Pelapisan Benih menggunakan Bakteri Probiotik untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) selama Penyimpanan

PELAPISAN BENIH MENGGUNAKAN BAKTERI
PROBIOTIK UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITAS
BENIH JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) SELAMA
PENYIMPANAN

SARAH DESMIA MUCHTAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pelapisan Benih
Menggunakan Bakteri Probiotik untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Jagung
Manis (Zea mays saccharata Sturt.) selama Penyimpanan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Sarah Desmia Muchtar
NIM A24090181

ABSTRAK
SARAH DESMIA MUCHTAR. Pelapisan Benih Menggunakan Bakteri Probiotik
untuk Mempertahankan Viabilitas Benih Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt.) selama Penyimpanan. Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan GIYANTO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pelapisan
benih menggunakan bakteri Bacillus subtilis, Serratia marcescens, dan
Pseudomonas kelompok fluorescens terhadap viabilitas dan daya simpan benih
jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.). Penelitian disusun dengan rancangan
petak tersarang (Nested Design) dengan petak utama adalah periode simpan
minggu ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, dan 24 dan anak petak adalah perlakuan
coating dengan bakteri Bacillus subtilis, Serratia marcescens, Pseudomonas
kelompok fluorescens, dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya

interaksi yang sangat nyata antara perlakuan coating benih dan periode simpan
terhadap daya berkecambah, berat kering kecambah normal, kadar air, dan
populasi bakteri. Perlakuan coating benih dan periode simpan menunjukkan
interaksi yang nyata terhadap indeks vigor benih. Tolok ukur kecepatan tumbuh
benih hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal periode simpan. Benih yang dilapisi
bakteri menghasilkan nilai berat kering kecambah normal yang nyata lebih baik
daripada benih tanpa coating. Benih tanpa coating memiliki nilai daya
berkecambah sebesar 56.7% pada periode simpan 24 minggu. Benih yang dilapisi
bakteri Bacillus subtilis dapat mempertahankan daya berkecambah hingga 64.0%
sampai periode simpan 24 minggu, sedangkan Serratia marcescens mampu
mempertahankan daya berkecambah hingga 60.0% . Berdasarkan tolok ukur daya
berkecambah, pelapisan benih menggunakan bakteri Bacillus subtilis dan Serratia
marcescens merupakan perlakuan pelapisan benih yang potensial untuk lebih
dikembangkan. Bakteri Bacillus subtilis lebih mampu bertahan hidup selama
penyimpanan dibanding dengan bakteri Serratia marcescens maupun
Pseudomonas fluorescens. Populasi bakteri Bacillus subtilis sampai dengan
periode simpan 24 minggu adalah 14.2 × 104 cfu g-1.
Kata kunci : Bacillus subtilis, coating, Pseudomonas kelompok fluorescens, dan
Serratia marcescens


ABSTRACT
SARAH DESMIA MUCHTAR. Seed Coating Treatment Using Probiotic
Bacteria for Maintaining Seed Viability of Sweet Corn Seed (Zea mays
saccharata Sturt.) during Storage. Superviced by ENY WIDAJATI and
GIYANTO
This research aims to evaluate the effect of seed coating by Bacillus
subtilis, Serratia marcescens, and Fluorescent Pseudomonads to sweet corn seed
(Zea mays saccharata Sturt.) during storage. Research was conducted on nested
plot design (Nested Design) with the main plot was the storage period ( 0, 3, 6, 9,
12, 15, 18, 21, and 24 week), and the subplot was the coating treatment ( control,
Bacillus subtilis, Serratia marcescens, and Fluorescent Pseudomonads).

Interaction of seed coating treatment and seed storage period showed significant
effect to seed germination, seed vigour index, dry weight normal seedling, seed
moisture content, and population of bacteria. The dry weight normal seedling of
seed that was coated by bacteria showed the better dry weight normal seedling
result than control seeds. Bacillus subtilis can maintain the seed germination up to
64.0%. Serratia marcescens can maintain the seed germination up to 60.0%,
while control seed only have 56.7% seed germination. Based on seed germination
result seed coating using Bacillus subtilis and Serratia marcescens are the

treatment that more potential to be developed. Bacillus subtilis bacteria showed
the best ability to survive until 24 week storage period. The population on
Bacillus subtilis until 24 week storage period is 14.2 × 104 cfu g-1.
Key words : Bacillus subtilis, coating, Fluorescent Pseudomonads, and Serratia
marcescens

PELAPISAN BENIH MENGGUNAKAN BAKTERI
PROBIOTIK UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITAS
BENIH JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) SELAMA
PENYIMPANAN

SARAH DESMIA MUCHTAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pelapisan Benih menggunakan Bakteri Probiotik untuk
Mempertahankan Viabilitas Benih Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt.) selama Penyimpanan
Nama
: Sarah Desmia Muchtar
NIM
: A24090181

Disetujui oleh

Dr Ir Eny Widajati MS
Pembimbing I

Dr Ir Giyanto MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 hingga Mei
2013 ini adalah Pelapisan Benih Menggunakan Bakteri Probiotik untuk
Mempertahankan Viabilitas Benih Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)
selama Penyimpanan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Eny Widajati MS dan Dr Ir
Giyanto MSi selaku dosen pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2013
Sarah Desmia Muchtar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Benih Jagung Manis

2

Daya Simpan dan Pelapisan Benih Jagung Manis

3

Bakteri PGPR

4


METODE

6

Tempat dan Waktu

6

Bahan

6

Alat

6

Prosedur Percobaan

6


HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

8
13

Simpulan

13

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN


13

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, pelapisan
benih, dan interaksinya terhadap tolok ukur DB, IV, BKKN, KCT, KA,
dan populasi bakteri
2 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap daya
berkecambah (DB)
3 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap indeks
vigor (IV)
4 Pengaruh interaksi periode simpan dan perakuan pelapisan benih
terhadap berat kering kecambah normal (BKKN)
5 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap KA
6 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap
kecepatan tumbuh
7 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap
populasi bakteri

