Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
didasarkan pada kesesuaian soal dengan aspek-aspek pengetahuan awal matematis dan dengan materi matematika smp. Sedangkan untuk mengukur
validitas muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan redaksi.
Berikut adalah hasil pengelompokkan siswa berdasarkan kelompok PAM tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori PAM
Kelompok Pembelajaran
Total PBMF
Biasa Tinggi
5 8
13 Sedang
22 14
36 Rendah
5 8
13 Total
32 30
62 Selain itu juga, perangkat soal tes PAM ini terlebih dahulu diujicobakan
secara terbatas kepada lima orang siswa di luar sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa dan memperoleh
gambaran apakah butir-butir soal dapat dipahami oleh siswa.
2. Tes Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan masalah Matematis
Perangkat soal tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis disusun dalam bentuk soal uraian. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Frankel dan Wallen Suryadi, 2005 yang menyatakan bahwa tes berbentuk uraian sangat cocok untuk mengukur higher level learning
outcomes. Tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis terdiri dari
tes awal pretes dan tes akhir postes. Tes yang diberikan pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol baik itu pretes maupun postes ekuivalen atau relatif
sama. Tes awal diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa pada kedua kelas dan digunakan sebagai tolak ukur peningkatan
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah sebelum mendapatkan perlakuan, sedangkan tes akhir diberikan dengan tujuan untuk mengetahui
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
perolehan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah dan ada tidaknya pengaruh yang signifikan setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Jadi,
pemberian tes pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan dalam hal ini pembelajaran berbasis masalah berbantuan flash dan
pembelajaran biasa terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa.
Tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah dibuat untuk mengukur kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa
kelas XI SMK mengenai materi yang sudah dipelajarinya. Adapun rincian indikator kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah yang akan diukur
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Indikator Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis
Kemampuan Indikator
Komunikasi Menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar yang
diberikan dalam bentuk tulisan Menyatakan suatu situasi dengan gambar
Menyatakan suatu situasi dalam bentuk bahasa dan symbol matematik
Pemecahan masalah Mengidentifikasi kecukupan unsur dari suatu masalah Menyelesaikan masalah matematika maupun dalam
konteks lain Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah
matematika
Untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis, dilakukan penskoran menggunakan skor rubrik yang dimodifikasi dari
Machmud 2011, disajikan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
No soal
Indikator yang Dinilai
Respon Terhadap SoalMasalah Skor
Komulatif
4 Menjelaskan ide
atau situasi dari suatu gambar yang
diberikan dalam bentuk tulisan
Menggunakan bahasa
matematika istilah,
symbol, tanda
dan atau
representasi secara sangat efektifakurat dan lengkap untuk mengilustrasikan ide
atau situasi dari suatu gambar yang diberikan
kemudian dapat
menyelesaikan masalahsoal tersebut. 6-8
Menggunakan bahasa
matematika istilah,
symbol, tanda
dan atau
representasi secara efektif, cukup akurat
dan cukup lengkap untuk mengilustrasikan ide atau situasi dari
suatu gambar yang diberikan kemudian dapat
menyelesaikan masalahsoal
tersebut. 3-5
Ada upaya
menggunakan bahasa
matematika istilah, symbol, tanda dan atau
representasi untuk
mengilustrasikan ide atau situasi dari suatu gambar yang diberikan namun
masih keliru. 1-2
Tidak ada respon atau jawaban kosong
6 Menyatakan suatu
situasi dengan gambar
Mengilustrasikan gambar dari suatu ide atau situasi yang diberikan kemudian
dapat menyelesaikan
masalahsoal tersebut secara sangat efektifakurat dan
lengkap.
6-8
Mengilustrasikan gambar dari suatu ide atau situasi yang diberikan kemudian
dapat menyelesaikan
masalahsoal tersebut secara cukup efektifakurat dan
lengkap.
3-5
Ada upaya Mengilustrasikan gambar dari suatu ide atau situasi yang diberikan
namun masih keliru.
