitian terdahulu, seperti Waliullah et al. (2010), Khan (2010), dan Bakhromov
(2011). Model yang dirumuskan menggunakan beberapa variabel yang merupakan
kalkulasi dari beberapa model yang digunakan pada penelitian-penelitian
terdahulu. Model awal yang diestimasi sebagai berikut:
TBi,t= β0 + β1 GDP1+ β2 GDP2 + β3 RERj,i,t + β4 MSi,t + β5 Dummy + εi,t
14
dengan:
TB
= Neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang (US$ ribu)
GDP1
= GDP per kapita negara mitra dagang (US$)
GDP2
= GDP per kapita Indonesia (US$)
RER
= Nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah (LCU per Rp)
MS
= Money supply Indonesia (Miliar Rupiah)
Dummy
= Dummy krisis, variabel dummy yang menunjukkan dua kondisi
berbeda. Krisis global terjadi tahun 2008.Setelah terjadi krisis diberi nilai 1 dan
sebelum terjadi krisis diberi nilai 0.
Model diestimasi dalam bentuk logaritma linear. Maka, persamaan yang
diestimasi adalah sebagai berikut:
LnTBi,t= β0 + β1LnGDP1+ β2 LnGDP2 + β3 LnRERj,i,t + β4 LnMSi,t + β5
Dummy + εi,t
dengan:
Ln TB
= Neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang (%)
Ln GDP1
= GDP per kapita negara mitra dagang (%)
Ln GDP2
= GDP per kapita Indonesia (%)
Ln RER
= Nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah (%)
Ln MS
= Money supply Indonesia (%)
Dummy
= Dummy krisis
b. Pemilihan Model Estimasi
-
Pooled Least Square
PLS merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena
hanya dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam bentuk
pool, dan menggunakan teknik kuadrat terkecil atau least square untuk
mengestimasi koefisiennya. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu
maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku individu tidak berbeda
dalam berbagai kurun waktu. Persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai
berikut: Yit = αi + βXit + uit
dimana :
Yit
= variabel terikat
Xit
= variabel bebas
α
= intersep
β
= slope
u
= error
Kelemahan pendekatan ini adalah dugaan parameter β akan bias, karena PLS
tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau
tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda
(Firdaus 2011).
-
Fixed Effects Model
Asumsi pembuatan model yang menghasilkan intersep konstan untuk setiap
individu (i) dan waktu (t) dianggap kurang realistik sehingga dibutuhkan model
yang lebih dapat menangkap perbedaan tersebut. Model efek tetap (fixed effects),
model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi model Fixed Effects dengan
15
intersep berbeda antar individu, maka digunakan teknik variable dummy. Model
estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable
(LSDV). Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Yit = Ʃ αi Di + βXit + εit
dimana :
Yit
= variabel terikat
Xit
= variabel bebas
α
= intersep model yang berubah-ubah antar unit cross section
β
= slope
D
= peubah dummy
i
= individu ke-i ; dan t = periode waktu ke-t
ε
= error
- Random Effects Model
Dalam mengestimasi data panel dengan model Fixed Effects melalui teknik
LSDV menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasi
masalah ini dapat menggunakan variable residual yang dikenal sebagai model
Random Effects. Pada model ini, akan dipilih estimasi data panel dimana residual
mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Oleh karena itu,
pada model ini diasumsikan bahwa ada perbedaan intersep untuk setiap individu
dan intersep tersebut merupakan variable random. Sehingga dalam model ini
terdapat dua komponen residual, yaitu residual secara menyeluruh, yang
merupakan kombinasi time series dan cross section, dan residual secara
individu yang merupakan karakteristik random dari observasi unit ke-i dan tetap
sepanjang waktu.
Untuk one way error component
Yit = αi + Xitβ+ uit + i
Untuk two one way error
Yit = αi + Xitβ+ uit + i + t
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model efek random. Secara
matematis, asumsi tersebut terdiri dari:
E (uit | Ʈit) = 0
E (uit2 |Ʈit) = σu2
E (Ʈit | xit) = 0 untuk semua i, t
E (Ʈit2 | xit) = σt2
E (uit Ʈj)
= 0 untuk semua i, t,j
E (uit ujs)
= 0 untuk i ≠ j atau t ≠ s
E (uit ujs)
= 0 untuk i ≠ j
Dari semua asumsi di atas, yang paling penting dikaitkan dengan REM
adalah asumsi bahwa nilai harapan dari xit untuk setiap Ʈi adalah 0. Terdapat dua
jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu
between estimator dan Generelized Least Square (GLS) (Firdaus 2011). Tahap
pemilihan metode estimasi dilakukan untuk menentukan model pendekatan yang
terbaik, yakni menggunakan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji LM.
-
Uji Chow
Signifikansi model fixed effects dapat dilakukan dengan Uji Chow atau Uji
statistik F. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel
dengan fixed effects lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy
16
(common effects) dengan melihat residual sum of squares (RSS). Hipotesis
pengujian ini adalah:
Ho : Pooled Least Square
H1 : Fixed Effect Model
Adapun uji F statistiknya adalah sebagai berikut:
F-hitung =
Fu (N–1, NT, N-K)
dimana:
RRSS : residual sum square hasil pendugaan model PLS
URSS : residual sum square hasi pendugaan model fixed effect
N
: jumlah data cross section
T
: jumlah data time series
K
: jumlah variabel penjelas
Dasar penolakan terhadap Ho adalah dengan menggunakan nilai F-hitung.
Jika F-hitung > F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap
H0, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya.
-
Uji Hausman
Untuk mengetahui apakah model fixed effect lebih baik dari model random
effect, digunakan uji Hausman. Dengan mengikuti kriteria Wald, dengan
hipotesis:
Ho : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Dasar penolakan hipotesa nol adalah dengan menggunakan nilai statistic
Hausman dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai stat-H >X2(k),
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model yang
digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. Nilai stat-H didapat dari
persamaan:
H = (βREM – βFEM)’ (MFEM – MREM)-1 (βREM – βFEM) X2 (k)
dimana:
M adalah matriks kovarians untuk parameter β
k adalah degrees of freedom.
Uji LM (Breush – Pagan)
Untuk mengetahui apakah model Random Effects lebih baik daripada model
fixed effects maka dapat menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang
dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Pengujian ini didasarkan pada nilai residual
dari model fixed effects. Hipotesis pengujian ini sebagai berikut:
Ho : Pooled Least Square
H1 : Random Effect Model
Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan stat-LM dan
membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai LM >X2 tabel, maka cukup
bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, begitu pula sebaliknya.
-
c. Kriteria Uji
Setelah mendapatkan parameter estimasi yang dianggap sesuai, maka
dilakukan tiga uji kriteria terhadap parameter tersebut, yaitu uji statistik, uji
ekonometrika, dan uji ekonomi. Uji statistik digunakan untuk menganalisis
kesesuaian model regresi yang diperoleh. Uji ekonometrika adalah memastikan
17
model bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), dan uji ekonomi
dilakukan dengan mencocokan tanda variabel bebas dengan teori ekonomi.