8
9
10
10
12
12
13

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Produksi jagung Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut data yang diperoleh dari BPS (2012), produksi jagung Indonesia pada
tahun 2012 adalah 18.89 juta ton pipilan kering. Angka tersebut mengalami
peningkatan dibanding tahun 2011 yang hanya 17.64 juta ton . Jagung manis (Zea
mays saccharata Sturt.) merupakan jenis jagung yang banyak digemari oleh
masyarakat pada saat ini. Biji jagung manis mengandung pati dan gula bebas
sehingga memiliki rasa manis ketika baru dipanen. Selain rasanya yang manis,
banyak kultivar jagung manis yang memiliki kandungan provitamin A
(kriptosantin) yang tinggi (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).
Mutu dan kesehatan benih merupakan hal yang harus diperhatikan untuk
menghasilkan produksi yang maksimum. Penurunan viabilitas benih merupakan
masalah utama dalam kegiatan penyimpanan benih. Menurut Justice dan Bass
(2002), benih yang dipakai untuk kegiatan produksi harus memiliki mutu benih
yang baik, sehingga ketersediaan benih bermutu merupakan salah satu faktor
utama yang harus diperhatikan dalam produksi jagung manis.
Banyak cara yang sudah diterapkan untuk mempertahankan viabilitas benih
selama penyimpanan. Salah satu cara yang sering digunakan adalah dengan
melakukan seed treatment atau perlakuan terhadap benih sebelum penyimpanan.
Menurut Agrawal (1980), seed treatment mengacu pada penerapan fungisida,
insektisida, atau kombinasi antara keduanya kepada benih. Seed treatment ini
bertujian untuk melindungi benih dari patogen penyebab penyakit tular benih,
patogen benih di tanah, dan patogen di penyimpanan benih.
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dapat memacu
pertumbuhan tanaman dan menjadi agen pengendali hayati beberapa jenis patogen.
Beberapa contoh bakteri PGPR adalah Bacillus subtilis, Serratia marcescens, dan
Pseudomonas kelompok fluorescens. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Sutariati et al. (2006), bakteri Bacillus subtilis, Serratia marcescens, dan
Pseudomonas kelompok fluorescens terbukti mampu memproduksi hormon
auksin IAA yang berperan dalam pertumbuhan tanaman dan mampu
meningkatkan viabilitas benih cabai. Hasil penelitian yang dilakukan
Prematirosari (2006) menunjukkan bahwa bakteri Bacillus subtilis dan
Pseudomonas kelompok fluorescens memiliki sifat antibiosis yang kuat terhadap
patogen penyebab hawar daun (Helminthosporium turcicum) pada jagung manis.
Pelapisan benih atau coating merupakan bentuk seed treatment yang sering
dilakukan. Pelapisan benih dapat memperbaiki mutu benih menjadi lebih baik
dengan menambahkan suatu zat terhadap benih contohnya insektisida, fungisida,
hara mikro, dan komponen lainnya yang dapat membantu mengoptimalkan
perkecambahan benih di semua kondisi lingkungan (Copeland dan McDonald
2001). Pelapisan benih menggunakan bakteri probiotik merupakan teknologi yang
dapat dikembangkan lebih jauh. Beberapa bakteri yang dapat digunakan adalah
Bacillus subtilis, Serratia marcescens, dan Pseudomonas kelompok fluorescens.
Pelapisan benih menggunakan ketiga bakteri tersebut diharapkan dapat

2
mempertahankan viabilitas benih jagung manis selama penyimpanan serta
memacu perkecambahannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
perlakuan pelapisan benih jagung manis menggunakan bakteri Bacillus subtilis,
Serratia marcescens, dan Pseudomonas kelompok fluorescens terhadap
viabilitasnya.

Perumusan Masalah
Pelapisan benih (seed coating) merupakan salah satu bentuk seed treatment.
Perlakuan coating menggunakan insektisida, fungisida, dan bahan kimia lainnya
telah banyak dikembangkan, namun tidak ramah lingkungan. Coating
menggunakan bakteri probiotik merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah ini. Bakteri probiotik yang digunakan adalah Bacillus
subtilis, Serratia marcescens, dan Pseudomonas kelompok fluorescens. Bakteri
probiotik ini selain melindungi benih dari penyakit benih juga dapat menghasilkan
hormon yang bermanfaat bagi pertumbuhan benih.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan pelapisan benih
menggunakan bakteri Bacillus subtilis, Serratia marcescens, dan Pseudomonas
kelompok fluorescens terhadap viabilitas dan daya simpan benih jagung manis
(Zea mays saccharata Sturt.).

TINJAUAN PUSTAKA
Benih Jagung Manis
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) dikenal dengan nama sweetcorn.
Jagung manis semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang
lebih manis dibandingkan jagung biasa. Umur berproduksi jagung manis lebih singkat
(genjah) sehingga sangat menguntungkan (Marvelia 2006). Tanaman jagung manis
pada dasarnya tidak berbeda dengan tanaman jagung biasa, tetapi pemanenan tanaman
jagung manis biasanya lebih awal, batang dan tongkolnya lebih kecil dibandingkan
dengan jagung biasa.
Menurut Purwono dan Purnawati (2008), pada penanaman komersial jagung
diperbanyak dengan biji atau benih. Benih jagung yang digunakan harus memiliki
sifat yang benar (true seed) karena tanaman jagung memiliki sifat yang mudah
menyerbuk silang. Benih jagung juga harus dijaga dari penyakit benih agar
pertumbuhan tanaman lebih maksimal.
Biji jagung merupakan biji berkeping tunggal. Setiap tongkol jagung
memiliki 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung
(Suprapto dan Marzuki 2005). Menurut Justice dan Bass (2002), benih jagung
secara umum terdiri atas kulit benih, endosperma, koleoptil, plumula, mesokotil,

