Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Tingkat Kolesterol Drah Total Pada Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

(1)

HUBUNG D GAN POLA DARAH TO DIR F A KONSUM OTAL PAD REKTORAT PROV KOT SISK FAKULTAS UNIVER MSI PANGA DA PEGAW T JENDRA VINSI SUM TA MEDAN SKR Ole KA MARIN NIM. 09 S KESEHA RSITAS SU 20 AN DENGA WAI NEGE AL PERBE MATERA U N TAHUN RIPSI eh : NA DAMA 91000125 ATAN MAS UMATERA 013 AN TINGK RI SIPIL D NDAHARA UTARA 2013 ANIK SYARAKA A UTARA KAT KOLE DI KANWI AAN AT ESTEROL IL


(2)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANWIL

DIREKTORAT JENDRAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KOTA MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SISKA MARINA DAMANIK NIM. 091000125

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013  


(3)

                                           


(4)

ABSTRAK

Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi lebih dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya penyakit degeneratif seperti PJK. Upaya penangulangan dan pencegahan PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan terutama mengendalikan asupan lemak dari makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Desain penelitian ini adalah c ross-sectional.

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari : konsumsi pangan PNS, karakteristik PNS, pengukuran kolesterol darah total. Data sekunder yaitu gambaran umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol dianalisa dengan deskriptif dengan uji statistik Exact-fisher dengan α 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar PNS mengkonsumsi sumber makanan hewani yang sering (1-3 kali per minggu) yaitu telur, daging ayam, daging sapi/kambing, ampela, udang/cumi/kepiting dan makanan lain yang mengandung lemak yaitu makanan gorengan dan makanan bersantan. Rata-rata kolesterol darah total 210,8 mg/dl, konsumsi energi PNS sebagian besar adalah baik (80%) tidak ada hubungan nyata antara konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,768). Konsumsi energi lemak yang paling banyak adalah lebih (75%) ada hubungan bermakna antara konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001), ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,002). Ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak tidak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001)

Disarankan kepada PNS sebaiknya megatur pola konsumsi pangan yaitu dengan mengurangi konsumsi lemak dan mengatur frekuensi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol.

Kata kunci : Pola konsumsi pangan, tingkat kolesterol darah total, PNS  

       


(5)

ABSTRACT

Currently, Indonesia is facing double nutritional problems, namely lack of nutrition and over nutrition. Over nutrition is considered as the early signal of the coming of degeneratif disease such as Coronary Heart Disease. The attempt efforts to overcome and to prevent Coronary Heart Disease is by regulating food consumption pattern especially by controlling the fat supplied by the food consumed.

The purpose of this study was to find out the between the food consumption patternand the level of total blood cholesterol in Civil Servants in the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan with cross-sectional design.

The primary data for this study were obtained by distributing questionaires containing food consumption, characteristic, total blood cholesterol, measurement of Civil Servants. The secondary data were obtained from general description of the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan. The correlation between the food consumption pattern and the level of cholesterol was descriptively analyzed through Exact-Fisher statistic test at α = 0.05.

The result of this study showed that most of the Civil servants often consumed aminal food (1-3 times a week) such as eggs, chicken, beef/mutton, ampele, shrimp/squid/crab and other food containing fat such as fried and coconut-milk contained food. The average total blood cholesterol was 120.8 mg/dl, most of the energy consumed by the Civil Servants was good (80%) and there was no correlation between energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.768). fat energy consumption was higher (75%), therefore, there was a significant correlation between fat energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.001), between saturated fatty acid intake and the level of blood cholesterol (p=0.002), and between unsaturated fatty acid intake and the level of total blood cholesterol (p=0.001).

The Civil Servants are suggested to control their consumption pattern by reducing to consumed fat and controling the frequncy or eating fat and cholesterol containing food.

 

Keywords : Food Consumption Patterns, Total Blood Cholesterol Level, Civil Servant            


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siska Marina Damanik

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 12 Februari 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Bunga Cempaka XI-B No.18 Pasar III P. Bulan II , Medan Selayang

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-2002 : SD Percobaan Negeri Medan

2. 2002-2005 : SMP Negeri 1 Medan

3. 2005-2008 : SMA Negeri 2 Tanjungbalai Asahan

4. 2009-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan  

         


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Tingkat Kolesterol Drah Total Pada Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013”, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis.

3. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.


(8)

4. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.

6. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.

7. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat.

8. Ibu Dra. Apt. Jumirah, M.Kes, selaku dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi.

9. Bapak dr. Muhammad Arifin Siregar, MS, selaku dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi. 10. Bang Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan berkas-berkas penelitian dengan tepat waktu.

11. Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

12. Kepala Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan beserta seluruh stafnya yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(9)

13. Kepala Poliklinik Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan beserta stafnya yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

14. Kak Lastri, AMK, selaku perawat Poliklinik Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

15. Orang tua tercinta, Ayahanda (Alm.) Ir. Armansyah Damanik dan Ibunda Dameria Pandiangan dan saudari-saudariku tersayang, Tantya Denara Damanik dan Utari Ardha Damanik yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan serta semangat kepada penulis selama ini.

16. Abanganda terkasih, Jho A. Simanjuntak yang selalu memberikan bantuan, dukungan serta semangat kepada penulis.

17. Sahabat-sahabatku tersayang, Dian Royana, Nurmaida Sari Tanjung, Kak Marlina Nasution, Zaharany Tanjung, Khairunnisa Nasution, dan Suliyanti yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

18. Teman seperjuangan PBL, Kak Julia, Kak Lina, Kak Helmida, Kak Febriyanti, Kak Serli, Kak Licha, Kak Winda, Kak Ida, Bang Moris, Fadhil dan Fahrurrozy yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka, senasib sepenanggungan di Rumah 2 Pekan Bahorok.


(10)

19. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya kepada teman-teman dan kakak-kakak di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Amiin.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

Siska Marina Damanik  

       


(11)

   

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... ………. i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Pangan ... 8

2.1.1 Konsumsi Makanan Beraneka Ragam ... 10

2.1.2 Konsumsi Makanan Sesuai Kebutuhan ... 11

2.1.3 Konsumsi Lemak dan Minyak ... 12

2.1.4 Konsumsi Makanan Rendah Garam dan Tinggi Kalium 13

2.1.5 Alkohol... 14

2.1.6 Serat ... 14

2.2 Kolesterol ... 15

2.3 Konsumsi Pangan Yang Mempengaruhi Peningkatan Kolesterol Darah ... 19

2.3.1 Hubungan Karbohidrat dengan Kolesterol Darah ... 20


(12)

2.3.3 Hubungan Protein dengan Kolesterol Darah ... 22

2.4 Indeks Massa Tubuh ... 23

2.5 Aktifitas Olahraga ... 24

2.6 Metode Penilaian Konsumsi Pangan ... 24

2.7 Kerangka Konsep ... 25

2.8 Hipotesa Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.4 Metode Pengambilan Data ... 29

3.5 Metode Pengambilan Darah Untuk Pengukuran Tingkat Kolesterol Darah Total ... 30

3.6 Instrumen Penelitian ... 30

3.7 Variabel dan Defenisi Operasional ... 31

3.8 Aspek Pengukuran ... 32

3.9 Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 . Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan ... 35

4.2 Karakteristik Responden ... 36

4.3 Pola Konsumsi Pangan Responden ... 37

4.3.1 Jenis dan Frekuensi Makanan ... 37

4.4 Konsumsi Energi dan Lemak ... 40

4.5 Asupan Lemak ... 41

4.6 Tingkat Kolesterol darah Total ... 42

4.7 Hubungan Konsumsi Energi dan Lemak dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan ... 44

4.8 Aktifitas Olahraga ... 46

4.9 Penyakit Degeneratif ... 46 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Jenis dan Frekuensi Makan pada PNS Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi sumatera Utara


(13)

Kota Medan Tahun 2013 ... 48 5.2 Konsumsi Energi dan Lemak dengan Tingkat Kolesterol

Dalam Darah pada PNS Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi sumatera Utara

Kota Medan Tahun 2013 ... 51 5.3 ... Tingkat Kolesterol Darah Total pada PNS Kanwil Direktorat

