3. Perilaku Serangga Uji
Dari pengamatan perilaku serangga uji, gejala yang ditimbulkan setelah larva memakan daun yang telah diaplikasikan dengan larutan alamanda awalnya
mobilitas larva menurun, pergerakan mulai lambat. Nafsu makan pada serangga berkurang ditandai dengan pakan yang tidak habis serta mengalami diare. Pada
pengamatan lebih lanjut diare pada larva semakin parah akhirnya larva mati lemas. Sedangkan pada kontrol tidak terjadi diare, larva berkembang dengan
normal. Hal ini karena alamanda mengandung triterpenoid resin yang rasanya pahit dan bahkan menimbulkan keracunan. Hal ini sesuai dengan Kusuma dkk
1995 menyatakan alamanda mempunyai sifat racun dan mengandung triterpenoid resin. Rustaman dkk 2006 mengatakan triterpen tertentu terkenal
karena rasanya, terutama kepahitannya. kadang-kadang menimbulkan keracunan pada ternak.
Adapun gejala yang ditimbulkan setelah larva memakan daun yang telah diaplikasikan dengan larutan babadotan yaitu larva mengalami penurunan nafsu
makan karena ekstrak babadotan terasa pahit sehingga larva tidak menyukai rasanya. Akibatnya larva akan menjadi lemah, aktifitas menurun serta mengalami
perubahan warna menjadi pucat. Larva mengalami cacat dan proses pembentukan pupa terganggu. Akhirnya larva akan mati dengan tubuh kaku. Berbeda dengan
kontrol yang larvanya berkembang dengan sempurna sampai menjadi imago. Hal ini sesuai dengan Sani 1998 menyatakan bahwa secara umum tanaman
babadotan memiliki rasa yang pahit dan mengeluarkan aroma yang kurang sedap. Prijono 1999 menyatakan Anti juvenile hormone yang terkandung di
dalam babadotan mengganggu proses pergantian kulit serangga yang
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan larva cacat atau mati. Gangguan tidak hanya berlangsung pada stadia larva tetapi berlanjut pada pembentukan pupa dan serangga dewasa.
Dari pengamatan perilaku serangga uji, gejala yang ditimbulkan setelah larva memakan daun yang telah diaplikasikan dengan larutan kamboja awalnya
larva masih aktif makan namun tidak seperti biasanya namun lama kelamaan nafsu makan larva menurun. Karena larva tidak makan maka larva menjadi lemah
dan lesu. Mobilitas jadi berkurang. Akhirnya larva mati karena kelaparan. Sesuai dengan Thamrin dkk 2007 Tumbuh-tumbuhan tersebut diduga bersifat sebagai
racun perut, karena larva tidak menunjukkan gejala keracunan walaupun sudah terjadi kontak, gejala keracunan mulai tampak satu hari setelah makan yang
ditandai dengan menurunnya aktivitas makan dan gerakannya melemah yang mengakibatkan kematian larva.
Perilaku larva setelah memakan daun yang telah diaplikasikan dengan larutan mengkudu larva mengalami penurunan nafsu makan karena mengkudu
mengandung senyawa yang menyebabkan menurunnya nafsu makan antifeedant. Karena penurunan nafsu makan maka larva menjadi lemas dan pasif
bergerak. Larva juga mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat dari warna asalnya. Hal ini sesui dengan Purba 2007 menyatakan bahwa gejala yang di
timbulkan setelah larva memakan daun yang telah di aplikasikan dengan ekstrak daun mengkudu akan tampak lemas dan terjadi perubahan warna pada tubuh
larva, larva akan berwarna kuning kecoklatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan
1. Persentase mortalitas larva paling efektif terdapat pada P4 babandotan
500 gr sebesar 100, diikuti P2 alamanda 500gr sebesar 85, P3 babandotan 250 gr sebesar 80, P6 kamboja 500gr dan P8 mengkudu
500gr sebesar 75. Dan tidak efektif pada P1 alamanda 250gr dan P5 kamboja 250gr sebesar 45 dan 50 pada 8 HSA.