3
scutellum, radikel, dan koleorisa. Embrio benih jagung lebih terlindungi daripada
embrio benih kacang-kacangan. Cadangan makanan utama benih jagung dan biji
serealia lainnya disimpan pada endosperma, sedangkan pada kacang-kacangan
disimpan pada kedua kotiledon atau daun benih, yang juga berfungsi sebagai
organ fotosintetik bagi tanaman muda.
Daya Simpan dan Pelapisan Benih Jagung Manis
Menurut Justice dan Bass (2002), tujuan utama penyimpanan benih tanaman
bernilai ekonomis ialah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu
musim ke musim berikutnya. Umur simpan atau daya simpan benih merupakan
jangka waktu yang dibutuhkan benih dari hidup hingga benih tersebut mati. Pada
kondisi tertentu masing-masing spesies, kultivar, maupun individu benih memiliki
masa hidup yang berbeda-beda. Daya simpan benih dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
Lingkungan simpan benih adalah salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi daya simpan benih. Kaidah Harrington dalam Justice dan Bass
(2002) menyatakan bahwa setiap kenaikan suhu penyimpanan sebesar 5oC dan
setiap kenaikan kadar air benih, maka masa hidup benihnya diperpendek
setengahnya.
Menurut Huelsen (1954), penyimpanan benih jagung manis pada RH 75%
dan suhu 80 oF (26,7 oC) menghasilkan daya berkecambah 15% pada akhir
penyimpanan 110 hari dan daya berkecambah 0% pada akhir penyimpanan 251
hari. Menurut Boswel (dalam Justice dan Bass 1990) menyebutkan bahwa
penyimpanan jagung manis pada suhu 26,7 oC dan RH 78% dengan daya
berkecambah awal 82%, menghasilkan daya berkecambah 13% setelah 110 hari
simpan dan 0% setelah 250 hari.
Faktor biotik selama penyimpanan benih sangat mempengaruhi daya simpan
benih. Beberapa hama dan cendawan dapat menyerang benih selama
penyimpanan. Cendawan simpan benih umumnya tergolong dalam genus
Aspergillus dan Penicillium yang dapat dijumpai di seluruh dunia. Salah satu
hama yang dapat membahayakan bagi benih jagung adalah Sitophilus zeamays.
Sitophilus zeamays merupaan hama primer yang dapat menimbulkan kerusakan
berat pada benih (Harahap 1993).
Seed enhancement merupakan suatu metode untuk memperbaiki mutu benih
menjadi lebih baik melalui penambahan bahan kimia pada lapisan luar benih yang
dapat mengendalikan dan meningkatan perkecambahan benih. Pelapisan benih
merupakan salah satu metode seed enhancement. Seed coating dan seed pelleting
merupakan metode pelapisan benih yang sering dilakukan (Copeland dan
McDonald 2001). Menurut Ilyas (2003), seed coating menggunakan bahan yang
lebih sedikit sehingga bentuk asli benih masih terlihat serta bobot benih hanya
meningkat 0,1-2 kali, sedangkan seed pelleting dapat merubah bentuk benih yang
tidak beraturan menjadi beraturan dengan bentuk bulat, oval, atau disesuaikan
dengan alat tanam serta dapat meningkatkan bobot benih hingga 2-50 kali.
Kuswanto (2003) menyatakan bahwa pelapisan benih bertujuan untuk
meningkatkan kinerja benih selama perkecambahan, melindungi benih dari
gangguan atau pengaruh kondisi lingkungan, mempertahankan kadar air benih,
menyeragamkan ukuran benih, memudahkan penyimpanan benih dan mengurangi

4
dampak kondisi ruang penyimpanan, serta memperpanjang daya simpan benih.
Mugnisyah dan Setiawan (2004) menambahkan bahwa pelapisan benih dapat
mengubah permukaan benih menjadi lebih beraturan sehingga benih dapat
disemai dengan jarak yang tepat.
Menurut Copelad dan McDonald (2001), bahan pelapis benih yang
digunakan harus kompatibel dengan benih, sehingga kualitas benih tetap terjaga
dan proses perkecambahan tidak terganggu. Kuswanto (2003) menambahkan,
syarat bahan pelapis benih adalah dapat mempertahankan kadar air benih selama
penyimpanan, dapat menghambat laju respirasi seminimal mungkin, tidak bersifat
racun terhadap benih, bersifat mudah terurai dan larut apabila terkena air, tidak
mudah mencair, bersifat sebagai bahan perambat dan penyimpan panas yang
rendah, dan harga relatif murah sehingga dapat menekan harga benih.
Hasil penelitian yang dilakukan Tirawati (2012) menunjukkan bahwa
pelapisan benih menggunakan bakteri Bacillus subtilis pada padi hibrida varietas
DG-1, SL-8 dan Intani 2 mampu mempertahankan viabilitas benih dan
meningkatkan daya berkecambah benih selama periode penyimpanan 15 minggu.
Hasil penelitian Krisnandia (2012) menunjukkan bahwa coating menggunakan
bakteri P. kelompok fluorescens dapat mempertahankan vigor benih padi hibrida
SL-8 di penyimpanan berdasarkan tolok ukur IV dan KCT. Coating menggunakan
asam askorbat dapat mempertahankan viabilitas benih padi hibrida SL-8
berdasarkan tolok ukur DB. Coating menggunakan asam askorbat juga terbukti
dapat mempertahankan vigor benih padi hibrida DG-1 dan SL-8 di penyimpanan
berdasarkan tolok ukur IV dan KCT benih.
Bakteri PGPR
Bakteri PGPR merupakan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang
hidup di rizosfer tanaman serta dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati
beberapa jenis patogen. Perlakuan benih dengan PGPR dapat meningkatkan
mekanisme pertahanan tanaman terhadap serangan patogen. Sifat endofitik
(berada dalam jaringan tanaman dan tidak berbahaya bagi tanaman) menyebabkan
PGPR tepat digunakan saat vegetatif tanaman karena dapat mengurangi kebutuhan
untuk aplikasi lebih lanjut jika bagian-bagian vegetatif yang sama digunakan
sebagai bahan propagatif (Ramamoorthy et al. 2000).
Khakipour et al. (2008) menyatakan bahwa bakteri Pseudomonas,
khususnya Pseudomonas kelompok fluorescens dan Pseudomonas putida
merupakan jenis PGPR yang paling penting karena mampu memproduksi IAA.
Hasil penelitian Sutariati et al. (2008) menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas
kelompok fluorecens isolat PG01 memproduksi IAA terbanyak jika dibandingkan
dengan Bacillus sp. dan Serratia sp dengan berbagai isolat, yaitu sebanyak 100.56
µg ml-1 filtrat.
Pseudomonas kelompok fluorescens merupakan bakteri aerob yang bersifat
gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0.50-1.00 - 1.50-4.00 µm serta
mampu membentuk siderofor (pigmen kuning kehijauan) pada media yang
kekurangan ion Fe seperti King’s B. Koloni bakteri ini berbentuk bulat, rata dan
fluidal. Kondisi pertumbuhan Pseudomonas kelompok fluorescens adalah pada
kisaran suhu 20–41 0 C dengan suhu optimum pada 30 0C dan pH optimum pada
kisaran 6-7. Bakteri P. kelompok fluorescens tidak bersifat patogen terhadap