-
Uji Statistik
Uji statistik terdiri dari nilai koefisien determinasi, Uji F, dan Uji T.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian dapat menjelakan
variabel terikat. Nilai R2 berkisar 0< R2 F tabel, tolak H0 maka model signifikan. Sebaliknya, jika F hitung < F
tabel, maka model tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi
(%) akan lebih besar dari alpha.
Uji T atau uji parsial, yaitu untuk menguji pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat. Uji T dapat dilakukan dengan mambandingkan thitung dengan t-tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing
t-hitung.
-
Uji Ekonometrika
Tujuan uji ekonometrika adalah memastikan model bersifat BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator), uji ekonometrika terdiri dari uji asumsi normalitas
dan bebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas.
Tujuan asumsi normalitas untuk melihat apakah error term mendekati
distribusi normal atau tidak. Uji Jarque Bera dapat menjelaskan uji normalitas,
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0
μ α = 0 (error term terdistribusi normal)
H1
μ α ≠ 0 (error term tidak terdistribusi normal)
Jika probabilitas (p-nilai) > taraf nyata (α), maka terima H0 yang berarti
residual (error term) terdistribusi normal.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Ada beberapa
metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer,
Melihat pola grafik regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman.
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi
yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi.
Indikasi multikolinearitas dapat dilihat dengan tolerance nilai (TOL), eigennilai,
dan yang paling umum digunakan adalah varians inflation factor (VIF). Nilai
toleransi kurang dari satu atau VIF lebih besar dari 10 menunjukkan
multikolinearitas signifikan, dan R2 model dianggap mengindikasikan adanya
18
multikolinearitas. Jika VIF lebih besar dari 1/(1 – R2) atau nilai toleransi kurang
dari (1 – R2), maka multikolinearitas dapat dianggap signifikan secara statistik.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi.
Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak,
yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti
tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti.
- Uji Ekonomi
Uji ekonomi dilakukan dengan mencocokan tanda variabel bebas dengan teori
ekonomi. Jika sesuai teori ekonomi mengenai pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat, maka model dapat dikatakan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan
Tiga Mitra Dagang Utama
Analisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN
dan tiga mitra dagang utama dilakukan dari tahun 2008 sampai 2012, tujuannya
menganalisis neraca perdagangan Indonesia pasca krisis global. Berikut Tabel 3
neraca perdagangan Indonesia dengan ketujuh mitra dagang.
Tabel 3 Neraca perdagangan total produk Indonesia dengan mitra dagang tahun
2008 sampai 2012
(Nilai : Juta US$)
Tahun
Trend
No
Negara
2008
2009
2010
2011
2012
(%)
1 Malaysia
-2.489
1.123
713
590
-963
0,00
2 Philiphina
1.298
1.861
2.474
2.846
2.907
22,60
3 Singapore
-8.927
-5.287
-6.517
-7.52
-8.952
0,00
4 Thailand
-2.673
-1.379
-2.904
-4.508
-4.802
18,67
5 China
-3.61
-2.502
-4.731
-3.271
-7.727
0,00
6 Jepang
12.615
8.731
8.816
14.278
7.367
-5,67
7 US
5.156
3.766
4.867
5.645
3.271
57,64
Sumber: Kemendag 2013 (diolah)
19
Berdasarkan Tabel 3 trend neraca perdagangan tertinggi antara 2008 dan
2012 yaitu Indonesia dengan Amerika sebesar 57.64 persen. Hal ini dikarenakan,
permintaan impor Amerika sebagian besar berupa produk tekstil dan garmen,
produk pertanian seperti karet, kopi, kakao, produk kayu dan furniture. Produk
tersebut merupakan produk unggulan ekspor Indonesia, sehingga Indonesia
mampu memenuhi demand Amerika. Peringkat kedua hubungan dagang
Indonesia dengan Philiphina sebesar 22.60 persen, selanjutnya Thailand 18.67
persen.
Gambar 11 menjelaskan nilai ekspor Indonesia ke Amerika berdasarkan
komoditi utama tahun 2008 sampai 2012. Karet dan garmen mendominasi ekspor
Indonesia ke Amerika, rata-rata ekspor karet dari tahun 2008 sampai 2012 adalah
2.435.282 ribu US$ per tahun dan rata-rata ekspor garmen adalah 2.569.714 ribu
US$ per tahun.
Nilai ekspor
(ri
TRADE BALANCE INDONESIA DENGAN ASEAN DAN
TIGA MITRA DAGANG UTAMA
SRI NURHAYATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra
Dagang Utama adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Sri Nurhayati
NIM H14090023
ABSTRAK
SRI NURHAYATI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Trade Balance
Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama. Dibimbing oleh
Widyastutik, M. Si.
Neraca perdagangan merupakan variabel pembentuk pendapatan nasional,
saat terjadi krisis 2008 kontribusi neraca perdagangan menyumbang nilai tertinggi
dengan nilai 40 persen. Namun, periode 2003 sampai 2012 neraca perdagangan
Indonesia dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama masih memiliki trendline
yang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan neraca
perdagangan Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang
utama periode 2003 sampai 2012, dengan menggunkan panel data, data time seris
tahunan dari tahun 2003 sampai 2012 dan data cross section (Indonesia,
Singapore, Malaysia, Philiphina, Thailand, China, Jepang, dan Amerika). Variabel
yang digunakan adalah variabel GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra
dagang, nilai tukar riil, money supply Indonesia, dan dummy krisis. Berdasarkan
hasil estimasi, semua variabel sesuai dengan hipotesis penelitian dan berpengaruh
terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Kata kunci: Neraca perdagangan, panel data, nilai tukar.
ABSTRACT
SRI NURHAYATI. Analysis of Factors Influencing Indonesia’s Trade Balance
with ASEAN and Three Main Trade Partners. Supervised by Widyastutik, M. Si.
Trade balance is a variable which forms the national income. During 2008
crisis, trade balance contributes the highestvalue, which is 40 percent. But during
periods 2003 until 2012, Indonesia’s trade balance with ASEAN and three main
trade partners remains a decreasing trend line. This study aims to analyze the
development of Indonesia’s trade balance and analyze factors influencing
Indonesia’s trade balance with ASEAN and three main trade partners for period
2003 until 2012, the analysis method used in this study is panel data method, with
an annual time series data from 2003 until 2012 and cross section data
(Indonesia, Singapore, Malaysia, Philiphina, Thailand, China, Jepang, dan
Amerika). Variables used are GDP per capita of Indonesia, GDP per capita of
trade partners, rill exchange rate, Indonesia’s money supply, and crisis as a
dummy variable. The estimation shows that all variables significantly influence
Indonesia’s trade balance and have an impact which is consistent with the studies
hypothesis.
Keywords: trade balance, panel data, exchange rate.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
TRADE BALANCE INDONESIA DENGAN ASEAN DAN
TIGA MITRA DAGANG UTAMA
SRI NURHAYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangugnan
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Nama
NIM
Trade
Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama
: Sri Nurhayati
: H 14090023
Disetujui oleh
Widyastutik, M. Si.
Pembimbing
Diketahui oleh
-L
M.Ec.