2. Persentase pembentukan pupa paling efektif terdapat pada P4 babandotan
500 gr sebesar 0, diikuti P2 alamanda 500gr dan P3 babandotan 250 gr sebesar 15 dan 20. Dan tidak efektif pada P1 alamanda 250gr dan
P5 kamboja 250gr sebesar 55 dan 50 diikuti P7 mengkudu 250gr sebesar 45 pada 9 HSA.
3. Perilaku larva pada perlakuan alamanda: nafsu makan dan mobilitas
menurun serta diare, babandotan: lemah, perubahan warna dan larva cacat, kamboja: lemah, nafsu makan menurun dan mengkudu: nafsu makan
hilang, perubahan warna dan lemas.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaplikasian terhadap berbagai instar larva S. Litura di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
Arifin, M. 1990. Teknologi Pengendalian Ulat Grayak Spodoptera litura F. Pada
Tanaman Kedelai. Kongres Himpunan Perlindungan Tumbuhan Indonesia HPTI I. Jakarta. 10 p.
Azwanadan Marjun. 2009. Efektivitas Insektisida Botani Daun Babadotan Ageratum conyzoides Terhadap Larva Sitophilus oryzae Coleoptera;
Curculionidae di Laboratorium. J. Pertanian Biologi Agrobio. 1 2: 64-67.
Balfas, R., dan M. Willis. 2009. Pengaruh Ekstrak Tanaman Obat Terhadap Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Spodoptera Litura F. Lepidoptera:
Noctuidae. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 20 2: 148– 156.
Deptan. 2012. Pengendalian Hama Ulat Grayak, Kutu Kebul, dan Kepik Coklat Tanaman Kedelai. Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan Dan
Pengembangan SDM Pertanian. Dewi, I. R. 2007. Prospek Insektisida yang Berasal Dari Tumbuhan untuk
Menanggulangi Organisme Pengganggu Tanaman. Makalah Pengendalian Hama Tanaman PHT. Universitas Padjadjaran. Bandung. 36 p.
Galingging, R. Y. 2010. Pengendalian Hama Tanaman Menggunakan Pestisida Nabati Ramah Lingkungan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kalimantan Tengah. Kalshoven, L. G. E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated by
P. A. van der Laan. P. T. Ichtiar BaruVan Hoeve. Jakarta. 338-339. Kusuma, W., H. M., H. Dalimartha, S., Wirian, A.S. 1995. Tanaman Berkhasiat
Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta. Laoh, J. H., F. Puspita dan Hendra. 2003. Kerentanan Larva Spodoptera litura F.
Terhadap Virus Nuklear Polyhedrosis. J. Natur Indonesia 5 2: 145-151. Lipi. 2009. Pengobaan Alternatif Dengan Tanaman Obat. UPT – Balai Informasi
Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Pangan Kesehatan. Hlm 1-47.
Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian Ulat Grayak Spodoptera lituraFabricius pada Tanaman Kedelai.
J. Litbang Pertanian. 27 4: 131-136. Mulyana. 2002. Ekstraksi Senyawa Aktif Alkaloid, Kuinon, dan Saponin dari
Tumbuhan Kecubung Sebagai Larvasida dan Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hlm 2.
Universitas Sumatera Utara
Octavia, D., S. Andriani, M. A. Qirom, danF. Azwar. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Pestisida Alami Di Savana Bekol Taman
Nasional Baluran. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5 4: 355- 265.
Prijono, D. 1999. Prospek dan Strategi Pemanfaatan Insektisida Alami Dalam PHT. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami-
Pusat Kajian PHT, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 1-7 Purnomo, D., dan H. Amalia. 2007. Getah Pepaya Betina Sebagai Bioinsektisida
Untuk Pemngendalian Ulat Spodoptera sp. Pada Tanaman Sayuran. Lomba Karya Tulis Mahasiswa. Hlm 1-43.
