Macam-macam Perceraian Perceraian Menurut Hukum Islam dan Positif

l diputuskan di depan pengadilan akan tetapi berlaku surut yakni sejak murtadnya salah seorang dari suami istri itu.

3. Macam-macam Perceraian

a. Menurut Undang-undang perkawinan Dari ketentuan tentang perceraian yang diatur dalam pasal 39 sampai dengan pasal 41 Undang-undang No. 1 Tahnu 1974 tentang perkawinan dan pasal 14 sampai dengan Pasal 36 peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975, dapat ditarik kesimpulan adanya dua macam perceraian adalah: 1 Cerai talak Cerai talak adalah perceraian yang terjadi sebagai akibat dijatuhkannya talak oleh suami terhadap istrinya dimuka sidang pengadilan. Cerai talak ini hanya khusus untuk yang beragama Islam, serbagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 14 peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 bahwa “seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraiankan istrinya, mengajukan surat kepada pengadilan di tempat tinggalnya yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan istrinya disertai dengan alesan-alesannya serta meminta kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu”. li Adapun tata cara seorang suami yang hendak mentalak istrinya selanjutnya diatur dari pasal 15 sampai dengan Pasal 18 peraturan pemerintah No.9 Tahun 1975 yang pada dasarnya adalah sebagai berikut: a Setelah pengadilan menerima surat pemberitahuan tersebut dan mempelajarinya, selambat-lambatnya 30 hari setelah menerima surat keputusan itu, pengadilan memanggil suami dan istri yang akan bercerai itu untuk diminta perceraian. b Setelah pengadilan mendapat penjelasan dari suami istri tersebut dan ternyata memang terdapat alasan-alasan untuk bercerai, kemudian pengadilan berpendapat pula bahwa antara suami dan istri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun dalam rumah tangga, maka pengadilan memutuskan untuk mengadakan sidang untuk menyelesaikan peraka itu. c Kemudian ketua pengadilan memberikan surat keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut dan surat keterangan tersebut dikirim kepada pegawai pencatat di tempat perceraian itu terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian. d Perceraian itu terjadi terhitung pada saat terjadi perceraian itu dinyatakan didepan sidang pengadilan. 2 Cerai Gugat lii Cerai gugat adalah perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan oleh salah satu pihak ke pengadilan dan dengan suatu putusan pengadilan. Penjelasan Pasal 20 peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 menegaskan bahwa “Gugatan perceraian dimaksud dapat dilakukan oleh seorang istri yang melangsungkan pernikahan menurut agama Islam dan oleh seorang suami atau istri yang melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama I slam”. b. Menurut Hukum Islam Perceraian menurut hukum Islam diperbolehkan jika terdapat atau berdasarkan alasan yang kuat dan hal tersebut hanya dapat dipergunakan dalam keadaan yang mendesak. Untuk menjaga hubungan keluarga jangan terlalu rusak dan berpecah belah, maka agama Islam mensyariatkan perceraian sebagai jalan keluar bagi suami dan istri yang telah gagal mempertahankan bahtera keluarganya, sehingga dengan demikian hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya, antara keluarga dengan keluarga, demikian pula dengan masyarakat sekeliling tetap berjalan dengan baik. 84 Macam-macam perceraian menurut hukum Islam, yang menjadi sebab putusnya perkawinan ialah 85 : 1 Talak 84 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perka wina , Jakarta: PT. Bulan Bintang,1987, h.157. 85 Soemiyati, Hukum Perka winan Islam dan Undang-Undang Yogyakarta: Liberty, 1982, h.105. liii Hukum Islam menentukan bahwa hak talak ada pada suami dengan alasan bahwa seorang laki-laki pada umumnya lebih mengutamakan pemikiran dalam memperhitungkan sesuatu daripada wanita yang biasanya bertindak atas dasar emosi. 2 Khuluk Khuluk merupakan bentuk perceraian atas persetujuan suami istri dengan jatuhnya talak satu dari suami kepada istri dengan tebusan harta atau uang dari pihak istri yang menginginkan cerai dengan khuluk itu. 3 Syiqa‟ Syiqa‟ berarti perselisihan atau menurut istilah fiqih berarti perselisihan suami dan istri yang diselesaikan dua orang hakam, satu orang dari pihak suami dan yang satu orang dari pihak istri. 4 Fasakh Fasakh adalah merusakkan atau membatalkan. Ini berarti bahwa perkawinan itu diputuskan atau dirusakkan atas permintaan salah satu pihak oleh Hakim Pengadilan Agama. 5 Ta‟lik Talak Ta‟lik Talak adalah suatu talak yang digantungkan pada suatu hal yang mungkin terjadi yang telah disebutkan dalam suatu perjanjian yang telah diperjanjikan lebih dulu. 6 Ila‟ liv Ila‟ berarti suami bersumpah tidak akan mencampuri istrinya, waktunya tidak ditentukan dan selama itu istri tidak ditalak ataupun diceraikan. Sehingga kalau keadaan ini berlangsung berlarut-larut yang menderita adalah pihak istri karena keadaannya terkatung-katung dan tidak berketentuan.

C. Talak