Tangga1 Lulus:
0 4 OCT 2013
Balance
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Trade Balance
Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama
Nama
: Sri Nurhayati
NIM
: H14090023
Disetujui oleh
Widyastutik, M. Si.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Analisis
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan
Tiga Mitra Dagang Utama.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Widyastutik, M. Si. selaku dosen
pembimbing, serta seluruh dosen Departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah
banyak membantu selama proses penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya, serta teman-teman IPB, khususnya Ilmu Ekonomi 46 yang telah
membantu dan memberi dukungan. Tidak lupa terima kasih disampaikan kepada
seluruh sahabat atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Sri Nurhayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Pemikiran
Bagan Kerangka Pemikiran
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis dan Pengolahan Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia
Estimasi Data Panel
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
viii
ix
1
1
5
7
7
7
7
10
11
12
12
12
13
18
18
24
30
30
31
32
34
42
DAFTAR TABEL
1 Perbandingan perdagangan intra-ASEAN terhadap perdagangan extraASEAN
2 Sumber data yang digunakan
3 Neraca perdagangan total produk Indonesia dengan mitra dagang tahun
2008 sampai 2012
4 Neraca perdagangan migas Indonesia dengan mitra dagang tahun20082012
5 Neraca perdagangan non-migas Indonesia dengan mitra dagang tahun
2008-2012
6 Uji chow
7 Hasil estimasi model panel data dengan pendekatan fixed effect
3
12
19
21
23
24
24
DAFTAR GAMBAR
1 Sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran 2004-2012
(persen)
2 Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP tahun 2004 sampai 2012
3 Neraca perdagangan Indonesia terhadap Dunia 2003-2012
4 Nilai ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012
5 Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012
6 Neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN tahun 2003 sampai
2012
7 Neraca perdagangan Indonesia dengan China tahun 2004-2012
8 Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika tahun 2003
sampai 2012
9 Pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan
10 Hubungan money supply terhadap tingkat inflasi
11 Nilai ekspor Indonesia ke Amerika berdasarkan komoditi tahun 2008
sampai 2012
12 Nilai rata-rata impor Jepang berdasarkan negara tahun 2001 sampai
2012
13 Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke Jepang berdasarkan komoditi tahun
2008 sampai 2012
14 Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN berdasarkan komoditi tahun 2001
sampai 2012
15 Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke Thailand berdasarkan komoditi
tahun 2001 sampai 2012
16 Nilai ekspor Indonesia ke China berdasarkan komoditi utama tahun
2008 sampai 2012
17 Neraca perdagangan Indonesia berdasarkan sektor 2004-2012
18 Nilai GDP per kapita ASEAN tahun 2003 sampai 2012
19 Nilai ekspor ASEAN ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012
20 Nilai GDP per kapita China dan Amerika tahun 2003 sampai 2012
21 Nilai GDP per kapita Jepang tahun 2003 sampai 2012
22 Nilai ekspor tiga mitra dagang utama ke Indonesia tahun 2003 sampai
2012
23 Nilai GDP per kapita Indonesia tahun 2003 sampai 2012
24 Nilai tukar 2004-2012 (Rp/USD)
25 Nilai money supply tahun 2003 sampai 2012 (miliar rupiah)
26 Rata-rata nilai neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang
berdasarkan sektor tahun 2008 sampai 2012
1
2
3
4
4
5
6
6
9
10
19
20
20
21
22
22
23
26
26
26
27
27
28
29
29
30
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Statistik deskriptif variabel yang digunakan
Hasil uji normalitas
Korelasi antar variabel
Hasil estimasi panel data
Data variabel terikat dan variabel bebas
34
34
34
35
36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia (persen)
Neraca perdagangan (trade balance) merupakan bagian dari transaksi
berjalan (current account), menghitung net trade dari barang yang merupakan
selisih ekspor dan impor. Jika ekspor lebih besar dari impor maka neraca
perdagangan akan positif, begitu juga sebaliknya jika ekspor impor lebih besar
dari ekspor maka neraca perdagangan akan negatif. Neraca perdagangan
menggambarkan perekonomian suatu negara dan pola perdagangan sebagaimana
tergambarkan dalam perdagangan internasionalnya (Napoline 2009).
Setelah krisis global melanda neraca perdagangan Indonesia masih menjadi
sumber pertumbuhan utama (BPS 2012). Sebelum terjadi krisis, yaitu tahun 2007
sampai 2008 pertumbuhan neraca perdagangan sebesar 0.1 persen sedangkan
pertumbuhan neraca perdagangan setelah krisis global, tahun 2008 ke tahun 2009
meningkat 0.5 persen. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Nilai pengeluaran impor, ekspor dan nilai neraca perdagangan
periode 2004 sampai 2012 cenderung fluktuatif. Hal tersebut disajikan pada
Gambar 1, yaitu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran
periode 2004 sampai 2012.
15
10
5
0
-5
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-10
-15
Tahun
Ekspor
Impor
Trade Balance
Gambar 1 Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran
2004-2012 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah)
Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP tahun 2004 sampai 2012
dijelaskan oleh Gambar 2. Tahun 2008, yaitu dimana terjadi krisis global
kontribusi neraca perdagangan menyumbang nilai tertinggi dari sisi pengeluaran
dengan nilai 40 persen, hal ini disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dollar
yang mencapai 12.300. Depresiasi rupiah menghambat permintaan barang dan
jasa dari luar negeri karena harga produk impor akan lebih mahal dari harga
produk domestik akibatnya produk domestik berdaya saing tinggi yang akhirnya
akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Neraca perdagangan tahun
2008 memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia
karena hampir 50 persen pendapatan nasional dibentuk oleh neraca perdagangan.
Neraca perdagangan merupakan variabel pembentuk pendapatan nasional,
jadi jika neraca perdagangan meningkat maka akan terjadi peningkatan pada
2
Kontribusi TB
Indonesia (persen)
pendapatan nasional namun jika neraca perdagangan menurun akan menyebabkan
penurunan pendapatan nasional. Pendapatan nasional merupakan ukuran
kemakmuran suatu negara, oleh karena itu untuk mencapai kemakmuran neraca
perdagangan Indonesia diproyeksikan meningkat setiap tahunnya.
50
40
30
20
10
0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 2 Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP Indonesia tahun
2004 sampai 2012
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah)
Neraca perdagangan Indonesia dengan dunia tahun 2003 sampai 2012
memiliki trendline yang fluktuatif dapat dilihat dalam Gambar 3. Tahun 2006 dan
2007 merupakan nilai terbaik neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia yaitu
3.973.3151 US$ dan 3.9627.444 US$. Namun, tahun 2007 ke 2008 mengalami
penurunan drastis menjadi 7.776.374 US$, hal ini disebabkan oleh krisis di
Amerika yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit
perumahan (subprime mortgage default), krisis kemudian menggelembung
merusak sistem perbankan bukan hanya di Amerika namun meluas hingga ke
Eropa lalu ke Asia. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2008
negatif 0.7 persen (IMF 2012).