1-2
Tidak ada respon atau jawaban kosong
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
No soal
Indikator yang Dinilai
Respon Terhadap SoalMasalah Skor
Komulatif
1 Menyatakan suatu
situasi ke dalam bentuk bahasa dan
simbol matematik Menggunakan
bahasa matematika
istilah, symbol,
tanda dan
atau representasi secara sangat efektifakurat
dan lengkap untuk mengilustrasikan ide atau situasi dari suatu masalah dan
gambar yang diberikan kemudian dapat menyelesaikan masalahsoal tersebut.
6-8
Menggunakan bahasa
matematika istilah,
symbol, tanda
dan atau
representasi secara efektif, cukup akurat
dan cukup lengkap untuk mengilustrasikan ide atau situasi dari
suatu masalah
dan gambar
yang diberikan
kemudian dapat
menyelesaikan masalahsoal tersebut.
3-5
Ada upaya
menggunakan bahasa
matematika istilah, symbol, tanda dan atau
representasi untuk
mengilustrasikan ide atau situasi dari suatu
masalah dan
gambar yang
diberikan namun masih keliru.
1-2
Tidak ada respon atau jawaban kosong
Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Kemampuan Pemecahan masalah Matematis
No soal
Indikator yang Dinilai Respon Terhadap
SoalMasalah Skor
Komulatif
2 Menyelesaikan masalah
matematika maupun dalam konteks lain
Dapat mengidentifikasi unsur- unsur yang diketahui, ditanyakan
untuk memperoleh bagian dari penyelesaian dan dapat
mengidentifikasi kecukupan unsur unsur yang diperlukan dan
menggunakan semua informasi yang ada.
5-6
Dapat mengidentifikasi unsur- unsur yang diketahui, ditanyakan
untuk memperoleh bagian dari 3-4
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
No soal
Indikator yang Dinilai Respon Terhadap
SoalMasalah Skor
Komulatif
penyelesaian tetapi masih kurang lengkap.
Ada upaya untuk mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui tetapi masih salah.
1-2
5 Mengidentifikasi
kecukupan unsur dari suatu masalah
Dapat mengidentifikasi unsur- unsur yang diketahui, ditanyakan
untuk memperoleh bagian dari penyelesaian dan dapat
mengidentifikasi kecukupan unsur unsur yang diperlukan dan
menggunakan semua informasi yang ada.
5-6
Dapat mengidentifikasi unsur- unsur yang diketahui, ditanyakan
untuk memperoleh bagian dari penyelesaian tetapi masih kurang
lengkap. 3-4
Ada upaya untuk mengidentifikasi unsur-unsur
yang diketahui tetapi masih salah.
1-2
3 Memilih dan
menerapkan strategi untuk menyelesaikan
masalah matematika Ada penyelesaian dengan
prosedur yang tepatrelevan dengan solusi yang lengkap dan
benar. 5-6
Ada penyelesaian dengan prosedur yang tepatrelevan
dengan beberapa solusi terdapat kekeliruan.
3-4
Ada penyelesaian dengan prosedur yang kurang
tepatrelevan. 1-2
Keterangan :
Bila tidak ada respon atau jawaban kosong setiap indikator yang dinilai diberi skor = 0.
Untuk perhitungan setiap indikator yang dinilai : o
Skor = 2 bila semua benar, o
Skor =1 bia terdapat beberapa yang salah o
Skor = 0 bila semua salah
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sebelum tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis digunakan dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal
tersebut sudah memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Soal tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah
matematis ini diujicobakan pada siswa kelas XII SMK ditempat penelitian yang telah menerima materi trigonometri.
Untuk memperoleh soal tes yang baik maka soal tes tersebut harus dinilai validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Untuk mendapatkan
validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran maka soal tersebut diujicobakan pada kelas lain di sekolah yang sama. Pengukuran validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal tes tersebut diuraikan berikut ini.
1 Validitas Butir Soal
Menurut Arikunto 2003: 168, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validitas
instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. Dari hasil tersebut akan diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.
a. Validitas Teoritik
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan teori dan aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan kumunikasi dan pemecahan masalah matematis yang
berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh ahli. Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut
ditinjau dari segimateri yang dievaluasikan Suherman, 2001: 131. Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan indikator.
