Analisis Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah dan Kolesterol

ABSTRACT
WIDYA ANANTA. Analysis of Food Consumption and Physical Activity on Blood
Pressure and Cholesterol. Advisory by M. RIZAL M. DAMANIK.
The aim of this study was to analyse food consumption and physical activity
on blood pressure and cholesterol. The design of the study was cross sectional
study. Data collection was carried out from May to June 2011. The number of
samples taken in this research as much as 52 university students aged >18
years. The result of this study showed that the average level of adequacy of
energy and protein samples of men and women is included in the category of
heavy deficits (76,9% for energy and 69,2% for protein). The adequacy of the
level of vitamin C, calcium, sodium, potassium and fiber, most of the total sample
have minerals adequacy level less than recommended level. Most samples in this
study (86,3%) had light activity such as reading, lecture and task seating as well
as searching the internet in front of the computer. Result collected from
bloodpressure examination showed that half of the sample (50%) were
catagorized as pre hypertension.
Keywords: consumption, blood pressure, blood cholesterol.

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Usia harapan hidup di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Pada tahun 2005, angka
harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Pada tahun 2006 meningkat
menjadi 70,2 tahun. Jumlah ini terus meningkat menjadi 70,4 tahun pada tahun
2007 dan diperkirakan pada tahun 2025 angka harapan hidup penduduk
Indonesia akan menjadi 73 tahun (BPS 2007). Masalah kesehatan dipengaruhi
oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.
Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif.
Saat ini masalah kesehatan mulai bergeser dari penyakit-penyakit infeksi
ke penyakit degeneratif. Dari penelitian-penelitian terakhir juga diketahui adanya
pergeseran kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif, yaitu dari
kelompok usia tua ke kelompok usia muda (Depkes 2007). Kebiasaan makan
dan gaya hidup sudah berubah, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap
epidemi penyakit-penyakit tidak menular. Poin penting dalam catatan WHO tahun
2005 adalah sebanyak 4,4 juta jiwa meninggal dunia dengan kasus kolesterol
tinggi dan sebanyak 7,2 juta orang meninggal dunia akibat hipertensi.
Gangguan tekanan darah sering disebut sebagai ‘the silent disease’ atau
penyakit tersembunyi. Sebutan tersebut berawal dari banyaknya orang yang

tidak sadar telah mengidap gangguan tekanan darah sebelum mereka
melakukan pemeriksaan tekanan darah. Gangguan tekanan darah dapat
menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial ekonomi
(sutanto 2010). Tekanan darah sering naik dan turun sepanjang hari. Tekanan
darah bisa berubah dalam hitungan menit, tergantung pada keadaan psikologis
atau aktivitas fisik. Menurut Riskesdas (2007), berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun di
Indonesia adalah sebesar 29,8 %. Penyakit hipertensi mulai banyak dijumpai
pada kelompok usia muda 15-17 tahun (8,3%). Selain itu, berdasarkan hasil
pemeriksaan kesehatan dalam buku laporan TPB dalam angka (2010),
mahasiswa yang menderita gangguan tekanan darah tinggi diketahui sebanyak
17,2%.Gangguan tekanan darah tinggi secara umum memiliki kadar kolesterol
yang tinggi juga (Braverman 2008). Menurut Balitbangkes (2005) pada Survei

2

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi hiperkolesterolemia di
Indonesia pada usia 25-34 tahun sebesar 9,3%.
Studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup kurang aktifitas adalah 1 dari
10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian

setiap

tahun

disebabkan

oleh

kurangnya

bergerak/aktifitas

fisik.