Tahun 2012, neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia merupakan nilai
terendah yaitu, -1.659.069 US$, penyebabnya adalah impor Indonesia masih
didominasi oleh impor barang modal dan bahan baku penolong untuk mendukung
proses produksi. Pada akhirnya, impor bahan baku ini akan diolah dan di ekspor
kembali. Komposisi barang impor non migas berupa bahan baku penolong
industri yaitu sebesar 103.4 miliar US$, diikuti barang modal 28.5 miliar US$,
dan barang konsumsi 9.9 miliar US$. Komposisi barang ekspor non migas
Indonesia yang terbesar yaitu industri sebesar 86.9 miliar US$, selanjutnya
pertanian 23.2 miliar US$, dan pertambangan empat miliar US$. Untuk komposisi
barang impor migas berupa minyak mentah, hasil minyak, dan gas Indonesia
harus membayar 30.9 miliar US$ lebih besar dari kemampuan Indonesia untuk
mengekspor migasnya yang hanya 28.6 miliarUS$ (BPS 2012).
3
Nilai Trade Balance
(ribu US$)
30000000
20000000
10000000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-10000000
Tahun
Gambar 3 Neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia 2003-2012
Sumber: Trade Map 2013
Untuk kawasan perdagangan regional, ASEAN merupakan kekuatan
regional kedua terbesar setelah Uni Eropa, terbukti dari kehadiran sekitar 1.000
pelaku bisnis global dalam ASEAN Business and Invesment Summit, di
Konferensi Tingkat Tinggi Ke-19 ASEAN di Bali, 16-19 November 2011.
Seperempat nilai perdagangan dunia berlangsung di kawasan ASEAN. Hal itu
bisa dilihat dari besarnya kontribusi perdagangan intra-ASEAN terhadap
perekonomian global tahun 2000 sampai 2011 (Tabel 1).
Tabel 1 Perbandingan perdagangan intra-ASEAN terhadap perdagangan extraASEAN
Trade (ribu
US$)
Total trade
%
Intra-ASEAN
%
Extra-ASEAN
%
2000
759
21.8
166
25.8
593
20.7
2003
824
15.5
206
29.3
618
11.5
2006
1404
70.4
352
70.6
1052
70.3
2007
1610
14.7
401
13.9
1209
14.9
2008
1710
6.2
458
14
1252
3.6
2009
1536
-10.2
376
-17.9
1160
-7.34
2010
2042
32.92
519
38.14
1523
31.23
2011
2388
16.93
598
15.1
1790
17.56
Ratarata
19.9
22.5
19.2
Sumber: Kementrian Perindustrian 2013
Berdasarkan Tabel 1 perdagangan intra-ASEAN tahun 2000 sampai 2008
tumbuh lebih kuat daripada perdagangan extra-ASEAN. Total perdagangan
ASEAN 2000 sampai 2008 tumbuh rata-rata 19.9 persen dengan peran
perdagangan intra-ASEAN yang relatif konstan pada level 22.5 persen,
menunjukkan arti penting pasar ASEAN terhadap sesama anggotanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selain ASEAN, China
mendominasi perdagangan bilateral Indonesia, China menduduki peringkat
pertama sebagai negara tujuan ekspor Indonesia diikuti Jepang dan Amerika.
Berdasarkan negara, pangsa pasar ekspor terbesar Indonesia hingga Agustus 2012
adalah China dengan nilai 13.37 miliar dollar AS, posisi kedua ditempati Jepang
dengan nilai 12.57 miliar dollar AS, serta AS pada posisi tiga 9.9 miliar dollar AS.
Nilai ekspor Indonesia ke Jepang dan China merupakan nilai tertinggi dari
tahun 2001 sampai 2012 untuk kawasan Asia. Rata-rata nilai ekspor Indonesia ke
Jepang dan China tahun 2001 sampai 2012 berturut-turut adalah 21.165.429 ribu
US$ dan 10.135.105 ribu US$, dengan pangsa ekspor Indonesia ke Jepang sebesar
4
Nilai ekspor
(Ribu US$)
45.79 persen dan pangsa ekspor Indonesia ke China sebesar 21.93 persen. Nilai
ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012 disajikan dalam Gambar 4.
35000000
Jepang
25000000
China
15000000
Republic of
Korea
India
5000000
-5000000
Saudi Arabia
Tahun
Gambar 4 Nilai ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012
Sumber: Trade Map 2013
Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012 (Gambar 5) juga
didominasi oleh Jepang dengan rata-rata 21.165.429,08 ribu US$, diikuti oleh
nilai ekspor ke Amerika dengan rata-rata 11.164.705,17 ribu US$. Pangsa ekspor
Indonesia ke Jepang sebesar 52.26 persen dan pangsa ekspor ke Amerika sebesar
27.56 persen.
Nilai ekspor
(Ribu US$)
35000000
Jepang
25000000
Amerika
15000000
Australia
Netherlands
5000000
Germany
-5000000
Tahun
Gambar 5 Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012
Sumber: Trade Map 2013
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan dapat disimpulkan
neraca perdagangan sangat penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu relevan dilakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan Indonesia apabila ditinjau dari perdagangan Indonesia dengan
ASEAN dan tiga mitra dagang utama.
5
Rumusan Masalah
TB Indonesia terhadap
ASEAN (Ribu US$)
Indonesia memiliki komitmen di ASEAN yaitu ASEAN Free Trade Area
(AFTA) yang merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN untuk
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya
saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai
basis produksi dunia yang dirumuskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN ke IV di Singapore tahun 1992. Kawasan ASEAN menjadi pasar terbuka
yang berbasis produksi dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak
bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat keunggulan komparatif dan
kompetitif yang berbeda antar negara anggota ASEAN akan berpengaruh terhadap
keberhasilan negara anggota ASEAN. Indonesia merupakan negara terbesar di
ASEAN, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat intregasi regional. Namun,
peluang ini ternyata belum dimanfaatkan oleh Indonesia, hal ini ditunjukkan oleh
neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN tahun 2003-2012 memiliki
trendline yang menurun (Gambar 6).
1000000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-4000000
-9000000
-14000000
Tahun
Gambar 6 Neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN tahun 2003
sampai 2012
Sumber: Trade Map 2013
Selain ASEAN, Indonesia juga menjalin kerjasama dengan China. China
merupakan negara berkembang di Asia yang perkembangan ekonominya cukup
pesat dan mampu mempertahankan pertumbuhan yang tinggi dibanding negaranegara lainnya, sehingga posisi China cukup penting dalam perekonomian global.
Disamping itu, pasar China cukup besar dan potensial sehingga akan saling
menguntungkan apabila dapat dijalin kerjasama diberbagai sektor ekonomi,
karena disamping memiliki kemampuan investasi yang tinggi, China juga
membutuhkan bahan baku penolong dan barang modal untuk menggerakkan
sektor industrinya. Sehingga dibentuklah wujud kesepakatan kerjasama
perdagangan Indonesia dengan China dimulai pada 29 November 2004, yakni
Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA).
Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) berisi penghapusan tarif
menjadi nol persen untuk 8.654 pos tarif. Perjanjian Perdagangan Bebas ASEANChina (ACFTA), pada akhirnya menjadi penyebab banjirnya produk impor
khususnya asal China. Daya saing produk Indonesia lebih rendah dibandingkan
produk China karena harga produk China relatif lebih murah, sehingga
masyarakat lebih memilih produk dari China. Hal ini dapat memperburuk kinerja
6
Nilai Trade Balance
(Ribu US$)
neraca perdagangan Indonesia terhadap China. Kemerosotan neraca perdagangan
Indonesia akibat ACFTA dijelaskan dalam Gambar 7.