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas
pengertiannya dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah
dipahami maksudnya sehingga testi tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal.
Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validitas muka dan validitas isi instrumen oleh para ahli yang berkompeten. Uji
coba validitas isi dan validitas muka untuk soal tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis dilakukan oleh 5 orang
penimbang. Untuk mengukur validitas isi, pertimbangan didasarkan pada kesesuaian soal dengan materi ajar trigonometri SMK kelas XI, dan sesuai
dengan tingkat kesulitan siswa kelas tersebut. Untuk mengukur validitas muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa
dan redaksi. Setelah instrumen dinyatakan sudah memenuhi validitas isi dan
validitas muka, kemudian secara terbatas diujicobakan kepada lima orang siswa di luar sampel penelitian yang telah menerima materi yang diteskan.
Tujuan dari uji coba terbatas ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa sekaligus memperoleh gambaran apakah butir-butir
soal tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
b. Validitas Empirik
Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya
koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen dengan menggunakan angka kasar Arikunto, 2003: 72
yaitu: r
xy ∑ ∑ ∑
√ ∑ –∑
} ∑ ∑
Keterangan :
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
r
xy
= Koefisien validitas X = Skor tiap butir soal
Y = Skor total N = Jumlah subyek
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas
Kategori r
xy
Interpretasi
0,80 r
xy
≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 r
xy
≤ 0,80 Tinggi
0,40 r
xy
≤ 0,60 Sedang
0,20 r
xy
≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r
xy
≤ 0,20 Sangat rendah
Sumber : Suherman Sukjaya, 1990 Setelah instrumen dinyatakan memenuhi validitas isi dan validitas muka,
kemudian soal tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis tersebut dujicobakan secara empiris kepada 42 orang siswa kelas XII di tempat
penelitian. Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran B. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software Anates
V.4 For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Hasil
validitas butir soal kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis
disajikan pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 berikut.
Kriteria validitas butir soal tes kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6 Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
No No
Soal Koefisien
Korelasi r tabel
pearson Kriteria
Kategori 1
1 0,813
0,304 Valid
Sangat tinggi 2
4 0,893
0,304 Valid
Sangat tinggi 3
6 0,821
0,304 Valid
Sangat tinggi
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7 Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan masalah
No No
Soal Koefisien
Korelasi r tabel
pearson Kriteria
Kategori 1
2 0,928
0,304 Valid
Sangat tinggi 2
3 0,946
0,304 Valid
Sangat tinggi 3
5 0,894
0,304 Valid
Sangat tinggi Keterangan :
Jika r hitung ≥ r tabel, maka butir soal valid Jika r hitung
r tabel, maka butir soal tidak valid
Hasil perhitungan validitas berdasarkan tabel 3.6 dan tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa ke enam soal berada pada kategori sangat tinggi. Dari hasil
tersebut, soal kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian.
2 Reliabilitas butir soal
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama Arikunto, 2003: 90. Suatu alat evaluasi tes dan nontes disebut reliabel
jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus Alpha
Suherman Sukjaya, 1990 [
] ∑
Keterangan: r
11
= reliabilitas instrumen ∑σ
i 2
= jumlah varians skor tiap –tiap item
σ
t 2
= varians total n = banyaknya soal
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Besarnya nilai r
11
Interpretasi
0,80 r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 r ≤ 0,60 Sedang
0,20 r ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah
Sumber : Suherman Sukjaya, 1990 Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka
dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha-croncbach dengan bantuan program Anates V.4 for Windows.
Hasil perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran B. Berikut ini merupakan hasil ringkasan perhitungan reliabilitas
Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan masalah dan Komunikasi
Kemampuan Reliabilitas
Interpretasi Komunikasi
0,83 Sangat Tinggi
Pemecahan masalah 0,93
Sangat Tinggi
Hasil perhitungan reliabilitas berdasarkan Tabel 3.9 di atas menunjukkan bahwa soal kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis berada
pada kategori sangat tinggi, artinya soal memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian.