Pada

kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak
cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Sedentary life style pada
masyarakat saat ini cenderung memicu penyakit-penyakit degeneratif. Kemajuan
teknologi tanpa di sadari telah membuat aktivitas fisik berkurang. Data riskesdas

2007 menunjukkan angka prevalensi kurangnya aktivitas fisik pada penduduk
usia > 10 tahun mencapai angka 48,2% (Balitbangkes 2008).
Selain aktivitas fisik, pola makan sangat mempengaruhi kejadian
beberapa penyakit degeneratif. Pola makan yang tidak sehat dan lebih bersifat
praktis seperti maraknya aneka makanan siap saji maupun junk food banyak
dikonsumsi oleh masyarakat termasuk kalangan muda yaitu mahasiswa. Jenis
makanan tersebut biasanya hanya menyediakan makanan yang tinggi energi,
lemak dan natrium. Pola makan yang tinggi natrium dan rendah serat sering
dijumpai pada makanan-makanan tersebut. makanan tinggi natirum dan rendah
serat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, tanpa disadari telah memicu
gangguan tekanan darah dan kolesterol (Depkes 2007).
Menurut Susantoro (2003) mahasiswa merupakan kalangan muda yang
berumur antara 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu
peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Mahasiswa berada dalam rentang
usia dewasa awal pada umumnya selalu mengikuti setiap adanya perubahan
terutama perubahan mengenai gaya hidup. Mahasiswa alih jenis adalah
kelompok mahasiswa khusus yang mengikuti perkuliahan dengan bekerja dipagi
hari dan mempunyai waktu kuliah khusus yaitu pada malam hari. Padatnya
kegiatan membuat mereka cenderung mengkonsumsi makanan yang bersifat
praktis dan cepat saji.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan
antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan
kolesterol. Penelitian ini merupakan penelitian payung dari Andriani (2011)
dengan judul Hubungan Pemberian Kapsul Serbuk Daun Torbangun Terhadap
Tekanan Darah dan Kolesterol.

3

Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsumsi pangan dan aktifitas
fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol. Secara khusus tujuan penelitian ini
adalah
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (usia, berat badan, tinggi badan dab
status gizi)
2. Mengidentifikasi konsumsi pangan contoh
3. Mengidentifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh
4. Mengidentifikasi tingkat aktivitas contoh
5. Mengidentifikasi tekanan darah dan kadar kolesterol contoh
6. Menganalisis hubungan asupan zat gizi dan tingkat aktivitas fisik terhadap
tekanan darah, kolesterol, dan status gizi

Hipotesis
1. Konsumsi pangan berhubungan terhadap tekanan darah dan kolesterol
2. Aktifitas fisik berhubungan terhadap tekanan darah dan kolesterol.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
menambah wawasan kepada masyarakat pada umumnya dan bagi para
mahasiswa pada khususnya mengenai pengetahuan tentang pengaruh konsumsi
pangan dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol. Bagi peneliti
dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti mengenai konsumsipangan
dan aktivitas fisik yang memberikan pengaruh terhadap tekanan darah dan
kolesterol tersebut.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari darah pada sistem vaskular tubuh.
Sistem vaskular membawa darah yang kaya oksigen menjauhi jantung menuju
pembuluh darah, arteri dan kapiler untuk masuk ke jaringan. Setelah jaringan
mendapatkan oksigen, darah masuk ke vena dan dibawa kembali ke jantung dan

paru-paru (Braverman 2008). Tekanan darah sistolik merupakan tekanan yang
dihasilkan otot jantung yang mendorong darah dari bilik kiri jantung ke aorta
(tekanan pada saat jantung berkontraksi). Tekanan darah diastolik merupakan
tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot
jantung (tekanan pada saat jantung berelaksasi). Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan
nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Ratarata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Pearce 2004).
Menurut Sutanto (2010), tekanan seseorang sangat bervariasi. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan aktivitas
dan lebih rendah ketika beristirahat. Selain itu menurut Pearce (2004), Tekanan
darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan
gerakan fisiologik, seperti latihan jasmani, perubahan mental karena kecemasan
dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan. Sejalan dengan bertambahnya
usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
Masalah Tekanan Darah