2000000
0
-2000000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-4000000
-6000000
-8000000
Tahun
Gambar 7 Neraca perdagangan Indonesia dengan China tahun 2004-2012
Sumber: Trade Map 2013
Nilai Trade Balance
(Ribu US$)
Hubungan dagang Indonesia dengan Jepang dapat dilihat dari keberadaan
kurang lebih 1000 perusahaan Jepang beroperasi di Indonesia. Perusahaanperusahaan tersebut memerkerjakan lebih dari 32 ribu pekerja Indonesia yang
menjadikan Jepang sebagai negara penyedia lapangan kerja nomor satu di
Indonesia (BKPM 2012). Perjanjian perdagangan Indonesia dengan Amerika
Serikat dimulai pada tahun 1960, yaitu Agricultural Commodities Agreement
Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the
United States of America, perjanjian ini bertempat di Jakarta (Deplu 2012).
Perjanjian perdagangan yang terjalin antara Indonesia dengan Jepang dan
Amerika tidak terlalu memperburuk neraca perdagangan Indonesia sebagaimana
terjadi antara Indonesia dengan China. Neraca perdagangan Indonesia dengan
Jepang dan Amerika tidak mengalami defisit selama periode 2003 sampai 2012.
Fluktuatif neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika disajikan
dalam Gambar 8.
20000000
15000000
Jepang
Amerika
10000000
5000000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
Gambar 8 Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika
Sumber: Trade Map 2013
Perjanjian perdagangan Indonesia dengan mitra dagang memberikan
dampak positif dan negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia, namun
perjanjian perdagangan ini dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk
memperbaiki perekonomian dengan meningkatkan ekspor. Jika ekspor Indonesia
meningkat, maka akan memperbaiki kinerja neraca perdagangan. Oleh karena itu,
perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan agar neraca
7
perdagangan tetap stabil dan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Dari penjelasan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara
ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, Amerika)?
2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dengan
ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012 dan
bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut?
Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negaranegara ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, Amerika).
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia
dari ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi kehidupan yang lebih baik.
Manfaat tersebut diantaranya:
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat, pemerintah, maupun penelitipeneliti selanjutnya mengenai perkembangan neraca perdagangan Indonesia
dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama.
2. Memberikan informasi dan analisis terkait faktor-faktor yang memengaruhi
neraca perdaganganIndonesia dari ASEAN dan tiga mitra dagang utama
periode 2003 sampai 2012.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan total produk Indonesia dengan ASEAN (Singapore, Malaysia,
Philiphina, Thailand) dan tiga negara mitra dagang utama (China, Jepang, dan
Amerika) untuk periode 2003 sampai 2012. Penelitian ini tidak membahas neraca
perdagangan jasa.
TINJAUAN PUSTAKA
Model umum analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan
Indonesia ini dibentuk oleh variabel GDP per kapita mitra dagang, GDP per
kapita Indonesia, nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, money supply
Indonesia, dan dummy krisis. Sebagian besar penelitian menjelaskan bahwa
neraca perdagangan dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara asal yang
diproyeksikan oleh GDP, pendapatan negara tujuan ekspor, dan nilai tukar riil.
Tetapi terdapat pula penelitian yang menggunakan variabel lain, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Waliullah et al. (2010) yang menggunakan money supply
negara asal. Penelitian oleh Yuniarti (2007) yang menggunakan Gravity Model
8
dengan menambahkan populasi dan jarak sebagai variabel dependennya.
Penelitian Bakhromov (2011), menambahkan volatility exchange rate.
Selanjutnya, penelitian Khan (2010) menggunakan variabel GDP dan GNI sebagai
variabel dependen.
Produk Domestik Bruto (GDP) pe rkapita adalah nilai pasar semua barang
dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu
dibagi dengan jumlah penduduk. Identitas pos pendapatan nasional adalah
konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor neto (Mankiw, 2007).
Berdasarkan identitas pos pendapatan nasional jika terjadi peningkatan jumlah
ekspor neto maka jumlah pendapatan nasional (GDP) akan bertambah pula.
Berikut ini persamaan matematis pembentuk GDP:
GDP = C + I + G + NX
dimana: GDP = jumlah pendapatan nasional
C
= konsumsi rumah tangga
I
= investasi
G
= pembelian pemerintah
NX
= ekspor netto
Penelitian-penelitian terdahulu sebagian besar hanya menggunakan GDP
negara asal, namun penelitian analisis neraca perdagangan Indonesia ini
menambahkan GDP negara tujuan dalam variabel dependen, dengan tujuan
melihat pengaruh GDP dari sisi permintaan dan sisi penawaran. GDP negara
eksportir umumnya memiliki pengaruh positif terhadap neraca perdagangan,
dimana GDP dari negara eksportir mengukur kapasitas produksi dari negara
tersebut, sementara GDP dari negara importir mengukur kapasitas absorpsi
Yuniarti (2007). Selanjutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Duasa
(2007), GDP negara importir berpengaruh negatif, menurut pendapatnya jika GDP
meningkat maka kemampuan meningkatkan produksi dan kapasitas ekspornya
meningkat. Maka, variabel GDP per kapita Indonesia diperkirakan memiliki
hubungan yang positif terhadap neraca perdagangan Indonesia, sedangkan
variabel GDP per kapita mitra dagang memiliki hubungan negatif terhadap neraca
perdagangan Indonesia.
GDP per kapita Indonesia menunjukkan kapasitas produksi Indonesia,
semakin besar GDP per kapita Indonesia maka semakin tinggi output barang dan
jasa sehingga akan terjadi peningkatan kapasitas ekspor dan akan memperbaiki
neraca perdagangan Indonesia. Sedangkan, GDP per kapita mitra dagang
menunjukkan kapasitas produksi mitra dagang, semakin besar GDP per kapita
mitra dagang semakin tinggi output barang dan jasa sehingga akan terjadi
peningkatan kapasitas ekspor mitra dagang dan akan menurunkan impor mitra
dagang dari Indonesia, selanjutnya akan berdampak terhadap penurunan neraca
perdagangan Indonesia.
Nilai tukar riil merupakan variabel penting dalam perdagangan internasional
karena memengaruhi daya beli konsumen untuk barang atau jasa negara lain. Nilai
tukar merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau dikenal
dengan kurs. Determinan nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas
jangka panjang dan jangka pendek. Determinan jangka panjang meliputi perilaku
tingkat harga relatif, preferensi dan pengembangan produk, perilaku produktivitas,
tarif dan kuota. Dalam jangka pendek, determinannya adalah aliran modal, hasil
yang diharapkan dari investasi, dan tingkat bunga (Puspopranoto 2004).
9
Berdasarkan penelitian Kim-sen Liew et al. (2003) dalam Waliullah et al.
(2010) untuk analisis neraca perdagangan ASEAN-5, menunjukkan bahwa neraca
perdagangan lebih besar dipengaruhi oleh nilai tukar riil daripada nilai tukar
nominal. Analisis neraca perdagangan Indonesia ini menggunakan nilai tukar riil
mitra dagang yang merupakan hasil perhitungan dari rasio Consumer Price Index
negara tujuan terhadap Consumer Price Index negara asal dikali nilai tukar
nominal. Nilai tukar riil dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap
neraca perdagangan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010), dan
Duasa (2007), serta berpengaruh positif dalam jangka panjang, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Bakhromov (2011), dan Waliullah et al. (2010).