5
tumbuhan sehingga dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman
karena merupakan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan sebagai
agens antagonis terhadap patogen tanaman (Arwiyanto et al. 2007).
Paul dan Sarma (2005) menyatakan bahwa P. kelompok fluorescens dapat
memacu peningkatan enzim peroksidase (PO), katalase, Phenylalanine Ammonia
Lyase (PAL) dan Poly Phenol Oxidase (PPO) dalam black pepper. Keempat
enzim tersebut merupakan enzim pertahanan yang dapat menginduksi resistensi
sistemik terhadap penyakit busuk akar (Phytophthora capsii).
Selain dapat memicu pertumbuhan tanaman, beberapa P. kelompok
fluorescens juga ada yang berperan sebagai agens antagonis. Beberapa strain
bakteri P. kelompok fluorescens yang diisolasi dari rizosfer beberapa jenis
tanaman ternyata mampu menekan pertumbuhan beberapa jenis cendawan
patogen tular tanah seperti Rhizoctonia solani dan Pythium ultimum (Glick et al
1999).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prematirosari (2006) menunjukkan
bahwa perendaman benih jagung manis menggunakan bakteri Pseudomonas
kelompok fluorescens ES32 yang disertai dengan penyiraman bakteri
Pseudomonas kelompok fluorescens ES32 berpengaruh nyata dalam menekan
keparahan penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum) pada minggu
pertama dan kedua setelah inokulasi patogen.
Bakteri lain yang tergolong PGPR adalah Bacillus spp. Bacillus spp.
merupakan bakteri gram positif yang sering ditemukan di tanah, air, maupun
udara. Bakteri ini mampu membentuk endospora yang berbentuk oval di bagian
sentral sel. Bacillus spp. memiliki sel yang berbentuk batang, berukuran 60.3-2.2
x 1.2-7.0 µm dan mempunyai flagel peritrikus. Bakteri ini dapat tumbuh pada
suhu maksimum 45 °C, pH 5-7, NaCl 7%, menghidrolisis pati, serta membentuk
asam sitrat dari karbohidrat glukosa, arabinosa, manitol, dan silosa (Sonenshein
et al. 2002). Bacillus spp. sering digunakan sebagai agen biokontrol terhadap
patogen tanaman meskipun beberapa strain Bacillus spp. dapat menyebabkan
busuk pada biji kedelai.
Sebagian besar anggota Bacillus spp. tidak dianggap sebagai bakteri
patogen terhadap manusia, walaupun dapat mengkontaminasi makanan, namun
jarang menimbulkan keracunan (Sonenshein et al. 2002). Schaad et al. (2000)
menyatakan bahwa hanya terdapat tiga kelompok Bacillus yang diketahui sebagai
patogen tanaman, yaitu B. circulans, B. megaterium pv. cerealis, dan B. polymyxa.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prematirosari (2006), menyatakan
bahwa hasil pengujian in vitro dapat disimpulkan bahwa uji antibiosis baik uji
koloni ganda dan uji perkecambahan konidia menunjukkan bahwa Bacillus
polymyxa BG25 dan Bacillus subtilis SB3 mempunyai aktivitas antibiosis yang
kuat terhadap (Helminthosporium turcicum) yang merupakan penyebab penyakit
hawar daun pada jagung manis.
Serratia marcescen juga termasuk bakteri PGPR. Bakteri ini merupakan
bakteri gram negatif yang masuk ke dalam genus Serratia dan famili
Enterobacteriaceae (Holt et al. 1994). Serratia marcescens merupakan spesies
yang dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan pigmen warna
merah. Bakteri ini dapat ditemukan pada saluran irigasi yang berkadar garam di
atas normal, namun beberapa spesies juga dapat ditemukan di saluran air steril
(Tortora et al. 2007).

6
Hasil penelitian yang dilakukan Sutariati et al. (2006) menunjukkan bahwa
pelapisan benih dengan menggunakan Serratia sp. menyebabkan peningkatan
tinggi tanaman, jumlah daun, dan biomasa bibit yang tertinggi diikuti
Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. Menurut Suryanto (2001), Serratia marcescens
merupakan bakteri yang menghasilkan kitinase, mampu menggunakan asam
benzoat sebagai sumber karbon satu-satunya, dan mampu mengkolonisasi
lingkungan di sekitarnya dengan cepat. Dengan sifat tersebut, bakteri ini diduga
berpotensi sebagai agen pengendali hayati hama dan penyakit, misalnya pada
benih.

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Mei 2013.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen
Agronomi dan Hortikultura IPB. Perbanyakan dan penghitungan populasi bakteri
dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi
Tanaman IPB. Pelapisan benih (seed coating) dilakukan di PT. East West Seed
Indonesia, Purwakarta.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis
varietas SD3, suspensi tiga jenis bakteri Bacillus subtilis, Pseudomonas kelompok
fluorescens, dan Serratia marcescens, media Tryptic Soy Agar (TSA), media
King’s B, dan media Natrium Alginat (NA). Bahan untuk membuat media King’s
B (300 ml) adalah peptone (3 g), K2HPO4 (0.225 g), MgSO4 (0.225 g), gliserol
(2.25 ml), agar (6 g), dan aquades. Bahan untuk membuat media TSA (300 ml)
adalah Tryptic Soy Broth (TSB) sebanyak 9 g, agar (6 g), dan aquades. Bahan
untuk membuat media NA (300 ml) adalah (0.9 g), peptone (1.5 g), agar (6 g),
dan aquades.
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah rotary coater, autoclaf, laminar air flow,
bunsen, tabung erlenmeyer, tabung reaksi, shaker, pinset, neraca analitik, botol
sprayer, stoples, label, stapler, oven kadar air, oven BKKN, kertas stensil, plastik,
alat pengecambah benih IPB 72-1, kamera, dan alat tulis.
Prosedur Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Tersarang
(Nested Design). Petak utama adalah periode simpan mulai dari 0, 3, 6, 9, 12, 15,
18, 21, dan 24 minggu. Anak petak adalah perlakuan coating benih meliputi C0
(kontrol / tanpa coating bakteri), CB (coating bakteri Bacillus subtilis), CP