Gangguan tekanan darah di bedakan menjadi dua yaitu tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan tekanan darah rendah (hipotensi). Hipertensi adalah
tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Namun, secara umum, seseorang dianggap memiliki hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik. Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung dan

5

volume sekuncup, maka peningkatan salah satu dari variabel yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi sering dibagi menjadi
hipertensi primer atau sekunder, berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat
teridentifikasi. Sebagian besar kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya
disebut hipertensi primer atau esensial. Apabila penyebabnya jelas dapat
diketahui, maka hipertensinya disebut hipertensi sekunder (Corwin 2001). Bentuk
hipertensi antara lain hipertensi hanya diastolik, hipertensi campuran (diastolik
dan sistolik yang meninggi) dan hipertensi sistolik. Hipertensi diastolik sangat
jarang dan hanya terlihat peninggian yang ringan dari tekanan diastolik, misalnya
120/100 mmHg. Bentuk seperti ini biasanya ditemukan pada anak-anak dan

dewasa muda sementara itu hipertensi sistolik paling sering dijumpai pada usia
lanjut (Depkes 2006).
Tekanan darah rendah (hipotensi) merupakan suatu kondisi ketika
tekanan darah (sistolik, diastolik, ataupun keduanya) lebih rendah dari nilai
normal yang umum ditemukan pada individu normal. Gangguan ini tidak jarang
mengarah kepada suatu kondisi patologis (kelainan) tertentu. Meskipun bisa juga
ditemukan pada individu tanpa kelainan jantung. Untuk batasan tekanan darah
rendah, tidak ada batasan yang baku. Meskipun begitu, penting untuk
mendeteksi adanya hipotensi pada individu tertentu. Pada individu dengan
riwayat tekanan darah tinggi, penurunan tekanan darah lebih dari 30 mmHg
secara mendadak dapat dikatakan hipotensi meskipun nilai tekanan darahnya
masih normal. Untuk kelompok individu yang nilai tekanan darahnya tidak pernah
tinggi atau cenderung rendah juga tidak memiliki batasan baku. Namun nilai
tekanan darah kurang dari 90/60 mmHg sering dipakai untuk menunjuk ada
tidaknya hipotensi pada seseorang. Artinya, bila tekanan darah sistolik kurang
dari 90 mmHg, atau tekanan darah diastolik kurang dari 60 mmHg, atau
kombinasi antara kedua nilai sistolik dan diastolik tersebut (Hutabarat
2010).Klasifikasi tekanan darah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah
Kategori

Normal
Pre-Hipertensi
Hipertensi Stadium 1
Hipertensi Stadium 2
Sumber: Depkes (2006)

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

< 120 mmHg
120-139 mmHg
140-159 mmHg
≥160 mmHg

< 80 mmHg
80-89 mmHg
90-99 mmHg
≥100 mmHg


6

Penyebab Tinggi dan Rendahnya Tekanan Darah
Menurut Braverman (2008), pada 90-95% penderita tekanan darah tinggi,
tidak ada penyebab fisiologis tunggal. Jenis tekanan darah ini disebut hipertensi
essensial atau primer. Walaupun penyebab dari tekanan darah tinggi masih
belum diketahui, riset menunjukan hal tersebut merupakan reaksi antara faktor
genetis, lingkungan, dan yang berhubungan dengan gaya hidup. Faktor-faktor
yang utama adalah : Pola makan yang tidak tepat dengan komposisi tidak
seimbang, biasanya tinggi kalori, natrium (garam) dan lemak, serta rendah
protein; rasio natrium terhadap kalium yang tidak seimbang; penyalahgunaan
alkohol; merokok; kenaikan kadar kolesterol; obesitas dan stress.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipotensi. Akan tetapi tidak semua
hipotensi memiliki faktor yang perlu dicemaskan. Meskipun demikian, bila
mengalami