Berdasarkan J-curve hypothesis, depresiasi nilai tukar riil akan
meningkatkan kinerja neraca perdagangan sedangkan appresiasi akan menurunkan
kinerja neraca perdagangan. Namun demikian, terdapat efek tunda dimana setelah
terjadinya depresiasi nilai tukar riil maka biasanya neraca perdagangan akan
memburuk terlebih dahulu dan baru akan membaik setelah beberapa bulan
kemudian (Napoline 2009). Maka, depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan
ekspor. Analisis neraca perdagangan ini menggunakan nilai tukar riil mitra
dagang terhadap rupiah, jika nilai tukar mitra dagang terdepresiasi daya saing
produk ekspor mitra dagang meningkat, maka terjadi kapasitas ekspornya, disisi
lain impor Indonesia dari mitra dagang juga meningkat akhirnya akan
berpengaruh terhadap penurunan neraca perdagangan Indonesia. Pengaruh
depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan dijelaskan pada Gambar 9.
TB(+)
T3
0
-1
-2
T1
Gambar 9
T2
Time
T1 = Posisi defisit
T2 = Posisi defisit berkurang
T3 = Posisi surplus
Pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca
perdagangan
Sumber: Hady 2004
Jumlah uang beredar (money supply) diukur atas dasar tiga pendekatan, yaitu
uang dalam arti sempit (narrow money, M1) terdiri atas uang kartal dan uang
giral, uang dalam arti luas (broad money, M2) meliputi M1 ditambah dengan uang
kuasi, yaitu deposito berjangka (time deposits) milik penduduk dalam rupiah dan
valuta asing pada Bank Umum. Uang dalam arti paling luas (M3) merupakan
penjumlahan dari M2 dengan semua simpanan pada lembar keuangan lain
(nonbank).
Money supply dalam penelitian yang dilakukan oleh Waliullah et al. (2010),
dan Duasa (2007) berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan. Bila jumlah
uang beredar di suatu negara meningkat lebih cepat dibanding kemampuannya
dalam menambah produksi barang dan jasa dan terus berlangsung selama jangka
10
waktu tertentu, terjadilah inflasi. Inflasi ialah kenaikan tingkat harga umum yang
terus menerus di suatu negara (Puspopranoto 2004). Sebab terjadi inflasi adalah
kenaikan yang berlebihan dari belanja barang dan jasa. Pada keadaan Inflasi, daya
saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena
harga barang ekspor semakin mahal, akibatnya ekspor lebih besar daripada impor,
maka hal ini akan memperburuk neraca perdagangan.
Pengaruh money supply terhadap tingkat inflasi juga dijelaskan oleh teori
kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang satu persen menyebabkan
kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi (Mankiw 2007). Pengaruh money
supply terhadap tingkat inflasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Tingkat
Inflasi
0
Money supply
MS
Gambar 10 Hubungan money supply terhadap tingkat inflasi
Sumber: Mankiw 2007
Dummy variable sebagai sebuah variabel nominal yang digunakan di dalam
regresi berganda dan diberi kode 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan kelompok yang
tidak mendapat sebuah perlakuan dan 1 menunjukkan kelompok yang mendapat
perlakuan. Kekurangan menggunakan teknik dummy adalah dapat mengurangi
derajat bebas yang cukup besar (Juanda 2009). Penelitian ini menambahkan
variabel dummy krisis, penggunaan variabel ini didasari oleh krisis global yang
terjadi tahun 2008. Setelah terjadi krisis diberi nilai 1 dan sebelum terjadi krisis
diberi nilai 0. Krisis global berdampak buruk terhadap kinerja neraca
peradagangan Indonesia, sehingga variabel dummy krisis diperkirakan akan
berkorelasi negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Pasca krisis 2008, neraca perdagangan merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi utama yaitu meningkat 0.5 persen (BPS 2012). Indonesia merupakan
salah satu anggota ASEAN yang memiliki peluang untuk meningkatkan neraca
perdagangan, namun peluang ini belum dimanfaatkan dengan baik karena neraca
perdagangan Indonesia-ASEAN cenderung menurun periode 2003 sampai 2012.
Oleh karena itu, perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca
perdagangan Indonesia.
Indonesia juga tergabung dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang
merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan. Selain itu, kesepakatan kerjasama Indonesia terjalin
dengan tiga mitra dagang utama, yaitu China, Jepang, dan Amerika Serikat. Maka,
11
dapat dibuat rumusan masalah mengenai perkembangan neraca perdagangan
Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama, serta
analisis faktor-faktor apa yang memengaruhi neraca perdagangan tahun 2003
sampai 2012. Tujuannya, menganalisis perkembangan neraca perdagangan
Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan
Indonesia terhadap ASEAN dan tiga mitra dagang utama. Analisis faktor-faktor
yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia periode 2003 sampai 2012
dibentuk oleh variabel GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang,
nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, money supply Indonesia, dan variabel
dummy krisis.
Bagan Kerangka Pemikiran
Pasca krisis 2008, neraca perdagangan
merupakan
sumber
pertumbuhan
ekonomi utama (BPS 2012)
Untuk
kawasan
perdagangan
regional,
ASEAN
merupakan
kekuatan regional kedua terbesar
setelah Uni Eropa
Selain dengan negara-negara ASEAN, pangsa pasar
ekspor terbesar Indonesia hingga Agustus 2012 adalah
China dengan nilai 13.37 miliar dollar AS, Jepang
dengan nilai 12.57 miliar dollar AS, serta AS 9.9 miliar
dollar AS.
Namun, neraca perdagangan Indonesia terhadap
ASEAN dan tiga mitra dagang utama 2003-2012
cenderung defisit
Analisis neraca perdagangan Indonesia
2003-2012
Bagaimana perkembangan neraca
perdagangan Indonesia dengan
negara-negara ASEAN dan tiga
mitra dagang utama.
Rekomendasi
kebijakan
Analisis
faktor-faktor
yang
memengaruhi neraca perdagangan
Indonesia 2003-2012
Variabel yang digunakan: GDP
per kapita Indonesia, GDP per
kapita mitra dagang, nilai tukar
riil mitra dagang terhadap
rupiah, money supply Indonesia,
dan variabel dummy.
12
Hipotesis
Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu mengenai
analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan, maka dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
1. GDP per kapita Indonesia berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan
Indonesia.
2. GDP per kapita mitra dagang berpengaruh negatif terhadap neraca
perdagangan Indonesia.
3. Nilai tukar riil, yang merupakan rasio Indeks Harga Konsumen mitra dagang
terhadap Indeks Harga Konsumen Indonesia dikali nilai tukar nominal,
berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
4. Money supply Indonesia berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan
Indonesia.
5. Variabel dummy berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
menggunakan data panel, yaitu gabungan data deret waktu (time series) dan data
deret lintang (cross section). Data time series yang digunakan adalah data tahunan
dari tahun 2003 sampai 2012. Periode tersebut digunakan untuk menghilangkan
efek krisis moneter Indonesia yang memengaruhi perdagangan internasional. Data
cross section yang digunakan dari sembilan negara, terdiri dari ASEAN
(Indonesia, Singapore, Malaysia, Philiphina, dan Thailand), tiga mitra dagang
utama Indonesia (China, Jepang, dan Amerika Serikat).