Jendral Perbendaharaan Provinsi sumatera Utara

Kota Medan Tahun 2013 ... 54 5.4Hubungan Konsumsi Energi dan Lemak dengan Tingkat

Kolesterol darah Total pada PNS Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi sumatera Utara

Kota Medan Tahun 2013 ... 55 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 58 6.2Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN  

                     


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata Yang Dianjurkan (Per Orang Per hari)

Pada Kelompok Umur 30-64 Tahun ... 9 Tabel 2.2 Daftar Beberapa Bahan Makanan

Yang Mengandung Kolesterol ... 15 Tabel 2.3 Kadar Kolesterol Darah Dalam mg/dl ... 19 Tabel 2.4 Kategori Indeks Massa Tubuh ... 23 Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden

Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makanan

Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 38 Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Konsumsi Energi

Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 40 Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Asupan Lemak

Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 41 Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total


(15)

Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 42

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kolesterol darah Total Berdasarkan Jenis Kelamin Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara

Kota Medan Tahun 2013 ... 43 Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total

Berdasarkan Tingkat Umur Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara

Kota Medan Tahun 2013 ... 43 Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan

Aktifitas Olahraga Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013...44 

Tabel 4.8 Hubungan Konsumsi Energi Dan Lemak Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS

Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 45 Tabel 4.9 Distribusi Aktifitas Olahraga Pada PNS

Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan

Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013 ... 47 Tabel 4.10 Distribusi Penyakit Degeneratif Pada PNS

Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Struktur Molekul Kolesterol………. ……… 16 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian……… 25


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Hasil Uji Exact Fisher

Lampiran 4 : Surat Pengantar Survei Pendahuluan Lampiran 5 : Surat Izin Survei Pendahuluan Lampiran 6 : Surat Pengantar Penelitian Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Lampiran 8 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 9 : Foto Penelitian

                   


(18)

ABSTRAK

Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi lebih dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya penyakit degeneratif seperti PJK. Upaya penangulangan dan pencegahan PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan terutama mengendalikan asupan lemak dari makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Desain penelitian ini adalah c ross-sectional.

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari : konsumsi pangan PNS, karakteristik PNS, pengukuran kolesterol darah total. Data sekunder yaitu gambaran umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan. Hubungan antara pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol dianalisa dengan deskriptif dengan uji statistik Exact-fisher dengan α 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar PNS mengkonsumsi sumber makanan hewani yang sering (1-3 kali per minggu) yaitu telur, daging ayam, daging sapi/kambing, ampela, udang/cumi/kepiting dan makanan lain yang mengandung lemak yaitu makanan gorengan dan makanan bersantan. Rata-rata kolesterol darah total 210,8 mg/dl, konsumsi energi PNS sebagian besar adalah baik (80%) tidak ada hubungan nyata antara konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,768). Konsumsi energi lemak yang paling banyak adalah lebih (75%) ada hubungan bermakna antara konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001), ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,002). Ada hubungan bermakna antara asupan asam lemak tidak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total (p=0,001)

Disarankan kepada PNS sebaiknya megatur pola konsumsi pangan yaitu dengan mengurangi konsumsi lemak dan mengatur frekuensi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol.

Kata kunci : Pola konsumsi pangan, tingkat kolesterol darah total, PNS  

       


(19)

ABSTRACT

Currently, Indonesia is facing double nutritional problems, namely lack of nutrition and over nutrition. Over nutrition is considered as the early signal of the coming of degeneratif disease such as Coronary Heart Disease. The attempt efforts to overcome and to prevent Coronary Heart Disease is by regulating food consumption pattern especially by controlling the fat supplied by the food consumed.

The purpose of this study was to find out the between the food consumption patternand the level of total blood cholesterol in Civil Servants in the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan with cross-sectional design.

The primary data for this study were obtained by distributing questionaires containing food consumption, characteristic, total blood cholesterol, measurement of Civil Servants. The secondary data were obtained from general description of the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan. The correlation between the food consumption pattern and the level of cholesterol was descriptively analyzed through Exact-Fisher statistic test at α = 0.05.

The result of this study showed that most of the Civil servants often consumed aminal food (1-3 times a week) such as eggs, chicken, beef/mutton, ampele, shrimp/squid/crab and other food containing fat such as fried and coconut-milk contained food. The average total blood cholesterol was 120.8 mg/dl, most of the energy consumed by the Civil Servants was good (80%) and there was no correlation between energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.768). fat energy consumption was higher (75%), therefore, there was a significant correlation between fat energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.001), between saturated fatty acid intake and the level of blood cholesterol (p=0.002), and between unsaturated fatty acid intake and the level of total blood cholesterol (p=0.001).

The Civil Servants are suggested to control their consumption pattern by reducing to consumed fat and controling the frequncy or eating fat and cholesterol containing food.

 

Keywords : Food Consumption Patterns, Total Blood Cholesterol Level, Civil Servant            


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan zaman dan era globalisasi yang terjadi saat ini membawa perubahan - perubahan dalam kehidupan. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pada pola makan. Di samping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik dikalangan masyarakat. Hasil identifikasi yang dilakukan Riskesdas, bahwa faktor resiko yang menyebabkan penyakit degeneratif di Sumatera Utara dinyatakan bahwa sebanyak 51,9% masyarakat Sumatera Utara kurang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga.

Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih. Pola makan yang berlebih dan kurangnya aktifitas berolahraga dapat menyebabkan tidak adanya metabolisme tubuh sehingga akan menyebabkan gizi lebih. Gizi lebih dianggap penting karena dapat menimbulkan penyakit tidak menular yang saat ini banyak terjadi di Indonesia. Masalah gizi lebih muncul pada awal tahun 1990-an. Gizi lebih disebabkan karena konsumsi pangan melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Salah satu bentuk gizi lebih adalah kegemukan dan obesitas (Santoso, 2004).

Dalam Laporan Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia ditemukan bahwa prevalensi obesitas tinggi yaitu pada pria sebesar 41,2% dan pada wanita sebesar 53,3% (Depkes, 2009).


(21)

Menurut Kodyat (1990), obesitas cenderung meningkat pada populasi dewasa. Sekitar 80-90% kasus obesitas diperkirakan ditemukan pada rentang usia dewasa. Kelompok usia 40-55 tahun merupakan kelompok paling rawan terhadap kejadian obesitas. Obesitas sangat erat hubungannya dengan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah kolesterol yang tinggi di dalam darah, ini dapat memberikan dampak penyumbatan pembuluh darah dan jantung. Obesitas sering dianggap sebagai sinyal awal munculnya keluhan penyakit-penyakit degeneratif.

Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun akibat epidemi global penyakit degeneratif (WHO, 2002). Penyakit degeneratif mencakup penyakit diabetes mellitus, kanker, stroke, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan lain-lain. Penyakit degeneratif sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi pangan. Salah satu penyakit degeneratif yang dapat terjadi akibat konsumsi pangan yang berlebih adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling banyak menyebabkan kematian. (Anwar, 2004).

Menurut data WHO (2002), jumlah individu yang meninggal akibat penyakit jantung koroner adalah sebanyak 5.825.000 untuk umur 60 tahun ke atas dan 1.332.000 untuk umur 15-59 tahun (Hanan, 2005). Di Indonesia pada tahun 2002, penyakit jantung merupakan penyebab kematian pertama, dengan angka mortalitas 14%.

Dan prevalensi penyakit janutng di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 7%. Ini merupakan prevalensi presentase tertinggi diantara beberapa penyakit degeneratif lainnya (Rikerdas, 2007).


(22)

Penelitian yang dilakukan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, mendapatkan bahwa pada tahun 2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa (Depkes RI, 2009). Faktor risiko pada PJK dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu : Faktor risiko yang dapat dikendalikan (dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes militus, kegemukan dan stres) dan yang tidak dapat dikendalikan (jenis kelamin, umur dan keturunan) (Chung, 2010).

Dari faktor-faktor di atas upaya penanggulangan dan pencegahan utama PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan, terutama mengendalikan energi lemak dan kolesterol. Ada dua jenis lemak dalam makanan, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh inilah yang meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Oleh karena itu semakin banyak konsumsi makanan berlemak, maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol dalam darah (Soeharto, 2004).