hipotensi

sebaiknya

berobat

untuk

mencari

faktor

penyebab/predisposisi yang berpeluang mengganggu kesehatan di kemudian
hari. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipotensi antara lain : dehidrasi
yang sering timbul akibat sulit makan, muntah, atau diare yang diikuti kehilangan
cairan tubuh bermakna, perdarahan, obat-obatan yang dapat mencetuskan
penurunan tekanan darah mendadak atau perlahan, infeksi di dalam tubuh
terutama pada infeksi berat, kelainan endokrin, kelainan jantung, reaksi
anafilaksis akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu.
Kolesterol
Menurut Hartono (2006), kolesterol merupakan salah satu jenis lemak
dengan inti sterol berbentuk cincin yang mengandung atom karbon, hidrogen,
dan oksigen. Secara normal, tubuh mampu memproduksi kolesterol yang
dibutuhkan dalam jumlah tepat. Kolesterol yang berlebihan di dalam tubuh akan
membentuk suatu timbunan pada dinding pembuluh darah dan menimbulkan
kondisi yang disebut ateroklerosis, yaitu penyempitan atau pengerasan
pembuluh darah yang merupakan indikasi awal seseorang terkena penyakit
jantung dan stroke (Sutanto 2011).
Hati memetabolisasi sebagian kolesterol yang terdapat di dalam micelle
menjadi garam-garam empedu. Sisa kolesterol lainya disalurkan ke darah,
berikatan dengan fosfolipid sebagai lipoprotein. Lipoprotein mengangkut
kolesterol ke semua sel tubuh untuk digunakan membentuk membran, strukturstruktur intrasel dan hormon steroid. Tingginya kadar dua jenis lipoprotein, yaitu
lipopotein berdensitas rendah (low density lipoprotein,LDL) dan lipopotein

7

berdensitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL), mengisyaratkan
bahwa hati menangani kolesterol dalam jumlah besar. lipopotein berdensitas
tinggi (high density lipoprotein, HDL) mengangkut kolesterol dari sel ke hati dan
bersifat protektif terhadap penyakit arteri (Corwin 2001). Jumlah keseluruhan
kolesterol yang ada pada tubuh disebut kolesterol total. Kolesterol normal dalam
tubuh adalah 160-200 mg (Sutanto 2011).
Menurut Barasi (2009), makanan hewani adalah sumber kolesterol dalam
diet, dengan sumber terkaya adalah kuning telur. Absorpsi kolesterol berubah –
ubah, tetapi biasanya kurang dari 50%. Kadar dalam plasma, terutama yang
diangkut sebagai fraksi LDL, merupakan penentu utama resiko aterosklerosis.
HDL sering disebut sebagai kolesterol baik. Peran kolesterol HDL adalah
membawa kembali kolesterol HDL ke organ hati untuk diproses lebih lanjut. Jika
kadar HDL tinggi maka akan terlindung dari penyakit jantung. Penyebab
hiperkolesterol antara lain obesitas, alkohol, gangguan ginjal, gangguan hati,
diabetes, pil anti hamil, diuretik, kortikosteroid, dan penyakit tiroid.
Dampak Kolesterol
Menurut Sutanto (2010), jumlah kolesterol yang tinggi dalam darah dapat
meningkatkan risiko munculnya penyakit jantung koroner karena saluran arteri
yang memasok darah ke jantung menyempit dan tersumbat. Kolesterol juga bisa
menyebabkan stroke dan kelumpuhan bila terjadi penyumbatan arteri yang
memasok darah ke otak. Penyakit lain yang juga dipengaruhi oleh kolesterol
adalah hipertensi. Hal ini akan diperparah dengan kebiasaan merokok.
Hipertensi dan kebiasaan merokok memang tidak mempengaruhi jumlah
kolesterol dalam tubuh, namun bisa berinteraksi dengan kolesterol untuk
merusak arteri.
Penyebab Tingginya Kadar Kolesterol
Beberapa faktor yang mempengaruhi total kolesterol, diantaranya asupan
lemak yang tinggi, kebiasaan merokok, kurangnya aktifitas fisik (sedentary life
style). Kadar kolesterol darah bisa dipengaruhi oleh makanan. Daging merah
berlemak dan produk susu merupakan sumber utama kolesterol dan lemak jenuh
dari makanan. Makanan dan keadaan