7
(coating menggunakan bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens), dan CS
(coating bakteri Serratia marcescens).
Penelitian dilakukan menggunakan tiga ulangan dengan 36 kombinasi
perlakuan sehingga diperoleh 108 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan adalah:
Yijk = µ + τi + (ατ)ij + βk + (τβ)ik + εijk
Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan pengaruh periode simpan ke-i,
coating bakteri ke-j dan ulangan ke-k.
µ
= nilai rataan umum
τi
= pengaruh petak utama (periode simpan) perlakuan ke-i
(ατ)ij = ulangan tersarang dalam periode simpan (penyimpanan)
Βk
= pengaruh komposisi coating perlakuan ke-j
(τβ)ik = interaksi periode simpan (penyimpanan) dengan komposisi coating
εijk
= pengaruh galat percobaan
Analisis ragam terhadap data hasil pengamatan dilakukan dengan uji F,
apabila menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Pelapisan benih (seed coating) dilakukan menggunakan mesin coating milik
PT East West Seed Indonesia, Purwakarta. Konsentrasi suspensi bakteri untuk
melapisi benih jagung adalah 15 ml 100 g-1 benih. Perekat yang digunakan adalah
Natrium Alginat dengan konsentrasi 5 g 100 ml-1. Benih yang telah dilapisi
dikeringkan sampai benih memiliki kadar air sekitar 10.36 %.
Benih dikemas menggunakan plastik poliethylene kemudian direkatkan
menggunakan sealer. Benih yang telah dikemas diletakkan ke dalam toples yang
berisi silica gel. Benih disimpan di ruangan dengan suhu kamar. Benih
dikecambahkan setiap periode simpan untuk diamati. Tolok ukur yang diamati
dalam percobaan ini yaitu :
1. Kadar Air (KA). Penetapan kadar air dilakukan dengan mengoven 25 butir
benih setiap ulangan dengan suhu 103 °C selama 17 jam. Kadar air dihitung
menggunakan rumus:

2. Daya Berkecambah (DB). Pengamatan DB dilakukan dengan menghitung
jumlah kecambah normal pada 3 HST (First Count) dan 5 HST (Final Count).
Daya berkecambah dihitung menggunakan rumus:

3. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN). Pengamatan dilakukan terhadap
seluruh kecambah normal umur 4 HST. Kecambah dipisahkan dari endosperma
kemudian dioven dengan suhu 60°C selama 72 jam. Kecambah yang telah
dioven dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang.
4. Kecepatan Tumbuh (KCT). Pengamatan KCT dilakukan setiap hari hingga hari
ke-5 dengan menghitung jumlah kecambah normal yang muncul setiap harinya.
KCT dapat dihitung dengan rumus:
KCT

8
5. Indeks Vigor (IV). Indeks vigor merupakan persentase total kecambah normal
pada hitungan daya berkecambah pertama (hari ke-3). Indeks vigor dapat
diketahui dengan rumus:
6. Populasi bakteri. Populasi bakteri dihitung dengan mengembangbiakkan
suspensi bakteri di atas media. Media yang digunakan adalah TSA (Bacillus
subtilis), King’s B (Pseudomonas kelompok fluorescens), dan NA (Serratia
marcescens). Sebanyak 10 g benih jagung di-shake menggunakan tabung
erlenmeyer yang berisi 10 ml air steril selama 1 jam. Sebanyak 1 ml dari
suspensi cair bakteri yang didapat kemudian diencerkan sampai pengenceran
10-1. Hasil pengenceran sebanyak 0.05 ml kemudian di-plating di atas media
yang sudah mengeras, dan diratakan menggunakan glassbead. Hasil platting
diinkubasi di ruangan dengan suhu kamar. Pengamatan dilakukan 24 jam
setelah plating selesai. Populasi bakteri pada setiap ml suspensi dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Populasi bakteri =

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan dan pelapisan
benih dapat dilihat pada Tabel 1. Interaksi antara periode simpan dan perlakuan
pelapisan benih berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur DB, BKKN, KA,
dan populasi bakteri serta berpengaruh nyata terhadap tolok ukur IV. Tolok ukur
KCT hanya dipengaruhi oleh periode simpan benih.
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan, pelapisan
benih, dan interaksinya terhadap tolok ukur DB, IV, BKKN, KCT, KA,
dan populasi bakteri
Tolok ukur
DB
IV
BKKN
KCT
KA
Populasi bakteri

Perlakuan
coating benih (P)
**
tn
tn
tn
*
**

Periode simpan
benih (PS)
**
**
**
**
**
**

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf α 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf α 5%
n = tidak berpengaruh nyata

Interaksi
(P*PS)
**
*
**
tn
**
**

KK (%)
9.8
19.1
13.8
11.7
24.4
27.0

Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap daya
berkecambah dapat dilihat pada Tabel 2. Benih tanpa coating mengalami
penurunan yang sangat signifikan dari awal periode simpan hingga akhir periode
penyimpanan. Daya berkecambah benih masing-masing perlakuan menunjukkan

9
nilai yang tidak berbeda nyata pada awal penyimpanan. Daya berkecambah benih
pada periode simpan 24 juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Hal yang
menarik tampak dari nilai daya berkecambah masing-masing perlakuan pada
periode simpan 24 minggu. Perlakuan coating menggunakan bakteri B. subtilis
dan S. marcescens diduga memiliki potensi yang lebih besar untuk dikembangkan
daripada perlakuan tanpa coating dan P. kelompok fluorescens.
Tabel 2 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap daya
berkecambah
Periode simpan
(minggu)
0
3
6
9
12
15
18
21
24

Perlakuan
P. kelompok
Tanpa
Bacillus
Serratia
coating
subtilis
marcescens
fluorescens
...............................................%...............................................
82.7 a
76.0 a-e
78.7 a-c
83.3 a
80.0 a-b
68.0 e-i
72.0 b-g
66.0 f-j
80.0 a-b
72.0 b-g
65.3 f-j
70.7 b-h
77.3 a-d
64.0 f-j
62.0 h-j
66.0 f-j
72.7 b-f
64.0 f-j
62.0 h-j
64.0 f-j
62.7 g-j
62.7 g-j
64.7 f-j
58.0 j-k
69.3 d-i
62.0 h-j
75.3 a-e
66.0 f-j
52.0 k
62.7 g-j
70.7 b-h
60.7 i-k
56.7 j-k
64.0 f-j
60.0 i-k
57.3 j-k