Kolesterol adalah jenis lemak, tubuh memperoleh kolesterol dari dua sumber yaitu, dibentuk di dalam tubuh oleh hati dan dari luar tubuh yang bersumber dari makanan. Kolesterol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kolesterol dalam darah terutama yang bersumber dari hewani. Kolesterol darah tersebut adalah kolesterol darah total, HDL, LDL dan trigliserida.

Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian, setiap penurunan kadar kolesterol sebesar 1% akan menurunkan risiko PJK sebesar 2% (Anwar, 2004). Penelitian kolesterol darah total <160 mg/dl dipertengahan umur dewasa memberi kontribusi yang rendah terhadap


(23)

risiko PJK. Banyak hal yang diduga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah diantaranya konsumsi pangan mengandung asam lemak jenuh, karbohidrat, kebiasaan olahraga, obesitas, kebiasaan minum alkohol, merokok, dan diabetes militus (Semiardji, 2003).

Adapun pengaruh konsumsi pangan terhadap kadar kolesterol darah telah diteliti oleh Kriss-Etherton et al (2001). Penelitian tersebut membandingkan pengaruh pemberian diet tinggi asam lemak tak jenuh tunggal (15%-27%) dari kalori total dibandingkan dengan diet rendah asam lemak (7%-12%) dari kalori total terhadap kadar kolesterol darah total. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan dengan asupan asam lemak <15% dari kalori total dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Penelitian Hatma (2001) mendapatkan adanya korelasi positif yang bermakna antara asupan asam lemak dengan kadar kolesterol total pada etnis Minangkabau. Pada tahun yang sama, Tala juga melakukan penelitian di Kecamatan Mampang Prapatan mendapatkan sekitar 24% subjek penelitian laki-laki, usia di atas 35 tahun, mempunyai kadar kolesterol darah total >240 mg/dl dan asupan lemak jenuh 3,3-9% dari kalori total.

Penelitian Arnett et al (2003), mendapatkan hasil bahwa 54% laki-laki dan 46% wanita dari 4466 subjek penelitian yang tidak mengonsumsi serat (buah dan sayur) memiliki tingkat asam lemak jenuh yang tinggi.

Penelitian terbaru mengenai hubungan konsumsi dengan asam lemak jenuh dilakukan oleh Otto et al (2012), mendapatkan hasil bahwa penggantian dari 2% energi asam lemak jenuh daging dengan energi asam lemak jenuh susu dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskuler, mendapatkan hasil 25% lebih rendah.


(24)

Keadaan ini merupakan pendorong untuk dilakukannya penelitian hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil (PNS) di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

Secara umum, PNS yang bekerja pada Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan. Hal ini diduga karena kebiasaan makan yang tidak teratur dan kurangnya aktifitas berolahraga. Melalui wawancara yang dilakukan pada saat survei awal pada tanggal 19 Juli 2013, sekitar 50% PNS mengalami penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes militus, dan PJK. Mereka tidak mendapatkan general chek-up secara rutin sehingga pemeriksaan kesehatan dilakukan di poliklinik atau laboratorium tertentu dengan menggunakan askes secara individu.

Terdapat 60% dari jumlah seluruh PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan berusia 40 tahun keatas, yaitu sebanyak 63 orang. Berdasarkan data yang diperoleh pada kunjungan PNS di Poliklinik Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara, terdapat 29 orang dengan kriteria umur 40 tahun keatas yang rutin memeriksakan tingkat koleterol darah mereka. Dari 29 orang PNS tersebut 78% dengan kolesterol darah total >200 mg/dl.

Dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan sekitar 80% dari 105 PNS menggunakan sarana kantin dan warung yang berada disekitar lingkungan kantor untuk memenuhi kebutuhan energi pada waktu sarapan pagi dan makan siang. Gambaran konsumsi pangan pada saat bekerja di kantor adalah dari jenis makanan seperti nasi, daging dan ikan goreng atau berkuah santan. Rendahnya konsumsi serat yang diperoleh


(25)

dari buah-buahan dan sayuran. Berdasarkan jenis makanan pokok nasi yang dikonsumsi dengan frekuensi 3x/hari dan jumlah konsumsi energi rata-rata yang dianjurkan sehari dapat diduga melebihi dari kebutuhan. Sementara pencegahan utama untuk PJK adalah pengaturan pola konsumsi pangan yang baik.

Berdasarkan hal di atas penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui jenis makanan dan frekuensi makanan yang di konsumsi pada pegawai negeri sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.


(26)

2) Untuk mengetahui konsumsi energi dan lemak pada pegawai negeri sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

3) Untuk mengetahui tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

4) Untuk mengetahui hubungan konsumsi energi dan lemak dengan tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pegawai negeri sipil untuk memperhatikan konsumsi pangan sebagai salah satu upaya mencegah penyakit degeneratif.

                 


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004).

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Pangan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahanya. Keadaan kesehatan tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kuantitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat (Sediaoetama, 2006).

Kebutuhan akan energi dan zat gizi tergantung pada beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetika dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyususi. Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang digunakan sebagai standart guna mencapai status gizi. Kebutuhan normal tubuh adalah kebutuhan yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang


(28)

dianjurkan per orang per hari. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Energi rata-rata yang dianjurkan untuk orang dewasa kelompok umur 30-64 dapat dilihat pada tabel berikut (Almatsier, 2009)

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata Yang Dianjurkan (per orang per hari ) Pada Kelompok Umur 30-64 Tahun

No Golongan Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi 1. Pria 30-49 tahun 50-64 tahun 62 62 165 165 2350 2250 2. Wanita 30-49 tahun 50-64 tahun 55 55 156 156 1800 1750 Sumber : Almatsier, 2009

Bila konsumsi baik kuantitasnya maupun jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Gizi lebih disebabkan karena konsumsi pangan yang melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Gizi lebih yang sering kali diikuti dengan timbulnya penyakit kronis diantaranya PJK, hipertensi, diabetes militus, dan kanker (Sediaoetama, 2006).

Hasil yang diperoleh dari SKRT menunjukan bahwa PJK menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia dan prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun (Muchtadi, 2000).


(29)

Boediharmojo (1993) dalam buku kumpulan orasi ilmiah guru besar teknologi pangan dan gizi mengatakan, naiknya prevalensi PJK bukan hanya disebabkan karena bertambahnya usia manusia, tetapi lebih disebabkan oleh gaya hidup yang salah atau disebut juga disease of life style. Meskipun gizi lebih bukan penyebab satu-satunya timbulnya PJK tetapi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempercepat timbulnya penyakit. Sehingga, dapat timbul lebih dini. Yang dimaksud untuk dikemukakan adalah lemak yang meningkatkan kadar kolesterol darah. Upaya pencegahan timbulnya PJK dalam gizi adalah peranan pola makan sehat dan gizi seimbang. Pengaturan pola makan bagi pengendalian PJK dapat dilakukan dengan mengikuti Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

2.1.1. Komsumsi Makanan Beraneka Ragam

Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Anwar, 2008).

Makanan sumber zat tenaga seprti beras, jagung, gandum, roti, dan ubi, menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang berasal dari bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil olahannya. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung


(30)

berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh (Arisman, 2008).

Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makanan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan mengonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari) seperti padi-padian, kacang kacangan, sayur dan buah-buahan dapat mencegah atau memperkecil terjadinya penyakit degeneratif seperti PJK.

2.1.2. Konsumsi Makanan Sesuai Kebutuhan Tubuh

Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Konsumsi energi yang berlebih mengakibatkan kenaikan berat badan, energi yang berlebih disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan tubuh lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan obesitas disertai berbagi gangguan kesehatan seperti penyakit hipertensi, penyakit diabetes melitus, penyakit jantung, dll. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Berat badan merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui keadaan gizi dan kesehatan, untuk itu dianjurkan untuk melakukan penimbangan berat badan secara teratur (Michael, 2010).

Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sumber karbohidrat komplek adalah padi-padian, ubi, jagung, singkong, sagu, dll. Batasi sumber karbohidrat sederhana seperti gula sampai dengan 3 – 4 sdm/hari, karena konsumsi gula


(31)

yang berlebih akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh sebagi lemak, akumulasi dalam waktu lama mengakibatkan obesitas.