berikut

paling berperan dalam

menyebabkan kadar kolesterol yang tinggi : Kekurangan asam amino akibat
asupan protein berkualitas rendah; kekurangan antioksidan (vitamin C dan E,
selenium, dan seng) akibat rendahnya asupan buah dan sayuran; kekurangan
asam lemak esensial akibat asupan lemak berkualitas rendah; asupan alkohol

8

yang berlebihan; asupan zat tepung yang berlebihan (jagung, kentang, dan lainlain); asupan gula secara berlebihan yang ditemukan pada banyak makanan
olahan; kekurangan serat akibat kurangnya asupan buah dan sayur; disfungsi
hati dan meningkatnya kerusakan jaringan akibat infeksi, radiasi, kerusakan
fungsi hati atau aktivitas oksidatif (Braverman 2008).
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi
untuk melakukan berbagai kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, berolahraga
dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut
lamanya intensitas dan kerja otot (FKM-UI 2007). Selama melakukan aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zatzat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari
tubuh (Almatsier 2004).
Aktivitas

fisik

erat

kaitannya

dengan

kesehatan

tubuh

secara

keseluruhan. Tubuh yang sehat akan mampu melakukan aktivitas fisik secara
optimal, dan aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dalam porsi cukup
mempunyai dampak yang positif terhadap kesehatan tubuh (Widodo &
Syafruddin 1990). Menurut Kusmana (2006) aktivitas yang moderat (sedang)
akan melindungi diri dari penyakit jantung koroner (PJK).
Olahraga meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sensitivitas insulin, bisa
menurunkan tekanan darah 10-15 angka, dan menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida sekaligus meningkatkan kolesterol HDL. Melalui olahraga yang
isotonik dan teratur (aktifitas fisik aerobik sekitar 30 menit/hari) dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga
secara teratur idealnya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu dan
minimal setengah jam setiap sesi dengan intensitas sedang.
Olahraga yang teratur juga akan membantu meningkatkan kadar
kolesterol HDL dan menurunkan kadar LDL. Dianjurkan untuk melakukan
olahraga yang bersifat aerobik seperti jalan cepat, lari-lari kecil, sepeda, atau
berenang secara teratur 3-5 kali per minggu selama 30-60 menit/hari. Selain
efektif untuk mengurangi berat badan, olahraga juga berguna untuk memperkuat
otot jantung, menjaga tekanan darah tetap normal serta mampu mengurangi
stress.

9

Aktivitas orang dewasa biasanya dibagi menjadi tiga golongan yaitu
ringan, sedang, dan berat. Pengeluaran energi beragam antara orang yang satu
dengan yang lain (Mardlaw & Hampl 2007). Dalam hal ini, aktivitas fisik
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi seseorang
(Baliwati & Retnaningsih 2004). Pengukuran kebutuhan energi didasarkan pada
pengeluaran energi dengan komponen utama angka metabolisme massal (BMR)
dan kegiatan fisik sesuai tingkatannya (Hoeger & Hoeger 2005).
FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel
utama, setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran
energi. Setiap orang memiliki aktivitas atau kegiatan yang wajib dilakukan setiap
hari. Kegiatan wajib tersebut tidak hanya pekerjaan yang mendatangkan
penghasilan, namun juga meliputi kegiatan lain seperti kegiatan domestik rumah
tangga, bersosialisasi, rekreasi dan lain sebagainya. Pengeluaran energi untuk
kegiatan-kegiatan tersebut

perlu

diperhitungkan

agar

didapatkan angka

pengeluaran energi seseorang. Pengeluaran energi tersebut kemudian dapat
menjadi gambaran kebutuhan energi agar seseorang dapat hidup dengan lebih
sejahtera dan berkualitas secara keseluruhan. Besarnya aktivitas fisik yang
dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level
(PAL) atau tingkat aktivitas fisik.PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