Data yang digunakan adalah data yang mendukung variabel dalam model
dan studi pustaka yang diperoleh dari kumpulan jurnal, skripsi, thesis, artikel, dan
buku-buku yang relevan sebagai sumber literatur penelitian. Tabel 2 menunjukkan
sumber data yang digunakan.
Tabel 2 Sumber data yang digunakan
Data
Sumber
Neraca perdagangan
Indeks Harga Konsumen
GDP per Kapita
Money Supply
Nilai Tukar Nominal
Trademap
International Monetary Fund (IMF)
International Monetary Fund (IMF)
Badan Pusat Statistik (BPS)
Bank Indonesia
13
Metode Analisis dan Pengolahan Data Panel
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia
dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, dan Amerika
Serikat) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data panel, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010). Data panel adalah data yang
diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang kali pada unit individu
yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, akan diperoleh gambaran
tentang perilaku beberapa objek tersebut selama beberapa periode waktu (Juanda
dan Junaidi 2012). Analisis regresi dengan menggunakan data panel mempunyai
beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan menggunakan analisis regresi data
panel antara lain:
1. Mengatasi masalah heterogenitas individu (individual heterogeneity);
2. Memberikan data yang lebih informatif, mengurangi masalah kolinieritas
pada variabel, mengatasi masalah penghilangan variabel (ommited variabel),
dan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar;
3. Memelajari perubahan yang bersifat dinamis (dynamics of adjustment);
4. Dapat mengidentifikasi dan menghitung efek yang tidak dapat dilakukan
pada analisis time series atau cross section murni;
5. Dapat mengurangi bias dalam pengestimasian karena data cukup banyak.
Namun, kelebihan penggunaan data panel juga diikuti oleh keterbatasan.
Beberapa keterbatasan data panel adalah sebagai berikut:
1. Proses pengumpulan data sulit, meliputi permasalahan cakupan serta
nonrespon.
2. Data panel mikro biasanya hanya tersedia dengan series yang pendek. Hal ini
berarti bahwa penggambaran fenomena sangat bergantung pada jumlah
individu yang cenderung tak terhingga.
Model regresi data panel yang umumnya digunakan terdapat tiga macam,
yaitu Pooled Least Square, Fixed Effects Model, dan Random Effects Model.
Metode analisis panel data terdiri dari perumusan model, pemilihan metode
estimasi, uji kriteria, dan analisis hasil estimasi. Selain itu, di dalam melakukan
pengolahan data panel terdapat juga kriteria pembobotan yang berbeda-beda yaitu
No weighting (semua observasi diberi bobot sama), Cross section weight (GLS
dengan menggunakan estimasi varians residual cross section, digunakan apabila
ada asumsi terdapat cross section heteroskedasticity), dan Seemingly
Uncorrelated Regression/SUR (GLS dengan menggunakan covariance matrix
cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun
autokorelasi antar unit cross section.
a. Perumusan Model
Perumusan model yang digunakan berdasarkan pada model penelitianpenelitian terdahulu, seperti Waliullah et al. (2010), Khan (2010), dan Bakhromov
(2011). Model yang dirumuskan menggunakan beberapa variabel yang merupakan
kalkulasi dari beberapa model yang digunakan pada penelitian-penelitian
terdahulu. Model awal yang diestimasi sebagai berikut:
TBi,t= β0 + β1 GDP1+ β2 GDP2 + β3 RERj,i,t + β4 MSi,t + β5 Dummy + εi,t
14
dengan:
TB
= Neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang (US$ ribu)
GDP1
= GDP per kapita negara mitra dagang (US$)
GDP2
= GDP per kapita Indonesia (US$)
RER
= Nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah (LCU per Rp)
MS
= Money supply Indonesia (Miliar Rupiah)
Dummy
= Dummy krisis, variabel dummy yang menunjukkan dua kondisi
berbeda. Krisis global terjadi tahun 2008.Setelah terjadi krisis diberi nilai 1 dan
sebelum terjadi krisis diberi nilai 0.
Model diestimasi dalam bentuk logaritma linear. Maka, persamaan yang
diestimasi adalah sebagai berikut:
LnTBi,t= β0 + β1LnGDP1+ β2 LnGDP2 + β3 LnRERj,i,t + β4 LnMSi,t + β5
Dummy + εi,t
dengan:
Ln TB
= Neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang (%)
Ln GDP1
= GDP per kapita negara mitra dagang (%)
Ln GDP2
= GDP per kapita Indonesia (%)
Ln RER
= Nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah (%)
Ln MS
= Money supply Indonesia (%)
Dummy
= Dummy krisis
b. Pemilihan Model Estimasi
-
Pooled Least Square
PLS merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena
hanya dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam bentuk
pool, dan menggunakan teknik kuadrat terkecil atau least square untuk
mengestimasi koefisiennya. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu
maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku individu tidak berbeda
dalam berbagai kurun waktu. Persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai
berikut: Yit = αi + βXit + uit
dimana :
Yit
= variabel terikat
Xit
= variabel bebas
α
= intersep
β
= slope
u
= error
Kelemahan pendekatan ini adalah dugaan parameter β akan bias, karena PLS
tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau
tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda
(Firdaus 2011).
-
Fixed Effects Model
Asumsi pembuatan model yang menghasilkan intersep konstan untuk setiap
individu (i) dan waktu (t) dianggap kurang realistik sehingga dibutuhkan model
yang lebih dapat menangkap perbedaan tersebut. Model efek tetap (fixed effects),
model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi model Fixed Effects dengan
15
intersep berbeda antar individu, maka digunakan teknik variable dummy. Model
estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable
(LSDV). Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Yit = Ʃ αi Di + βXit + εit
dimana :
Yit
= variabel terikat
Xit
= variabel bebas
α
= intersep model yang berubah-ubah antar unit cross section
β
= slope
D
= peubah dummy
i
= individu ke-i ; dan t = periode waktu ke-t
ε
= error
- Random Effects Model
Dalam mengestimasi data panel dengan model Fixed Effects melalui teknik
LSDV menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasi
masalah ini dapat menggunakan variable residual yang dikenal sebagai model
Random Effects. Pada model ini, akan dipilih estimasi data panel dimana residual
mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Oleh karena itu,
pada model ini diasumsikan bahwa ada perbedaan intersep untuk setiap individu
dan intersep tersebut merupakan variable random. Sehingga dalam model ini
terdapat dua komponen residual, yaitu residual secara menyeluruh, yang
merupakan kombinasi time series dan cross section, dan residual secara
individu yang merupakan karakteristik random dari observasi unit ke-i dan tetap
sepanjang waktu.