2.1.3. Konsumsi Lemak dan Minyak

Lemak atau lipid adalah ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang bersifat larut dalam pelarut lemak seperti benzene dan eter. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi berbentuk padat pada suhu kamar disebut lemak, sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah berbentuk cair disebut minyak (Achadi, 2007).

Lemak dalam makanan terdiri dari trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid yang terbanyak terdapat dalam bentuk trigliserida. Berdasarkan ikatan lemaknya dan kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna (Soestyo, 2003).

Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan. Mengonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan beresiko PJK. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita PJK, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah (Sulviana, 2008).


(32)

Berdasarkan jumlah atom karbon, asam lemak digolongkan menjadi asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang. Berdasarkan posisi atom hidrogen yang berada pada ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh dibagi menjadi cis dan trans. Kebutuhan lemak yang dianjurkan dalam sehari adalah 10-25% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit seperti dislipidemia membutuhkan modifikasi kebutuhan lemak tergantung dari berat dan ringannya kondisi penyakit (Almatsier, 2005).

2.1.4. Konsumsi Makanan Rendah Garam dan Tinggi Kalium

Dianjurkan untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari. Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari garam dan sumber lain seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung (Sabriah, 2010).

Berbeda halnya dengan natrium, kalium merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah.


(33)

Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain (Anwar, 2008).

2.1.5. Alkohol

Minuman beralkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat menghambat proses penyerapan zat gizi dan menghilangkan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang penting bagi tubuh sehingga menyebabkan peminum alkohol dapat menderita kurang gizi. Selain itu konsumsi alkohol juga menyebabkan penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan di dalam tubuh (Bull, 2007).

2.1.6. Serat

Banyak bukti yang menunjukan bahwa serat makanan memegang peranan spesifik dalam menurunkan kadar kolesterol serum darah. Penelitian Story dan Kristchevcky (1976) percobaan pada hewan dan manusia, menjelaskan bahwa beberapa komponen serat makanan menurunkan kadar kolestrol darah.

Dan teori Leveille (1977) yang paling banyak diterima adalah beberapa komponen serat makanan mampu mengikat asam/garam empedu dan dengan demikian akan mencegah penyerapannya kembali dari usus dan meningkatkan ekskresi melalui feces sehingga akan meningkatkan konversi kolesterol dan serum darah menjadi asam/garam empedu.


(34)

2.2. Kolesterol

Lemak tidak dapat dipisahkan dari kolestrol. Kolesterol diperlukan oleh tubuh antara lain untuk (a) Sintesis asam/garam empedu, yang diperlukan untuk proses pencernaan lemak/ minyak (b) Sintesis hormon steroid, (c) Sintesis vitamin D dan (d) Sebagai komponen membran sel. Apabila seseorang tidak mengonsumsi kolesterol maka hati akan mensistesisnya dari asam lemak. Demikian hati akan memproduksi kolesterol. Meskipun, kolesterol masuk melalui makanan sangat banyak. Akibat hal ini, meningkatkan kadar kolesterol dalam darah (Muchtadi, 2000).

Kolesterol tidak dapat dioksidasi di dalam tubuh untuk dijadikan sebagai sumber energi. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah adalah dengan memperbesar jumlah ekskresi asam empedu/garam empedu. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi serat makanan dan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol (Muchtadi, 2000).

Tabel 2.2. Daftar Beberapa Bahan Makanan yang Mengandung Kolesterol No

Bahan Pangan Hewan Kadar Kolesterol (mg/100g)

1 Susu cair 13,5

2 Susu skim 1,6

3 Mentega 218,6

4 Keju 106,1

5 Daging ayam 84,7

6 Daging sapi 102,4

7 Otak 2000,0

8 Hati (sapi, kambing, babi) 435,3

9 Jantung (sapi) 270,6

10 Ginjal 800,0

11 Telur 274,0

12 Udang 152,9


(35)

Sumber : G Ko terdapat da tubuh (cho darah, emp Sed kuning tel sayur dan b

Fun mengatur p cairan emp penting da membentu Kolesterol (Su Guthrie, 199 lesterol ada ari luar tubu olesterol en pedu, bagian dangkan pa lur, daging buah-buaha ngsi utama penyerapan pedu yang b alam proses uk vitamin memiliki ru

umber : Alm

96 dalam bu alah salah s uh berupa ba

ndogen). Pa n luar kelenj ada bahan merah, ota an (Manurun

kolesterol zat yang la befungsi seb s pertumbuh D dan pen umus strukt

Gamb matsier, 2009

uku Pangan satu sterol y ahan makan ada tubuh m

jar adrenal, makanan y ak dan hati.

ng, 2004). adalah mem arut dalam a bagai pence han dan me nting bagi tur sebagai b

ar 2.1. Stru 9)

dan Gizi yang termas n (cholestero manusia ko dan jaringa yang meng . Kolesterol

mbentuk m air dan kuli erna lemak, embantu dal

pembentuk berikut :

uktur Mole

suk dalam k ol eksogen) olesterol ba an saraf. (Lu andung tin l tidak disin

membran sel it, melindun membentuk lam proses kan hormon kul Koleste kelompok l dan dibentu anyak dijum ubis, 2009). nggi koleste ntesis oleh

l, yang berg ngi otak, pe k hormon tu

pencernaan ne seks dal

erol

lemak yang uk di dalam mpai dalam erol adalah tumbuhan, guna untuk embentukan ubuh, unsur n makanan, lam tubuh.


(36)

Menurut Muchtadi (1993), kolesterol diangkut oleh darah dalam bentuk terikat dalam lipoprotein plasma. Lipoprotein adalah gabungan molekul lemak (lipid) dan protein yang disintesis di dalam hati. Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas dan mengangkut berbagai jenis lemak dalam jumlah yang berbeda pula. Partikel-partikel lipoprotein memiliki sifat khusus dan berbeda pada proses pembentukan arterosklerosis, tubuh membentuk 4 (empat) jenis lipoprotein meliputi :

1. Kilomikron

Merupakan jenis lipoprotein yang kandungan lemaknya tinggi, densita rendah, komposisi trigliserida tinggi, dan membawa sedikit protein. Kilomikron adalah lipoprotein yang berukuran paling besar serta berfungsi mengangkut lipid berasal makanan dari saluran cerna ke seluruh tubuh. (Almatsier, 2009).

2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Very low density lipoprotein disintesis di hati, berfungsi untuk transport lemak. Jenis lipoprotein ini memiliki kandungan lipid tinggi. Kurang lebih sebanyak 20 persen kolesterol terbuat dari lemak endogenous di hati. Bila VLDL meninggalkan hati, lipoprotein lipase kembali bekerja dengan memecah trigliserida. Kemudian, VLDL akan mengikat kolesterol yang ada pada lipoprotein lain dalam sirkulasi darah. VLDL akan bertambah berat karena kekurangan trigliserida dan mejadi LDL (Bull, 2010).


(37)

3. High Density Lipoprotein (HDL)

HDL disintesis di dalam hati dan usus, setelah HDL disekresikan ke dalam darah, akan mengalami perubahan akibat berinteraksi dengan kilomikron dan VLDL. Jika sel-sel lemak membebaskan gliserol dan asam lemak, kemungkinan kolesterol dan fosfolipid akan dikembalikan pula ke dalam aliran darah. Hati dan usus halus kemudian akan memproduksi HDL yang masuk ke aliran darah. HDL akan mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam aliran darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh (Almatsier, 2009).

Jenis lipoprotein ini membawa lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat dari lemak endogenous di hati. Oleh karena kandungan kolesterolnya lebih rendah dan fungsinya sebagai pembuangan kolesterol maka HDL ini sering disebut kolesterol baik. Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan risiko terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan cara berhenti merokok, mengurangi berat badan dan menambah aktifitas (Djohan, 2004).

4. Low Density Lipoprotein (LDL)

Jenis lipoprotein ini membawa lemak dan mengandung kolesterol yang sangat tinggi, dibuat dari lemak endogenous di hati. Kolesterol ini sering disebut sebagai kolesterol jahat. Hal tersebut dikarenakan LDL yang teroksidasi di pembuluh darah oleh sel-sel perusak (scavenger pathway) sehingga tidak dapat kembali ke dalam aliran darah (Almatsier, 2009).