PAL : physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : physical activity rasio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis
aktivitas per satuan waktu tertentu )

Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas.
Maka hasil dari perhitungan tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga kategori,
yaitu : ringan, sedang dan berat.
Tabel 2 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL
Kategori
Ringan (sedentary lifestyle)
Sedang (active or moderately active lifestyle)
Berat (vigorous or vigorously active lifestyle)

Nilai PAL
1.40-1.69
1.70-1.99
2.00-2.40

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa kategori tingkat aktivitas fisik
mengarah kepada jenis pekerjaan. Orang-orang yang termasuk dalam kategori
tingkat aktifitas fisik ringan (sedentary lifestyle) adalah orang-orang yang tidak

10

banyak melakukan kegiatan fisik, tidak banyak berjalan kaki dalam jarak jauh,
menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara teratur dan
lebih banyak menghabiskan kegiatan dalam posisi duduk diam dan berdiri
dengan sedikit bergerak misalnya staf dan karyawan kantor. Pada kategori
sedang adalah orang yang tidak terlalu banyak menggunakan energi, namun
lebih banyak mengeluarkan energi bila dibandingkan dengan yang beraktivitas
ringan. Pada umumnya orang-orang tersebut melakukan suatu pekerjaan berat
namun dalam satu jangka waktu tertentu, misalnya kegiatan harian yang
dilakukan selama satu jam (langsung atau bertahap dalam hari yang sama).
Orang-orang yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat bila orang
tersebut dalam kesehariannya melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak
energi seperti menari, berenang, bekerja sebagai buruh tani yang melakukan
pekerjaan mencangkul, berjalan kaki dalam jarak yang jauh dengan beban berat.
Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat
hidup sehat karena pangan merupakan sumber utama zat gizi yang dibutuhkan
tubuh. Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses
metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta pertumbuhan
(Harper et al. 1986).
Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu dengan
jenis tunggal atau beragam.Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui
konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang baik secara kuantitatif
maupun

secara

kualitatif.

Survei

konsumsi

pangan

secara

kuantitatif

dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi
(Suhardjo et al 1988). Metode kuantitatif juga dapat menghitung konsumsi zat
gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar
lain yang diperlukan seperti daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), daftar konversi
mentah masak (DKMM) dan daftar penyerapan minyak (DPM). Metode food
record atau diary records, digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi
(Supriasa et al 2001). Pada metode ini responden diminta untuk mencatat jenis
dan jumlah makanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya satu
sampai tujuh hari. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang
mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang
dikonsumsi oleh individu.

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Gangguan tekanan darah dan kolesterol dapat menimbulkan penyakit
jantung dan pembuluh darah. Sampai saat ini penyakit jantung masih menjadi
penyebab kematian utama di Indonesia. Gangguan tekanan darah dan kolesterol
yang dapat menimbulkan penyakit jantung dan pembuluh darah diantaranya
seperti hipertensi dan hiperkoleterolemia. Hipertensi dan hiperkolesterolemia di
Indonesia saat ini memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi. Selain diderita
oleh usia lanjut, hipertensi dan hiperkolesterolemia bahkan sudah mulai diderita
oleh kalangan remaja yang berusia 15-17 tahun.
Tekanan darah dan Kolesterol dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan
aktivitas fisik. Mengonsumsi makanan yang tinggi natriun, lemak dan kolesterol
serta kurangnya konsumsi serat tanpa disadari telah memicu gangguan tekanan
darah dan kolesterol. Makanan yang tidak sehat dan bersifat praktis seperti
aneka makanan siap saji