Untuk one way error component
Yit = αi + Xitβ+ uit + i
Untuk two one way error
Yit = αi + Xitβ+ uit + i + t
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model efek random. Secara
matematis, asumsi tersebut terdiri dari:
E (uit | Ʈit) = 0
E (uit2 |Ʈit) = σu2
E (Ʈit | xit) = 0 untuk semua i, t
E (Ʈit2 | xit) = σt2
E (uit Ʈj)
= 0 untuk semua i, t,j
E (uit ujs)
= 0 untuk i ≠ j atau t ≠ s
E (uit ujs)
= 0 untuk i ≠ j
Dari semua asumsi di atas, yang paling penting dikaitkan dengan REM
adalah asumsi bahwa nilai harapan dari xit untuk setiap Ʈi adalah 0. Terdapat dua
jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu
between estimator dan Generelized Least Square (GLS) (Firdaus 2011). Tahap
pemilihan metode estimasi dilakukan untuk menentukan model pendekatan yang
terbaik, yakni menggunakan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji LM.
-
Uji Chow
Signifikansi model fixed effects dapat dilakukan dengan Uji Chow atau Uji
statistik F. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel
dengan fixed effects lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy
16
(common effects) dengan melihat residual sum of squares (RSS). Hipotesis
pengujian ini adalah:
Ho : Pooled Least Square
H1 : Fixed Effect Model
Adapun uji F statistiknya adalah sebagai berikut:
F-hitung =
Fu (N–1, NT, N-K)
dimana:
RRSS : residual sum square hasil pendugaan model PLS
URSS : residual sum square hasi pendugaan model fixed effect
N
: jumlah data cross section
T
: jumlah data time series
K
: jumlah variabel penjelas
Dasar penolakan terhadap Ho adalah dengan menggunakan nilai F-hitung.
Jika F-hitung > F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap
H0, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya.
-
Uji Hausman
Untuk mengetahui apakah model fixed effect lebih baik dari model random
effect, digunakan uji Hausman. Dengan mengikuti kriteria Wald, dengan
hipotesis:
Ho : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Dasar penolakan hipotesa nol adalah dengan menggunakan nilai statistic
Hausman dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai stat-H >X2(k),
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model yang
digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. Nilai stat-H didapat dari
persamaan:
H = (βREM – βFEM)’ (MFEM – MREM)-1 (βREM – βFEM) X2 (k)
dimana:
M adalah matriks kovarians untuk parameter β
k adalah degrees of freedom.
Uji LM (Breush – Pagan)
Untuk mengetahui apakah model Random Effects lebih baik daripada model
fixed effects maka dapat menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang
dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Pengujian ini didasarkan pada nilai residual
dari model fixed effects. Hipotesis pengujian ini sebagai berikut:
Ho : Pooled Least Square
H1 : Random Effect Model
Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan stat-LM dan
membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai LM >X2 tabel, maka cukup
bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, begitu pula sebaliknya.
-
c. Kriteria Uji
Setelah mendapatkan parameter estimasi yang dianggap sesuai, maka
dilakukan tiga uji kriteria terhadap parameter tersebut, yaitu uji statistik, uji
ekonometrika, dan uji ekonomi. Uji statistik digunakan untuk menganalisis
kesesuaian model regresi yang diperoleh. Uji ekonometrika adalah memastikan
17
model bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), dan uji ekonomi
dilakukan dengan mencocokan tanda variabel bebas dengan teori ekonomi.
-
Uji Statistik
Uji statistik terdiri dari nilai koefisien determinasi, Uji F, dan Uji T.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian dapat menjelakan
variabel terikat. Nilai R2 berkisar 0< R2 F tabel, tolak H0 maka model signifikan. Sebaliknya, jika F hitung < F
tabel, maka model tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi
(%) akan lebih besar dari alpha.
Uji T atau uji parsial, yaitu untuk menguji pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat. Uji T dapat dilakukan dengan mambandingkan thitung dengan t-tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing
t-hitung.
-
Uji Ekonometrika
Tujuan uji ekonometrika adalah memastikan model bersifat BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator), uji ekonometrika terdiri dari uji asumsi normalitas
dan bebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas.
Tujuan asumsi normalitas untuk melihat apakah error term mendekati
distribusi normal atau tidak. Uji Jarque Bera dapat menjelaskan uji normalitas,
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0
μ α = 0 (error term terdistribusi normal)
H1
μ α ≠ 0 (error term tidak terdistribusi normal)
Jika probabilitas (p-nilai) > taraf nyata (α), maka terima H0 yang berarti
residual (error term) terdistribusi normal.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Ada beberapa
metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer,
Melihat pola grafik regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman.
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi
yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi.
Indikasi multikolinearitas dapat dilihat dengan tolerance nilai (TOL), eigennilai,
dan yang paling umum digunakan adalah varians inflation factor (VIF). Nilai
toleransi kurang dari satu atau VIF lebih besar dari 10 menunjukkan
multikolinearitas signifikan, dan R2 model dianggap mengindikasikan adanya
18
multikolinearitas. Jika VIF lebih besar dari 1/(1 – R2) atau nilai toleransi kurang
dari (1 – R2), maka multikolinearitas dapat dianggap signifikan secara statistik.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi.
Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak,
yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti
tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti.
- Uji Ekonomi
Uji ekonomi dilakukan dengan mencocokan tanda variabel bebas dengan teori
ekonomi. Jika sesuai teori ekonomi mengenai pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat, maka model dapat dikatakan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan
Tiga Mitra Dagang Utama
Analisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN
dan tiga mitra dagang utama dilakukan dari tahun 2008 sampai 2012, tujuannya
menganalisis neraca perdagangan Indonesia pasca krisis global. Berikut Tabel 3
neraca perdagangan Indonesia dengan ketujuh mitra dagang.
Tabel 3 Neraca perdagangan total produk Indonesia dengan mitra dagang tahun
2008 sampai 2012
(Nilai : Juta US$)
Tahun
Trend
No
Negara
2008
2009
2010
2011
2012
(%)
1 Malaysia
-2.489
1.123
713
590
-963
0,00
2 Philiphina
1.298
1.861
2.474
2.846
2.907
22,60
3 Singapore
-8.927
-5.287
-6.517
-7.52
-8.952
0,00
4 Thailand
-2.673
-1.379
-2.904
-4.508
-4.802
18,67
5 China
-3.61
-2.502
-4.731
-3.271
-7.727
0,00
6 Jepang
12.615
8.731
8.816
14.278
7.367
-5,67
7 US
5.156
3.766
4.867
5.645
3.271
57,64
Sumber: Kemendag 2013 (diolah)
19
Berdasarkan Tabel 3 trend neraca perdagangan tertinggi antara 2008 dan
2012 yaitu Indonesia dengan Amerika sebesar 57.64 persen. Hal ini dikarenakan,
permintaan impor Amerika sebagian besar berupa produk tekstil dan garmen,
produk pertanian seperti karet, kopi, kakao, produk kayu dan furniture. Produk
tersebut merupakan produk unggulan ekspor Indonesia, sehingga Indonesia
mampu memenuhi demand Amerika. Peringkat kedua hubungan dagang
Indonesia dengan Philiphina sebesar 22.60 persen, selanjutnya Thailand 18.67
persen.
Gambar 11 menjelaskan nilai ekspor Indonesia ke Amerika berdasarkan
komoditi utama tahun 2008 sampai 2012. Karet dan garmen mendominasi ekspor
Indonesia ke Amerika, rata-rata ekspor karet dari tahun 2008 sampai 2012 adalah
2.435.282 ribu US$ per tahun dan rata-rata ekspor garmen adalah 2.569.714 ribu
US$ per tahun.
Nilai ekspor
(ri