(38)

Hal tersebut akan mengakibatkan penumpukan dalam pembuluh darah dan apabila terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak tersebut akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel -sel otot dan kalsium sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis (Almatsier, 2009).

Tabel 2.3. Kadar Kolesterol Darah dalam mg/dl

No Jenis Kolesterol Diinginkan Diwaspadai Berbahaya

1 Kolesterol Total < 200 200-239 > 240

2 Kolesterol LDL < 130 130-159 160

3 Kolerterol HDL > 45 36-44 < 35

4 Trigliserida < 200 200-399 > 400

Sumber : Depkes, 2007

Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah berat badan berlebih dan aktifitas olahraga. Namun yang dapat memberikan kontribusi secara langsung adalah konsumsi pangan.

2.3. Konsumsi Pangan yang Mempengaruhi Peningkatan Kolesterol Darah Konsumsi pangan yang sehat memegang peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, apa yang kita makan dapat memengaruhi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa konsumsi pangan dengan tinggi kalori dan lemak berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol darah. Keadaan ini akan berbanding lurus dengan terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan oleh sebab itu upaya yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner melalui pengaturan pola makan dalam tubuh lebih umum dikenal intake makanan (Soekidjo, 2007).

Asupan makanan yang berlebih terutama kalori tinggi dan lemak tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam darah. Keadan ini akan mempercepat


(39)

terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah adalah penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah jantung berbentuk luka goresan (plak). Proses terjadinya plak ini tenjadi oleh karena penumpukan lemak. Pada mulanya berbentuk endapan lunak, dengan proses yang lama mengakibatkan endapan tersebut menjadi keras dan tidak elastis yaitu aterosklerosis. Ini yang menyebabkan penyakit jantung koroner (Sabriah, 2010).

Obesitas dapat juga menyebabkan kolesterol total dan LDL tinggi yang mengakibatkan penyakit jantung koroner. Konsumsi pangan yang berlebih yang berhubungan dengan peningkatan kolesterol dalam darah menghasilkan kadar lipid dalam darah. Komposisi makanan seimbang yang menghasilkan kalori terdiri atas sumber karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 % dan lemak tidak lebih dari 25 %. Jumlah kalori yang dibutuhkan setiap hari disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin (Manurung, 2004).

Berikut hubungan Pola konsumsi makanan dengan kolestrol darah total : 2.3.1. Hubungan Karbohidrat dengan Kolesterol Darah

Karbohidrat dalam makanan pada umunya dibedakan menjadi karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Sumber karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu padi-padian, atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula (Nawi, 2003).

Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh diubah menjadi lemak. Perubahan ini terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat


(40)

menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas. 1(satu) gram karbohidrat menghasilkan 4 (empat) kalori (Sabriah, 2010).

Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energy segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. Seseorang yang memakan karbohidrat dalam jumlah berlebihan akan menjadi gemuk hal ini akan meningkatkan kolesterol darah total dalam tubuh.

Menurut Grundy (1998) dalam buku gizi dan pangan, konsumsi tinggi karbohidrat cenderung meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL.

2.3.2. Hubungan Lemak dengan Kolesterol Darah

Lemak pada makanan membuat rasa lebih gurih dan enak. Lemak terbagi atas lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Akan tetapi asupan lemak memberi sumbangan yang besar terhadap peningkatan kolesterol dalam darah. Sumber utama lemak dan lipida adalah minyak dan tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, mentega, margarin dan lemak hewan (Silalahi & Tampubolon, 2002).

Fungsi lemak sebagai sumber energi merupakan sumber energi yang paling padat. Dalam 1 (satu) gram menghasilkan 9 (sembilan) kalori, yaitu dua setegah kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Sebagai


(41)

simpanan, lemak merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi (Soeharto, 2004).

Pengaruh lemak terhadap kesehatan bahwa, akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah apabila berlebih dan tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui feces, urine dan kelenjar. Kondisi ini tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah (Soeharto, 2004).

Hasil penelitian Jonnalagadda dkk (1996) konsumsi tinggi asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol plasma, diperkirakan setiap penambahan asam lemak jenuh 1% dari total kalori terjadi peningkatan kolesterol darah sebanyak 1,9 mg/dl (Manurung, 2004).

Menurut National Cholesterol Education Program (NCEP) menganjurkan untuk membatasi konsumsi asam lemak jenuh <10% total kalori dan jika kadar kolesterol masih tinggi dianjurkan untuk mengurangi sampai 7% dari total kalori (Manurung, 2004).

2.3.3. Hubungan Protein dengan Kolesterol Darah

Bahan makanan sumber protein terdiri dari bahan makanan protein hewani dan nabati. Berbagai penelitian memperlihatkan konsumsi protein hewani yang lebih cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah. Hal tersebut disebabkan bahan makanan sumber protein nabati dapat mencegah dislipidemia karena kandungan serat dan asam lemak tak jenuhnya (Manurung, 2004).

Kelebihan kalori yang disebabkan konsumsi protein yang berlebihan juga dapat meningkatkan sintesis asam lemak sehingga dapat menyebabkan dislipidemia. Dalam hal ini, sumber karbonya membentuk asetil menjadi asetoasetil selanjutnya membentuk kolesterol (Anwar, 2004).


(42)

2.4. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar lemak dalam tubuh seseorang. IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah dan mudah dilakukan (Supariasa, 2001).

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut (HISOBI, 2007) :

Tabel 2.4. Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT Kategori

< 18,5 Berat Badan Kurang (kurus)

18,5  22,9 Berat Badan Normal

≥ 23 Berat Badan Lebih

23,0  24,9 Resiko Obesitas

25,0  29,9 Obesitas Tingkat I

> 30 Obesitas Tingkat II

Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007 2.5.Aktifitas Olahraga

Aktivitas olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran. Menurut WHO (2003) anak - anak dan remaja membutuhkan aktivitas olahraga selama 20 menit 3 (tiga) kali seminggu, kontrol berat badan memerlukan aktivitas olahraga yang sedang sekitar 60 menit setiap hari dan untuk


(43)

membakar kalori dan memperoleh manfaat kardivaskuler, orang dewasa harus melakukan latihan minimal 20 – 30 menit, 3 sampai 4 kali seminggu.

Rekomendasi ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang diseluruh dunia, sehingga WHO menyarankan aktivitas jasmani tersebut dilakukan dengan memasukkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.6. Metode Penilaian Konsumsi Pangan

Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. untuk menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi pangan individu. Penilaian asupan zat gizi individu ditujukan untuk mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Gibson, 1990).

Menurut Gibson metode penilaian komsumsi pangan individu dapat dikelompokan menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1) Metode konsumsi harian kuantitatif dan (2) Metode riwayat makanan dan frekuensi konsumsi pangan. Kedua metode ini memperoleh informasi retrospektif pola konsumsi pangan pada periode yang lama di masa lalu. Metode ini lazim digunakan untuk menilai asupan kebiasaan pangan atau kelompok pangan spesifik.

Dengan modifikasi, metode ini dapat menyediakan data asupan kebiasaan zat gizi. Metode yang dipakai dalam penentuan asupan kebiasaan pangan tingkat individu dapat dibedakan atas 6 metode yaitu (1) Metode ingatan 24 jam (24-hours recall method) (2) Metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-hours recall method) (3) Metode pencatatan makanan (food record method) (4) Metode penimbangan pangan (weighed


(44)

food method) (5) Metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method) (6) Metode riwayat makanan (dietary history) (Siagian, 2010).

Untuk mendapatkan informasi terhadap kejadian yang telah lalu yang harus digali dari subjek penelitian, metode konsumsi pangan yang dipakai adalah metode ingatan 24 jam (24-hour food recall) dan metode frekuensi konsumsi pangan (food frequensi) (Basuki, 2000).