banyak dikonsumsi oleh kalangan muda. Jenis

makanan tersebut biasanya hanya menyediakan makanan yang tinggi energi,
lemak dan natrium. Selain konsumsi pangan, aktivitas fisik juga ikut
mempengaruhi tekanan darah dan kolesterol. Rendahnya aktivitas fisik akibat
sedentary life style pada masyarakat saat ini cenderung memicu penyakitpenyakit degeneratif.
Faktor aktivitas fisik dan konsumsi pangan secara tidak langsung
dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing sampel sepertijenis kelamin, sosial
ekonomi, dan gaya hidup. Ada beberapa hal lain yang mempengaruhi tekanan
darah dan kolesterol, salah satunya adalah faktor keturunan dan genetik, stress
juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Namun hal tersebut tidak diamati pada
penelitian ini.

12

Karakteristik mahasiswa
 Jenis Kelamin
 Umur
 Status gizi

Aktivitas
Fisik

Konsumsi
Pangan

Kolesterold
arah

Tekanan
Darah








Pengetahuan gizi
Daya beli
Uang saku

Penyakit Keturunan
Stres

Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah
dan kolesterol

13

METODOLOGI
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap
tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study.
Penelitian dilakukan di pemukiman sekitar kampus IPB Baranangsiang Bogor.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2011.
Jumlah dan Cara Penarikan Sampel
Populasi penelitian adalah mahasiswa program alih jenis IPB yang
memiliki kecenderungan pola makan yang tidak teratur akibat jadwal perkuliahan
yang didominasi pada sore hari (14.00) hingga malam hari (23.00 WIB).
Pemilihan sampel dilakukan secara purposive.Jumlah yang digunakan berjumlah
52 orang diambil dengan kriteria inklusi yaitu : berusia lebih dari 18 tahun,tidak
dalam keadaan sakit dan tidak mengkonsumsi obat-obatan secara rutin, tidak
mengkonsumsi obat-obatan penurun kolesterol dan tekanan darah,dan bersedia
mengisi informed consent. Adapun kriteria ekslusi bagi sampel pada penelitian ini
adalah: menderita sakit dan harus mengkonsumsi obat-obatan secara rutin,
dalam keadaan hamil, pindah atau berada di luar lokasi dalam jangka waktu
yang lama sehingga tidak dapat mengikuti pemeriksaan tekanan darah dan total
kolesterol pada saat penelitian.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data
primer diperoleh melalui pengukuran dan wawancara dengan bantuan form
record. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik sampel,
tekanan darah, kadar kolesterol sampel, riwayat penyakit, aktifitas fisik dan
konsumsi contoh.
Data karakteristik contoh berupa nama, umur, dan riwayat penyakit
didapat dengan menggunakan kuesioner. Data konsumsi pangan diperoleh
dengan menggunakan food recordmeliputi waktu makan, jenis makanan, bahan
makanan dan jumlah konsumsi pangan. Record konsumsi pangan dilakukan
selama tujuh hari. Data status gizi diperoleh dengan perhitungan Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan menggunakan timbangan berat badan dan microtoise. Data
aktivitas fisik diperoleh dengan record aktivitas fisik 1 x 24 jam selama tujuh hari.
Data aktivitas fisik yang dikumpulkan berupa jenis aktivitas yang dilakukan dan

14

durasi waktu melakukan aktivitas dalam sehari. Data, jenis data dan cara
pengumpulan data disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Data, jenis data dan cara pengumpulan data
No

Data

1
2
3
4
5
6
7
8

Nama
Jenis kelamin
Umur
Etnis
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
Frekuensi dan jumlah konsumsi
Aktivitas fisik
Tekanan darah dan kolesterol
darah

9

Jenis Data
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer
Primer

Cara Pengumpulan dan
pengukuran data
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner, wawancara
Pengukuran
Pengukuran
Recall dan FFQ
Kuesioner, wawancara
Pengukuran