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT dengan taraf α 5%

Indeks vigor benih setiap perlakuan menunjukkan nilai yang tidak berbeda
nyata pada awal periode penyimpanan. Nilai indeks vigor setiap perlakuan
mengalami penurunan yang drastis pada periode simpan 12 minggu dan kembali
meningkat pada periode simpan berikutnya (Tabel 3). Setiap perlakuan
menunjukkan nilai indeks vigor yang tidak nyata pada periode simpan 24 minggu.
Nilai IV benih yang dilapisi B. subtilis dan S. marcescens pada periode simpan 24
minggu adalah 43.3% dan 44.0%. Berdasarkan nilai tersebut, pelapisan benih
menggunakan bakteri B. subtilis dan S. marcescens memiliki potensi untuk lebih
dikembangkan sebagai treatment untuk mempertahankan viabilitas benih jagung
manis.
Pengaruh interaksi periode simpan dan perlakuan pelapisan benih terhadap
BKKN dapat dilihat pada Tabel 4. Berat kering kecambah normal
menggambarkan kemampuan benih dalam menggunakan cadangan makanannya
untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Nilai BKKN setiap perlakuan
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada awal periode penyimpanan. Berat
kering kecambah normal benih yang diberi perlakuan pelapisan bakteri nyata
lebih tinggi daripada benih tanpa perlakuan coating pada periode simpan 24
minggu. Benih yang dilapisi dengan bakteri B. subtilis, S. marcescens, dan P.
kelompok fluorescens memiliki nilai BKKN sebesar 1.0883 g, 1.0527 g, dan
1.0337 g pada periode simpan 24 minggu.

10
Tabel 3 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap index
vigor (IV)
Perlakuan
Periode simpan
Tanpa
Serratia
P. kelompok
Bacillus
(minggu)
coating
marcescens
fluorescens
subtilis
..................................%....................................
0
62.7 a-b
54.0 b-c
54.7 b-c
67.3 a
3
53.3 b-d
46.7 c-g
52.7 b-d
47.3 f-i
6
44.7 c-h
46.0 c-h
40.0 e-l
49.3 c-e
9
46.0 c-h
42.0 d-k
43.3 c-j
44.7 c-h
12
20.0 q
24.0 n-q
32.0 j-o
20.7 p-q
15
20.7 p-q
29.3 k-q
35.3 g-m
22.7 o-q
18
32.0 j-o
31.3 k-p
32.7 i-o
36.0 f-m
21
18.7 m-q
37.3 e-h
30.7 k-q
34.7 h-n
24
34.7 h-n
43.3 c-j
44.0 c-i
38.7 e-l
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT dengan taraf α 5%

Tabel 4 Pengaruh interaksi periode simpan dan perakuan pelapisan benih terhadap
berat kering kecambah normal (BKKN)
Periode
simpan
(minggu)

Tanpa
coating

Bacillus
subtilis

Perlakuan
Serratia
marcescens

P. kelompok
fluorescens

..............................................g............................................
0

1.7513 a

1.7123 a

1.6100 a-b

1.4740 b

3

1.1530 c-d

0.8057 f-m

0.6597 i-n

1.1867 c

6

0.9147 e-i

0.8543 e-m

0.8727 e-l

0.7470 h-m

9

0.7833 g-m

0.8310 f-m

0.7953 f-m

0.8820 e-k

12

0.8217 f-m

0.5183 n

0.8470 e-m

0.6440 j-n

15

0.6107 m-n

0.8250 f-m

0.8943 e-j

0.6440 j-n

18

0.7833 g-m

0.8310 f-m

0.7953 f-m

0.8820 e-k

21

0.7470 h-n

0.8753 e-l

0.9307 d-h

0.8230 f-m

24
0.6203 l-n
1.0883 c-e
1.0527 c-f
1.0337 c-f
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT dengan taraf α 5%

Pelapisan benih menggunakan bakteri B. subtilis dapat mempertahankan
viabilitas benih berdasarkan tolok ukur DB, IV, dan BKKN. Hal ini diduga karena
bakteri B. subtilis merupakan bakteri PGPR yang memiliki sifat antibiosis yang
kuat terhadap penyakit dan mampu memproduksi hormon IAA. Bakteri B. subtilis
mampu memproduksi IAA dengan kisaran konsentrasi antara 25.99-34.97 µg ml-1
filtrat. Bakteri tersebut juga mampu meningkatkan nilai DB menjadi 85.0-86.0%
dan IV menjadi 64.0-66.0%. Nilai tersebut nyata lebih tinggi daripada nilai DB