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Pola konsumsi pangan PNS dapat dilihat dari ragam makanan, frekuensi makanan, konsumsi energi dan lemak. Hal ini diduga menyebabkan terjadinya peningkatan kolesterol darah total. Jika peningkatan kolesterol darah total terus terjadi keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka dapat dibuat hipotesa penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total. 2. Ada hubungan konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total. 3. Ada hubungan asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total. 4. Ada hubungan asupan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total. Pola Konsumsi Pangan PNS:

1. Jenis makanan 2. Frekuensi Makanan

3. Konsumsi Energi dan Lemak

Kolesterol Darah Total

Penyakit Jantung Koroner


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian pengamatan sesaat (cross sectional), yaitu dengan menggambarkan hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

3.2. Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan di Gedung Keuangan Negara I Lantai III, Jalan Pangeran Diponegoro No. 30-A Medan.

Alasan pemilihan lokasi penelitian dengan dasar pertimbangan tingginya tingkat kolesterol darah total pada pemeriksaan kolesterol yang dilakukan di poliklinik dari 29 orang PNS yang berusia 40 tahun ke atas sebanyak 23 orang (78%) dengan kolesterol darah total >200 mg/dl dan secara umum PNS yang bekerja di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan mengalami kegemukan dan beresiko hiperkolesterolemia yang merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner.


(46)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2013. 3.3. Populasi dan sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PNS yang bekerja di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan, yaitu sebanyak 105 orang.

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini merupakan sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel untuk populasi kecil (Notoatmojo, 2002), sebagai berikut :

Keterangan :

N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan Perhitungan besar sampel secara kasar :

N = 105 d = 0,1


(47)

5 , ∼ 5 orang

Dari perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah sampel penelitian adalah minimal 51 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel dalam penelitian ini menjadi 60 orang. Sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota berusia 20-56 tahun.

2. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian dan mengisi kuesioner penelitian. 3. Bersedia berpuasa selama 10 jam.

3.4. Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer meliputi data responden yang diperoleh secara langsung di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan, yaitu :

1. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan);

2. Data konsumsi pangan didasarkan pada metode food recall 24 jam, sedangkan frekuensi makanan dan jenis makanan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir food frequency.


(48)

3. Data kolesterol darah total diperoleh melalui pengukuran langsung dengan menggunakan EasyTouch Monitoring.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data jumlah pegawai negeri sipil diperoleh dari Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan, dan data gambaran umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

3.5. Metode Pengambilan Darah Untuk Pengukuran Tingkat Kolesterol Darah Total

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan EasyTouch Monitoring yaitu mengambil sampel darah pada PNS menggunakan lancing device sebanyak 15 microliter. Sampel darah kemudian dimasukkan kedalam lancet yang sudah terpasang pada monitor dan akan berlangsung selama 150 detik hingga mendapatkan data kolesterol darah total dalam satuan milligram per desiliter (mg/dl).

Pengukuran pada penelitian ini dilakukan oleh perawat Poliklinik Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah : 1. Kuesioner, yang berisi data identitas diri responden

2. Formulir food recall 24 jam 3. Formulir food frequency


(49)

5. Food model 6. Nutrisurvey

3.7. Variabel dan Definisi Operasional 3.7.1. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola konsumsi pangan yang dilihat dari susunan menu, jenis makanan, frekuensi makanan, dan konsumsi energi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kolesterol darah total dan merupakan variabel pendukung yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner.

3.7.2. Defenisi Operasional

1. Pola konsumsi pangan adalah suatu keadaan yang menggambarkan jenis, frekuensi dan jumlah energi yang dikonsumsi oleh responden.

2. Jenis makanan adalah berbagai macam bahan makanan yang dikonsumsi pegawai negeri sipil dalam sehari.

3. Frekuensi makanan adalah keacapan mengonsumsi makanan oleh pegawai negeri sipil.

4. Konsumsi energi adalah jumlah energi (kalori) yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi oleh pegawai negeri sipil dalam sehari.

5. Kolesterol darah total adalah jumlah kolesterol darah total dalam darah yang diperiksa setelah puasa 10 jam.


(50)

3.8. Aspek Pengukuran 1. Pola Konsumsi Pangan

a. Pengukuran pola konsumsi pangan dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir food recall 24 jam selama 2 hari dengan selang waktu 3 hari.

b. Jenis makanan diperoleh dengan melihat jenis makanan terdiri dari, makanan pokok, sayuran, lauk pauk, buah-buahan, serta makanan lain yang dikonsumsi termasuk makanan ringan (snack) dan minuman.

c. Frekuensi makanan yang terdiri dari; nasi, sayuran, lauk pauk, buah-buahan dengan melihat hasil formulir frekuensi makanan.

Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut : - 1x/hari

- 2-3x/hari - 1-3x/minggu - 1-2x/bulan - Tidak pernah

d. Konsumsi energi dan lemak diperoleh melalui food recall 2 kali 24 jam dan hasil analisis bahan makanan dihitung rata-rata konsumsi energi, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi.

Pengukuran tingkat kecukupan energi dengan menggunakan rumus (Supariasa dkk, 2001) :


(51)

Jumlah Konsumsi

Tingkat kecukupan energi = x 100%

Kecukupan yang dianjurkan Dikategorikan menjadi :

- Defisit : < 70 %

- Kurang : 70  80 % AKG - Cukup : 80 – 99 % AKG - Baik : ≥ 100 % AKG

Pengukuran tingkat kecukupan lemak didasarkan pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dengan kategori sebagai berikut (Depkes, 2003) :

- Kurang : < 10 % AKE - Baik : 10  25 % AKE - Lebih : >25 % AKE

e. Asupan Lemak yang dianjurkan dengan komposisi (WHO, 1990) : - Asam lemak jenuh : < 10% dari kalori total


(52)

2. Tingkat kolesterol darah total

Diperoleh dengan pengukuran langsung menggunakan monitoring EasyTouch. Kolesterol darah total di kategorikan menjadi (Depkes, 2007) :

a. Diinginkan : < 200 mg/dl b. Diwaspadai : 200-239 mg/dl c. Berbahaya : ≥ 240 mg/dl

3.9. Metode Pengolahan dan Analisa Data 3.9.1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing

Data yang dikumpulkan segera diperiksa dan diperbaiki dengan cara memeriksa jawaban yang kurang.

2. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan maka data ditabulating dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.9.2. Metode Analisa Data

Data yang sudah terkumpul, diolah dan kemudian dianalisa secara deskriptif. Sedangkan untuk menguji hipotesis variabel penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi-square atau exact fisher pada taraf kepercayaan 95% . Apabila probabilitas (p) lebih kecil dari α (p<0,05) maka ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel penelitian dengan kolesterol darah total.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan beralamat di Gedung Keuangan Negara I Lantai III, Jalan Pangeran Diponegoro No. 30-A Medan. Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dan membawahi semua Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 11 (sebelas) KPPN.

Visi Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsis Sumatera Utara adalah “Menjadi Pengelola Perbendaharaan Negara yang Profesional, Transparan dan Akuntabel dalam Proses Mewujudkan Bangsa yang Mandiri dan Sejahtera”, adapun misi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara adalah Mewujudkan Pelaksanaan Anggaran yang Berbasis Kinerja, Pengelolaan Kas Negara yang Transparan dan Akuntabel, Menghasilkan Pelayanan di Bidang Perbendaharaan dan Informasi Keuangan yang Cepat,Tepat dan Akurat.

Jumlah pegawai negeri sipil yang bekerja pada Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsis Sumatera Utara berjumlah 105 orang. Aktivitas pekerjaan sehari-hari PNS melakukan pekerjaan lebih banyak beraktivitas di dalam gedung kantor dari pada luar gedung kantor. Jam kerja yang diperkenankan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab PNS dimulai dari jam 07.30 sampai jam 17.00 WIB.


(54)

4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada responden yang berjumlah 60 orang, adapun karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan indeks massa tubuh (IMT) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

No Karakteristik Responden n %

1. Umur Responden

 < 40  40 – 49  ≥ 50

23 24 13 38,3 40,0 21,7

Jumlah 60 100,0

2. Jenis Kelamin

 Laki-laki  Perempuan 24 36 40,0 60,0

Jumlah 60 100,0

3. Tingkat Pendidikan

 SMA

 Akademi (Diploma)  S1  S2 16 8 29 7 26,7 13,3 48,3 11,7

Jumlah 60 100,0

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)  Berat badan kurang (<18,5)  Berat badan normal (18,5-22,9)  Berat badan lebih (23,0-24,9)  Obesitas tingkat I (25,0-29,9)

3 14 17 26 3,3 25,0 28,4 43,3

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa karakteristik responden menurut umur, yang lebih banyak pada kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 24 orang (40,0%) dibandingkan kelompok umur responden yang lain. Seacara keseluruhan kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur >40 tahun dengan jumlah 37 orang (61,7%).