Pengolahan dan Analisis Data
Tahapan pengolahan data dimulai dari coding, entry, cleaning, dan
selanjutnya analisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book
sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entry data
dan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data. Analisis data diolah dengan menggunakan program computer Microsoft
Excel dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for
Windows.Analisis tentang hubungan antar variabel diuji dengan analisis
hubungan sesuai skala data yang digunakan. Untuk variabel data yang berskala
nominal akan dianalisa dengan menggunakan chi-square, variabel data ordinal
akan dianalisa dengan menggunakan uji Spearman, dan untuk variabel data
rasio akan dianalisa dengan uji Pearson.
Data karakteristik sampel seperti jenis kelamin, usia sampel, berat badan
dan tinggi badan dan status gizi ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan
dinyatakan dalam persen. Data umurdikelompokkan menjadi empat kelompok
menurut Papalia dan Old (2008) yaitu remaja (< 20 tahun), dewasa awal (20-40
tahun), dewasa tengah (41-65 tahun), dan dewasa akhir (> 65 tahun).Status gizi
sampel ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan
membandingkan berat badan (kg) contoh dengan kuadrat dari tinggi badan (m2)
sampel. Kemudian IMT diklasifikasikan berdasarkan kategori Depkes (2005).
Pengukuran aktivitas fisik dilakukan dengan melakukan metode record
jenis aktivitas yang dilakukan sampel dan lama waktu melakukan aktivitas dalam
sehari. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan
seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL ( Physical Activity Level) atau

15

tingkat aktivitas fisik yang didapat dengan menggunakan rumus PAL sebagai
berikut :
PAL =

∑ PAR x alokasi waktu setiap kegiatan
24 jam

Keterangan :
PAL
: physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : physical activity rasio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per
satuan waktu tertentu )

Setiap aktivitas mempunyai nilai PAR yang berbeda dalam kilokalori
permenitnya. Jenis aktivitas yang dilakukan contoh pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4. Setelah nilai PAL didapatkan, maka nilai tersebut akan di
kategorikan menjadi tiga kategori yaitu ringan (1,40 ≤ PAL ≤ 1,69), sedang (1,70 ≤
PAL ≤ 1,99)dan berat (2,0 ≤ PAL ≤ 2,40).

Tabel 4 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR
Keterangan
Tidur (tidur siang dan tidur malam)
Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam dan membaca
Duduk sambil menonton TV
Beribadah
Makan dan minum
Jalan santai
Mandi
Mengendarai kendaraan
Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan lain-lain)
Office worker (duduk didepan meja, menulis dan
mengetik)
Olahraga (jongging, lari jarak jauh)
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Laki-laki
1
1.2
1.64
2.3
1.4
2.1
2.3
2.7
2.75
1.8

PAR
Perempuan
1
1.2
1.72
2.3
1.6
2.5
2.3
2.7
2.8
1.8

6.34

6.55

Data konsumsi pangan dan gizi yang diperoleh melalui metode food
recordselama tujuh hari meliputi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
dalam ukuran rumah tangga (URT) atau dalam satuan gram, kemudian
dikonversi dalam satuan energi (kkal), protein (g), lemak (g), karbohidrat (g),
natrium (mg), kalium (mg), kolesterol (mg) dan serat (g). dengan merujuk pada
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2004). Konversi dihitung dengan
menggunakan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut :
Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan :
Kgij
: kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j
Bj
: berat makanan j yang dikonsumsi
Gij
: kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j
BDDj : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

16

Selanjutnya, tingkat kecukupan zat gizi yang diperoleh dengan cara
membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya.
Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah & Briawan
1994) :
TKG = (K/AKG) x 100%
Keterangan :
TKG : tingkat kecukupan zat gizi
K
: konsumsi pangan
AKG : kecukupan zat gizi yang dianjurkan
Hasil perhitungan tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi lima
kategori untuk tingkat kecukupan energi, protein dan lemak yaitu: defisit tingkat
berat :