11
dan IV benih yang tidak diberi perlakuan B. subtilis yaitu 61% (DB) dan 41%(IV)
(Sutariati et al. 2006).
Tirawati (2012) menyatakan bahwa pelapisan benih dengan B. subtilis
AB89 pada varietas DG-1 menunjukkan nilai kecepatan tumbuh (KCT) nyata lebih
tinggi dibandingkan kontrol dan meningkatkan nilai daya berkecambah (DB) serta
berat kering kecambah normal (BKKN) secara nyata sampai periode simpan 15
minggu. Prematirosari (2006) menyatakan bahwa berdasarkan pengujian in vitro
dapat disimpulkan bahwa P. fluorescens dan B. subtilis mempunyai aktivitas
antibiosis yang kuat terhadap Helminthosporium turcicum yang merupakan
penyebab penyakit hawar daun pada jagung manis. Sifat bakteri B. subtilis sebagai
antibiosis ini diduga menjadi salah satu faktor tingginya nilai DB karena diduga
mampu menekan patogen benih sehingga proses perkecambahan benih menjadi
lebih maksimal.
Aplikasi bakteri S. marcescens dalam coating benih juga menunjukkan nilai
viabilitas benih yang tinggi berdasarkan tolok ukur DB, IV, dan BKKN sampai
periode simpan 24 minggu. Hasil penelitian yang dilakukan Sutariati et al. (2006)
menunjukkan bahwa bakteri Serratia sp. mampu memproduksi auksin IAA
dengan kisaran antara 24.16-27.98 µg ml-1 filtrat. Nilai DB dan IV benih dalam
penelitian tersebut juga meningkat dari 61% dan 41 % menjadi 87.0-88.0% dan
71%-72%.
Pelapisan benih menggunakan Serratia sp. juga menyebabkan peningkatan
tinggi tanaman, jumlah daun, dan biomasa bibit cabai yang tertinggi diikuti
Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa cabai yang tidak diberi perlakuan bakteri memiliki nilai biomassa kering
bibit sebesar 0.075 g bibit-1. Perlakuan bakteri B.subtilis meningkatkan biomassa
kering bibit cabai menjadi 0.111-0.103 g bibit-1, Serratia sp. 0.215-0.355 g bibit-1
sedangkan P. kelompok fluorescens mencapai 0.131-0.227 g bibit-1 (Sutariati et al.
2006).
Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap KA benih
jagung manis dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai KA benih selama penyimpanan
cenderung mengalami penurunan. Penurunan nilai KA diduga disebabkan karena
pemberian silica gel pada toples penyimpanan. Menurut Justice dan Bass (2002),
adanya fluktuasi kadar air disebabkan oleh sifat benih yang higroskopis sehingga
akan selalu mengadakan keseimbangan dengan udara di sekitarnya. Silica gel
menyerap kelembaban yang ada di udara sehingga menyebabkan kelembaban
udara menjadi rendah. Benih yang bersifat higroskopis akan menyeimbangkan
kadar air yang dikandungnya dengan udara di sekitarnya. Kemasan benih yang
tidak kedap udara juga bisa menjadi penyebab turunnya kadar air benih. Kemasan
benih yang kurang rapat menyebabkan tidak konstannya kondisi udara di dalam
kemasan.
Vigor kekuatan tumbuh benih dapat dilihat dari besarnya nilai kecepatan
tumbuh benih (KCT). Kecepatan tumbuh menunjukkan jumlah benih normal
yang dapat tumbuh setiap harinya. Benih yang mampu berkecambah normal
dalam waktu relatif singkat menunjukkan vigor yang tinggi dan diharapkan
mampu tumbuh di lapangan dengan serentak (Winarni 2009).
Berdasarkan tolok ukur KCT , viabilitas benih mengalami penurunan yang
sangat nyata dan dipengaruhi oleh faktor tunggal periode simpan benih (Tabel 6).

12
Nilai KCT benih tanpa coating maupun benih yang diberi perlakuan coating
bakteri tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Tabel 5 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap KA

0

Perlakuan
P. kelompok
Tanpa
Bacillus
Serratia
coating
subtilis
marcescens
fluorescens
................................................%................................................
11.2 a-b
10.0 a-e
10.2 a-d
10.0 a-e

3
6

11.0 a-b
5.9 f-h

5.8 f-h
6.4 e-h

5.0 h
13.3 a

5.2 g-h
10.7 a-c

9
12

10.7 a-c
9.4 b-f

5.2 g-h
5.5 g-h

5.9 f-h
6.3 e-h

5.4 g-h
5.7 f-h

15
18
21

9.1 b-g
10.0 a-e
4.3 b-h

5.6 f-h
5.6 f-h
9.8 a-e

7.0 c-h
5.5 g-h
6.5 d-h

5.5 f-h
6.0 f-h
5.9 f-h

24

5.3 g-h

5.5 g-h

5.7 f-h

7.7 b-h

Periode simpan
(minggu)

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT α 5%

Tabel 6 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih terhadap
kecepatan tumbuh
Periode
simpan
(minggu)
0
3
6
9
12
15
18
21

Perlakuan
P. kelompok
Tanpa
Bacillus
Serratia
fluorescens
coating
subtilis
marcescens
-1
......................................% etmal ........................................
25.4
24.9
23.7
26.1
22.7
17.8
20.2
19.6
21.0
15.7
15.3
18.3
21.9
18.5
18.0
17.1
14.7
16.7
13.9
15.4
16.4
16.4
18.4
13.5
19.5
18.2
19.5
19.3
17.1
19.6
18.1
19.2

24

18.7

18.8

19.7

19.8

rata-rata

19.7

18.5

18.5

18.7

rata-rata

25.0 a
20.1 b
17.6 d
18.9 b
15.2 c
16.2 c
19.1 b
18.5 b
19.3 b

Tabel 7 menunjukkan pengaruh periode simpan dalam pelapisan benih
terhadap populasi bakteri. Populasi bakteri pelapis benih mengalami penurunan
yang sangat nyata dari periode simpan 18 minggu sampai dengan periode simpan
24 minggu. Penurunan jumlah populasi bakteri S. marcescens dan P. kelompok
fluorescens nyata lebih drastis daripada bakteri B. subtilis. Bakteri B. subtilis
secara nyata lebih mampu mempertahankan populasinya dibandingkan dengan

13
bakteri lain sampai periode simpan 24 minggu. Jumlah populasi bakteri B. subtilis
pada periode simpan 24 minggu adalah 14.2 × 104 cfu g-1.
Tabel 7 Pengaruh interaksi periode simpan dan pelapisan benih
terhadap populasi bakteri
Periode simpan
(minggu)

Bacillus
subtilis

Perlakuan
Serratia
marcescens

P.kelompok
fluorescens

......................log cfu g-1 benih............................
18

4.70 a

3.52 c

3.33 c

21

4.52 a

2.76 d-e

2.85 d

24

4.15 b

2.76 d-e

2.59 e

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT dengan taraf α 5%

Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang berbentuk batang.
Bakteri ini dikenal sebagai bakteri yang toleran terhadap kondisi ekologi yang
merugikan (Liu dan Sinchair 1993). Bacillus subtilis sangat dikenal sebagai bakteri
pembentuk endospora yang memiliki ketahanan yang sangat tinggi terhadap kondisi
lingkungan yang kurang baik. Endospora yang terbentuk dapat digunakan sebagai
material bakteri inaktif yang bisa diformulasikan pada berbagai bahan pembawa.
Media pembawa ini juga bisa berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi spora bakteri saat
berkecambah jika kondisi lingkungan memungkinkan perkecambahan spora sesaat
setelah aplikasi (Sulistiani 2009). Sifat B. subtilis yang toleran tersebut diduga
menjadi penyebab bakteri B. subtilis mampu bertahan dengan baik pada lapisan
coating selama periode penyimpanan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Benih yang dilapisi bakteri menghasilkan nilai BKKN yang nyata lebih
tinggi dibandingkan benih tanpa coating. Pelapisan benih menggunakan bakteri
Bacillus subtilis dapat mempertahankan daya berkecambah hingga 64.0% dan
indeks vigor hingga 43.3% sampai periode simpan 24 minggu. Pelapisan benih
menggunakan bakteri Serratia marcescens mampu mempertahankan daya
berkecambah hingga 60.0% dan indeks vigor hingga 44.0%. Berdasarkan tolok
ukur daya berkecambah dan indeks vigor, pelapisan benih menggunakan bakteri
Bacillus subtilis dan Serratia marcescens merupakan perlakuan coating yang
paling potensial untuk dikembangkan sebagai treatment untuk mempertahankan
viabilitas benih jagung manis. Bakteri Bacillus subtilis lebih mampu bertahan
hidup selama penyimpanan dibanding dengan bakteri Serratia marcescens
maupun Pseudomonas kelompok fluorescens. Populasi bakteri Bacillus subtilis
sampai dengan periode simpan 24 minggu adalah 14.2 × 104 cfu g-1.