3 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendahZuhri,2007:42. Suatu soal dikatakan tidak baik apabila soal tersebut dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi maupun siswa yang
berkemampuan rendah, suatu soal juga dikatakan tidak baik apabila soal tersebut
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tidak dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi maupun siswa yang berkemampuan rendah. Dua kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
soal tersebut tidak mempunyai daya pembeda.
Pengelompokan siswa didasarkan pada kemampuan matematika sebelumnya dan terdiri dari tiga kelompok, yakni kelompok tinggi, sedang dan
rendah dengan perbandingan 30, 40 dan 30 Dahlan, 2004. Siswa yang termasuk ke dalam kelompok atas adalah siswa yang mendapat skor tinggi dalam
penilaian, sedangkan siswa yang termasuk kelompok rendah adalah siswa yang mendapat skor rendah dalam penilaian. Rumus yang digunakan untuk menghitung
daya pembeda soal uraian adalah sebagai berikut.
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah:
Keterangan: DP
= Daya pembeda = Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah = Jumlah skor ideal kelompok atas
Menurut Suherman 2001: 161 klasifikasi interpretasi daya pembeda soal sebagai berikut:
Tabel 3.10. Klasifikasi Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Keterangan
DP ≤ 0 Sangat Jelek
0 DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 DP ≤ 0,70 Baik
0,70 DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.11 Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Komunikasi
No No Soal
Daya Pembeda Interpretasi
1
1 39,77
Cukup
2 4
37,50 Cukup
3 6
20,45 Cukup
Tabel 3.12 Uji Daya Pembeda Soal Tes Pemecahan masalah
No No Soal
Daya Pembeda Interpretasi
1 2
38,64 Cukup
2 3
36,36 Cukup
3 5
27,27 Cukup
Berdasarkan Tabel di atas, didapat daya pembeda dengan klasifikasi cukup Hal tersebut menunjukkan bahwa soal-soal tersebut sudah bisa membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal tes Arikunto, 2006: 207. Tingkat kesukaran pada masing-masing butir
soal dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan: TK
= Tingkat Kesukaran = Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
= Jumlah skor ideal kelompok atas = Jumlah skor ideal kelompok bawah
Menurut Zuhri 2007: 45 klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.13 Kriteria Tingkat Kesukaran
Kriteria Indeks Kesukaran Kategori
IK = 0,00 Sangat Sukar
0,00 IK 0,3
Sukar 0,3
IK ≤ 0,7 Sedang
0,7 IK ≤ 1,00
Mudah Sumber : Zuhri, 2007: 45
Tabel 3.14 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Komunikasi
No No Soal
Tingkat Kesukaran Interpretasi
1
1 52,84
Sedang
2 4
32,39 Sedang
3 6
28,41 Sukar
Tabel 3.15 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemecahan masalah
No No Soal
Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 2
32,95 Sedang
2 3
29,55 Sukar
3 5
27,27 Sukar
Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 3 soal dengan kriteria sukar, yaitu soal nomor 3, 5 dan 6. Soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang, yaitu
soal nomor 1, 2 dan 4. Ini berarti sebagian siswa kelompok atas maupun bawah
Rohbaeni, 2015 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dapat menjawab benar butir-butir soal tersebut. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.
Sedangkan hasil rekapitulasi hasil uji coba instrument adalah sebagai berikut :
Tabel 3.16 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Soal Tes Kemampuan Komunikasi
Nomor Soal
Validitas Reliabilitas
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran
1 Sangat tinggi Sangat tinggi
Cukup Sedang
4 Sangat tinggi Sangat tinggi
Cukup Sedang
6 SangatTinggi Sangat tinggi
Cukup Sukar
Tabel 3.17
Rekapitulasi Hasil Ujicoba Soal Tes Kemampuan Pemecahan masalah Nomor
Soal Validitas
Reliabilitas Daya
Pembeda Tingkat
Kesukaran 2
Sangat tinggi Sangat tinggi Cukup
Sedang 3
Sangat tinggi Sangat tinggi Cukup
Sukar 5
SangatTinggi Sangat tinggi Cukup
Sukar
3. Bahan Ajar