(55)

Umur responden antara umur 30 tahun sampai dengan 56 tahun. Umur merupakan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan pada PJK, sehingga dianggap perlu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara dini.

Dilihat menurut jenis kelamin, responden lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (60%). Dan tingkat pendidikan responden lebih banyak pada tingkat pendidikan S1 sebanyak 29 orang (48,3%) dan SMA sebanyak 16 orang (26,7%). Karakterstik responden menurut indeks massa tubuh (IMT) lebih banyak pada obesitas tingkat I yaitu sebanyak 26 orang (43,3%) dan berat badan lebih sebanyak 17 (28,4%). Berat badan berlebih merupakan faktor resiko terhadap tingginya kolesterol darah yang dapat menyebabkan PJK.

4.3. Pola Konsumsi Pangan Responden

Pola konsumsi pangan responden meliputi jenis dan frekuensi makanan yang diperoleh melalui alat ukur formulir food frequency dan jumlah makan yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur metode food recall 24 jam.

4.3.1. Jenis dan Frekuensi Makanan

Jenis bahan makanan yang dikonsumsi terdiri dari bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan jenis-jenis lain. Jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh PNS pada Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut.


(56)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden mengonsumsi setiap jenis bahan makanan (bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah, dan jenis lainnya) secara bergantian dengan frekuensi makanan beragam sebagai berkut :

Dari hasil penelitian berdasarkan jenis dan frekuensi bahan makanan pokok bahwa, hampir seluruh responden mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok yaitu sebanyak 57 orang (95%) dengan frekuensi makan 2-3x/hari. Mie dan roti jarang dikonsumsi responden. Untuk bahan makanan pokok singkong sebayak 18 orang (30%) tidak pernah mengonsumsi bahan pokok tersebut.

Untuk jenis bahan makanan lauk pauk, responden lebih sering mengonsumsi ikan segar sebanyak 37 orang (61,6%) dengan frekuensi 2-3x/hari, sedangkan untuk konsumsi daging yaitu daging ayam sebanyak 29 orang (48,3%), daging sapi sebanyak 27 orang (45%), telur ayam sebanyak 39 orang (65%) dan konsumsi udang dan cumi sebanyak 29 orang (48,3%) dengan frekuensi makan 1-3x/minggu,

Pada jenis bahan makanan sayuran, yang paling sering dikonsumsi responden adalah sawi dengan frekuensi 1x/hari sebanyak 21 orang (35%), bayam, kacang panjang, wortel dan timun dengan frekuensi 1-3x/minggu, rata-rata konsumsi responden sebanyak 35 orang (25%) sedangkan untuk konsumsi sayur daun ubi sebanyak 8 orang (13,7%) tidak pernah mengonsumsi.

Untuk konsumsi jenis bahan makanan buah, 23 orang (38,3%) makan buah pisang dengan frekuensi 1x/hari dan 33 orang (55%) dengan frekuensi 1-3x/minggu, sedangkan jeruk sebanyak 36 orang (60%) dan pepaya sebanyak 39 orang (65%).


(57)

Jenis bahan makanan lain-lain, responden yang mengonsumsi kopi sebanyak 23 orang (38,3%) dan teh manis sebanyak 31 orang (51,6%) dengan frekuensi 1x/hari. Untuk makanan gorengan sebanyak 39 orang (65%), makanan bersantan 11 orang (18,4%) dan konsumsi sate sebanyak 31 orang dengan frekuensi 1-3x/minggu.

4.4. Konsumsi Energi dan Lemak

Dari hasil penelitian diperoleh konsumsi energi responden dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Berdasarkan Konsumsi Energi Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No Konsumsi Energi %

1 Konsumsi Energi

 Kurang (70-80% AKG)  Cukup (80-99% AKG)  Baik (≥100% AKG)

2 10 48 3,3 16,7 80,0

Jumlah 60 100,0

2 Konsumsi Lemak

 Kurang (<10% AKE)  Baik (10-25% AKE)  Lebih (>25% AKE)

2 13 45 6,7 18,3 75,0

Jumlah 60 100,0

Jika dilihat dari tabel diatas, konsumsi energi responden lebih banyak pada kategori konsumsi energi baik sebanyak 48 orang (80%). Hal ini menunjukan bahwa konsumsi energi responden sebagian besar sudah memenuhi dari kebutuhan yang dianjurkan. Adapun jumlah asupan energi responden paling rendah sebanyak 1313 kkal dan asupan yang paling tinggi dikonsumsi sebanyak 3248 kkal dengan rata-rata konsumsi sebanyak 2246,2 kkal.


(58)

Distribusi responden berdasarkan konsumsi lemak lebih banyak pada kategori lebih sebanyak 45 orang (75,0%). Jumlah asupan lemak yang paling rendah sebanyak 32 gram dan yang paling tinggi dikonsumsi sebanyak 155 gram dengan rata-rata konsumsi lemak sebanyak 83,6 gram.

4.5. Asupan Lemak

Dari hasil penelitian diperoleh asupan asam lemak jenuh dan asupan lemak tidak jenuh responden dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Berdasarkan Asupan Lemak Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

o

Asupan Lemak n %

1 Asam lemak jenuh  < 10 %

 > 10 %

7 53

11,7 88,3

Jumlah 60 100,0

2 Asam lemak tak jenuh  < 7 %

 > 7 %

20 40

33,3 66,7

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat asupan asam lemak jenuh lebih banyak pada konsumsi >10% dengan jumlah 53 orang (88,3%). Adapun jumlah asupan lemak jenuh responden paling rendah sebanyak 11 gram dan paling tinggi yang dikonsumsi sebanyak 114 gram dengan rata-rata konsumsi sebanyak 63,4 gram.


(59)

Dan asupan asam lemak tak jenuh lebih banyak pada konsumsi >7% yaitu sebanyak 40 orang (66,7%). Adapun jumlah asupan lemak tak jenuh responden paling rendah sebanyak 2 gram dan paling tinggi sebanyak 62 gram dengan rata-rata konsumsi sebanyak 20,2 gram.

4.6. Tingkat Kolesterol Darah Total

Dari hasil pemeriksaan kolesterol darah total diperoleh tingkat kolesterol darah total reponden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No. Tingkat Kolesterol Darah Total n %

1 2 3

Diinginkan (<200 mg/dl) Diwaspadai (200-239 mg/dl) Berbahaya (≥240 mg/dl)

23 25 12

38,3 41,7 20,0

Jumlah 60 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kolesterol darah total pada kategori diwaspadai sebanyak 25 orang (41,7%) dan kategori berbahaya sebanyak 12 orang (20%). Hal ini menunjukkan bahwa 37 responden memiliki tingkat kolesterol darah total ≥ 200 mg/dl.

Berdasarkan pemeriksaan kolesterol darah total yang telah dilakukan, didapat kolesterol darah total responden yang paling rendah adalah 127 mg/dl dan paling tinggi adalah 320 mg/dl.


(60)

Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Jenis Kelamin Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No Tingkat Kolesterol Darah Total

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

n % % %

1 Diinginkan (<200mg/dl) 7 11,7 6 26,7 23 38,3

2. Diwaspadai (200-239mg/dl) 12 20 13 21,7 25 41,7

3. Berbahaya (>240md/dl) 5 8,3 7 11,6 12 20

Jumlah 24 100,0 36 100,0 60 100,0

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan dengan tingkat kolesterol darah total diinginkan lebih banyak (26,7%) dibandingkan dengan responden laki-laki. Dan pada tingkat kolesterol darah total diwaspadai dan berbahaya juga lebih banyak pada jenis kelamin perempuan dengan total 20 orang (33,3%).

Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Tingkat Umur Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No Tingkat Kolesterol Darah Total

Tingkat Umur (Tahun)

Jumlah < 40 40 - 49 ≥ 50

1. Diinginkan (<200mg/dl) 1 8,3 5 3,3 7 1,7 3 8,3 2. Diwaspadai (200-239mg/dl) 10 16,7 9 5,0 6 10,0 25 41,7 3. Berbahaya (≥240mg/dl) 2 3,3 10 6,7 0 0,0 12 20,0

Jumlah 23 37,9 24 40 13 21,7 60 100,0

Tabel 4.7 menggambarkan bahwa pada responden dengan tingkat umur <40 tahun lebih banyak memiliki tingkat kolesterol darah total dengan kategori diinginkan yaitu sebanyak 11 orang (18,3%) dan diwaspadai sebanyak 10 orang (16,7%). Sedangkan tingkat kolesterol darah total dengan kategori berbahaya lebih banyak pada tingkat umur 40-49 tahun sebanyak 10 orang (16,7%).


(61)

Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total Berdasarkan Aktifitas Olahraga Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No Tingkat Kolesterol Darah Total

Aktifitas Olahraga

Jumlah

Ya Tidak

n % n % %

1 Diinginkan (<200mg/dl) 5 7,6 8 53 13 8,3

2 Diwaspadai (200-239mg/dl) 19 34,6 6 17,6 25 41,7 3 Berbahaya (>240md/dl) 12 7,8 10 38,4 12 20

Jumlah 36 100,0 24 100,0 60 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada responden yang memiliki tingkat kolesterol darah total dengan kategori diinginkan yang tidak melakukan aktifitas olahraga yaitu sebanyak 18 orang (53%). Sedangkan tingkat kolesterol darah total dengan kategori diwaspadai dan berbahaya lebih banyak yang tidak melakukan aktifitas olahraga sebanyak 16 orang (57%).

4.7. Hubungan Konsumsi Energi Dan Lemak Dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendahaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

Analisa data hubungan konsumsi energi dan lemak yaitu energi total, energi yang bersumber dari lemak total, asupan asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(62)

Tabel 4.9. Hubungan Konsumsi Energi Dan Lemak Dengan Tingkat Kolesterol Darah Total Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No Konsumsi Energi

Tingkat Kolesterol Darah Total

Total p

value Diinginkan Diwaspadai Berbahaaya

n % n % n % n %

1 Konsumsi Energi - Kurang

- Cukup - Baik 2 4 17 8,7 17,4 73,9 0 4 21 0,0 16,0 84,0 0 2 10 0,0 6,7 3,3 2 10 48 3,3 16,4 80,0 0,768

Total 23 100,0 25 100,0 12 100,0 60 100,0 2. Konsumsi Lemak - Kurang - Baik - Lebih 2 11 10 8,7 47,8 43,5 0 1 24 0,0 4,0 96,0 0 1 11 0,0 8,4 91,6 2 13 45 3,3 21,7 75,0 0,001

Total 23 100,0 25 100,0 12 100,0 60 100,0 3. Asam Lemak

Jenuh - < 10% - > 10%

7 16 0,5 69,5 0 25 0,0 100,0 0 12 0,0 100,0 7 53 11,7 88,3 0,002

Total 23 100,0 25 100,0 12 100,0 60 100,0 .

Asam Lemak Tak Jenuh

- < 7% - > 7%

0 23 0,0 100,0 11 14 44,0 56,0 9 3 75,0 25,0 20 40 33,3 66,6 0,001

Total 23 100,0 25 100,0 12 100,0 60 100,0 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total diwaspadai, proporsi tingkat konsumsi energi lebih besar pada kategori baik (84%). Hasil analisis dengan uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,768 (p>0,05) menunjukkan ho diterima, artinya tidak ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total.


(63)

Dapat dilihat untuk hubungan konsumsi lemak dengan kategori lebih lebih banyak pada tingkat kolesterol darah total diwaspadai (96%). Dari hasil uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara konsumsi lemak dengan tingkat kolesterol darah total.

Pada tingkat kolesterol darah total diwaspadai, asupan lemak jenuh lebih banyak pada kategori lebih dari 10% dari energi total. Hubungan asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total hasil dari uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,002 (p<0,05) menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara asupan asam lemak jenuh dengan dengan tingkat kolesterol darah total.

Dan hubungan asupan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total hasil uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara asupan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total.

4.8 Aktifitas Olahraga

Dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai aktifitas olahraga responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10. Distribusi Aktifitas Olahraga Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

No. Aktifitas Olahraga n %

1 2.

Berolahraga Tidak berolahraga

26 34

43,3 46,7


(64)

Dapat diketahui dari tabel 4.9 bahwa responden lebih banyak yang tidak melakukan aktifitas olahraga yaitu sebanyak 34 orang (46,7%) dibandingkan yang melalukan olahraga. Responden yang berolahraga cenderung hanya melakukan lari pagi atau jogging dengan frekuensi rata-rata 2-3 kali seminggu selama 15-20 menit.

4.9 Penyakit Degeneratif

Dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai penyakit degeneratif yang diderita responden dalam waktu 6 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11. Distribusi Penyakit Yang Diderita Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

No Penyakit Yang Diderita n %

1. Penyakit Degeneratif 1. Jantung

11 18,3

2. Stroke 3 5,0

3. Hipertensi 9 15,0

4. Diabetes Militus 12 20,0

5. Asam Urat 6 10,0

2. Lainnya (Non Degeneratif) 1. Demam dan Batuk 2. Keram kaki

7 12

11,6 20,0

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden yang menderita penyakit jantung, stroke, dan hipertensi dengan jumlah total sebanyak 23 orang (38,3%). Selain itu terdapat 19 orang (31,7%) yang menderita penyakit lainnya. Dari analisa mengenai penyakit lainnya yang diderita PNS, didapat bahwa penyakit 7 orang mengalami sakit demam dan batuk dan 12 orang mengalami sakit pada bagian betis saat berjalan dan kaki sering kebas.


(65)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Jenis dan Frekuensi Makan pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan untuk jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi (95%) dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Mie dan roti dikonsumsi responden sebagai makanan pengganti nasi nasi pada waktu tertentu saja. Konsumsi mie dalam bentuk kering dan basah diolah dengan direbus atau digoreng. Untuk roti, PNS sering mngonsumsi sebagai makanan selingan dalam bentuk roti kering (biskuit atau crackers) dan berbagai jenis kue. Untuk konsumsi singkong/ubi sebesar 30% tidak pernah mengonsumsi.

Bahan makanan pokok merupakan sumber utama energi, dianggap yang terpenting dalam susunan hidangan pada masyarakat Indonesia dan biasanya merupakan jumlah terbanyak dalam suatu hidangan. Bahan makanan pokok juga dianggap terpenting, karena bila suatu susunan makanan tidak mengandung bahan makanan pokok, tidak dianggap lengkap, dan sering orang yang mengonsumsinya mengatakan belum makan, meskipun perutnya telah kenyang (Sediaoetama, 2006).

Untuk jenis makanan lauk pauk, responden lebih banyak memilih ikan basah (23,3%) dengan frekuensi 1 kali per hari dalam bentuk ikan digoreng dan digulai. Dari hasil penelitian diketahui bahwa lauk pauk bersumber dari hewani yang dikonsumsi, adalah telur (43,4%), daging ayam (48,3%) dan daging sapi (45%) dengan frekuensi 1-3 kali per minggu.


(1)

7. Udang/cumi/kepiting 8. Hati/ampla 9. Tahu 10. Tempe   JENIS BAHAN MAKANAN FREKUENSI MAKANAN 1 x/hari 2 -3x/hari 1-3x/mgg 1-2x/bulan T dk Pernah Sayuran :

1. Daun ubi 2. Bayam 3. Kangkung 4. Sawi 5. Buncis

6. Kacang panjang 7. Wortel

8. Nangka muda 9. Tomat

10. Kol 11. Timun


(2)

Buah : 1. Pisang 2. Jeruk 3. Pepaya 4. Nenas 5. Alpukat           JENIS BAHAN MAKANAN FREKUENSI MAKANAN 1 x/hari 2 -3x/hari 1-3x/mgg 1-2x/bulan T dk Pernah Lain-Lain : A.Minuman : 1. Susu Skim 2. Susu full cream 3. Susu kedelai 4. Teh manis


(3)

5. Kopi

6. Minuman bersantan 7. Es Cream

B.Makanan 1.Gorengan

2.Makanan bersantan 3.Sate

4.Bakso  


(4)

(5)

(6)