14
Saran
Penggunaan bakteri dalam pelapisan benih perlu diteliti lebih lanjut dengan
memberikan variasi konsentrasi suspensi bakteri pelapis benih. Salain itu perlu
dilakukan analisa aktivitas bakteri yang lebih mendalam untuk mengetahui
kemampuan bakteri untuk bertahan selama penyimpanan.
.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Jagung 2011-2012 [terhubung berkala] http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.ph
p?kat=3 [1 Juli 2013]
Agrawal RL. 1980. Seed Technology. New Delhi (IN) : Oxford and IBH
Publishing co. Bombay Calcuta.
Arwiyanto T, Maryudani YMS dan Azizah NA. 2007. Sifat-sifat fenotipik
Pseudomonas fluoresen, agensia pengendalian hayati penyakit lincat pada
tembakau temanggung. Biodiversitas 8(2):147-151.
Copeland LO, McDonald MB. 2001. Principles of Seed Science and Technology.
4th Edition. London ( GB). Kluwer Academic Pbl.
Glick BR, Patten CL, Holguin G, Penrose DM. 1999. Biochemical and Genetic
Mechanisms Used by Plant Growth Promotion Bacteria. Ontario (US) :
Imperial College Pr.
Harahap I S. 2003. Ilmu hama gudang. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT, Williams ST. 1994. Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology, 9th ed. USA : The Williams & Wilkins Co
Inc.
Huelsen WA. 1954. Sweet Corn. New York (USA). Intersci. Publ., Inc.
Ilyas S. 2003. Teknologi Pelapisan Benih. [Makalah Seminar Benih Pellet.
Fakultas Pertanian Bogor. IPB.
Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R,
penerjemah. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada. Terjemahan dari :
Principles and Practices of Seed Storage.
Khakipour N, Khavazi K, Mojallali H, Pazira E, Asadirahmani H. 2008.
Production of auxin hormone by fluorescent Pseudomonads. AmericanEurasian J. Agric. & Environ. Sci., 4 (6): 687-692.
Krisnandika AAK. 2012. Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens rh-4003
dan asam askorbat untuk mempertahankan viabilitas benih padi hibrida
selama penyimpanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Yogyakarta (ID). Penerbit Kanisius.
Liu ZL, Sinclair JB. 1993. Colonization of soybean roots by Bacillus megatrium
B153-2-2. J Soil Biol Biochem 25:849-855.
Marvelia A, Darmanti S, Parman S. 2006. Produksi tanaman jagung manis (Zea
mays L. saccharata) yang diperlakukan dengan kompos kascing dengan
dosis yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 14(2).

15
Mugnisjah WQ, Setiawan A, Suwarto, Santiwa C. 1994. Panduan Praktikum dan
Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Jakarta (ID) :PT RajaGrafindo
Persada.
Paul D, Sarma YR. 2005. Pseudomonas fluorescens mediated systemic resistance in
black pepper (Piper nigrum L.) is driven through an elevated synthesis of
defense enzymes. [3 September 2013]. http://openmed.nic.in/130/02/Systemic.
pdf.
Prematirosari MB. 2006. Pengendalian penyakit hawar daun (Helminthosporium
turcicum) pada jagung manis dengan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purwono, Purnamawati H. 2008. Budidaya Delapan Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Depok (ID): Penebar Swadaya.
Ramamoorthy V, Viswanathan R, Raguchander T, Prakasam V, Samiyappan R.
2000. Induction of systemic resistance by plant growth promoting
rhizobacteria in crop plants against pests and diseases. Crop Protection 20
(2001):1-11.
Rubatzky E, Yamaguchi M. 1995. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi.
Bandung (ID): Penerbit ITB
Sadjad S, Murniati E, Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komparatif ke Simulatif. Jakarta (ID) : Grasindo.
Schaad NW, Jones JB, Chun W. 2000. Laboratory Guide for Identification of
Plant Phatogenic Bacteria. Minnesota (US): APS Press.
Sonenshein AL, James AH, Losick RM. 2002. Bacillus subtilis and its Closest
Relatives from Genes to Cell. Washington (USA): ASM Press.
Sulistiani. 2009. Formulasi spora Bacillus subtilis sebagai agens hayati dan PGPR
(Plant Growth Promoting Rhizobacteria) pada berbagai bahan pembawa.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suprapto HS, Marzuki R. 2005. Bertanam Jagung. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Suryanto D. 2001. Selection and characterization of bacterial isolates for
monocylic aromatic degradation. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sutariati GAK, Widodo, Sudarsono, Ilyas S. 2006. Pengaruh perlakuan rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman terhadap viabilitas benih serta
pertumbuhan bibit tanaman cabai. Bul. Agron. (34)(1):46–54
Tirawati. 2012. Pelapisan benih dengan Bacillus subtilis ab89 dan tokoferol untuk
mempertahankan viabilitas benih padi hibrida selama penyimpanan.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tortora GJ, Funke BR, Case CL. 2007. Microbiology: an Introduction. San
franscisco (US). Pearson Education Inc.
Winarni TB. 2009. Pengaruh perlakuan pendahuluan dan berat benih terhadap
perkecambahan benih kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.). [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 10 Januari 1992 dari ayah
Deswita Muchtar dan ibu Mimi Rusminar. Penulis merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA 1 Lubuk Alung pada tahun 2009 dan pada
tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian. Penulis sempat menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar Ilmu dan
Teknologi Benih pada tahun ajaran 2012/2013.