Purba, S. 2007. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mengkudu Morinda citrifolia Terhadap Plutella xylostella L. Lepidoptera : Plutellidae di
Laboratorium. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm 29-35. Ristek. 2012. Allamanda cathartica
L. Available at: http:www.warintek.ristek.go.id diakses 24 April 2012.
Rustaman, H. M. Abdurahman dan J. Al-anshori. 2006. Skrining Fitokimia Tumbuhan Di Kawasan Gunung Kuda Kabupaten Bandung Sebagai
Penelaahan keanekaragaman Hayati. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. DIPA No. 0151.023-04.0XII: 1-24.
Sani, Y., S. Bustami dan A. Girindra. 1998. Hepatotoksisitas Ekstrak Daun Babadotan Ageratum conyzoides Pada Tikus Percobaan. J. Ilmu Ternak
dan Veteriner 3 1: 63-70. Sastrosupadi, A.2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius,
Jakarta. Hlm. 72. Syamsuhidayat, S. S. dan Hutapea, J. R. 1991. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia I. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. hlm 452-453. Suharsono. 2011. Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat
Grayak Spodoptera litura F. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Suara Perlindungan Tanaman, 13: 13-22.
Sudirga, S. K. 1996. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional di Desa Trunyan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Ejurnal bumi-lestari.
12: 7-18. Sembiring, B., dan S. Suriati. 2009. Teknik Penyiapan Ekstrak Biji Tanaman
Biofarmaka Sebagai Pestisida Nabati. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 15 1: 12-14 35.
Universitas Sumatera Utara
Tampenawas, S. A. 1981. Biologi Spodoptera Prodenia litura Fabricius Lepidoptera: Noctuidae pada Dua Varietas Kedelai. Laporan Masalah
Khusus Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 38 h.
Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis dan A. Budiman. 2007. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa. Laporan Hasil Penelitian Balittra. Hlm 35-54. Thamrin, M., dan S. Asikin. 2004. Alternatif Pengendalian Hama Serangga
Sayuran Ramah Lingkungan Di Lahan Lebak. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Balittra. Laporan Hasil Penelitian Balittra. Hlm 375-386.
Unin. 2003. Kajian Ekstraksi Minyak Biji Mengkudu Morinda citrifolia L. Menggunakan pelarut organik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
72 p. Utami, S., dan N. F. Haneda. 2010. Pemanfaatan Etnobotani dari Hutan Tropis
Bengkulu Sebagai Pestisida Nabati. J. Managemen Hutan Tropika. XVI 3:143-147.
Vibrianthi, C. 2011. Potensi Tanaman Alamanda di Daerah Bogor Sebagai Inhibitor Enzim Tirosinase. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm
1-14. Warini, T. 2012. Manfaat Bunga Kamboja. Available at:
http:tutukwarini31.student. umm.ac.id diakses 24 April 2012 Hlm 1-5. Widihastuty. 2001. Evaluasi Peranan Predator dan Parasitoid Telur dan Larva
Instar Awal Spodoptera litura F. Lepidoptera: Noctuidae di Pertanaman Kedelai. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 p.
Winarti, C. 2005. Peluang Pengembangan Minuman Fungsional dari Buah Mengkudu Morinda citrifoliaL.. J. Litbang Pertanian. 24 4
:149-155. Yunia, N. 2006. Aktivitas Insektisida Campuran Ekstrak Empat Jenis Tumbuhan
Terhadap Larva Crocidolomia pavonana F. Lepidoptera: Pyralidae. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 1-53.
LAMPIRAN 1
BAGAN PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
P8
U1
P0
U1
P6
U2
P1
U2
P5
U1
P5
U2
P3
U1
P7
U2
P4
U2
P2
U1
P1
U1
P2
U2
P6
U1
P4
U1
P0
U2
P8
U2
P7
U1
P3
U1
Universitas Sumatera Utara
Data Mortalitas Larva S. litura Pada 1 HSA
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II
P0 0,00
0,00 P1
0,00 0,00
P2 0,00
0,00 P3
10 10,00
5,00 P4
10 10
20,00 10,00
P5 0,00
0,00 P6
0,00 0,00
P7 0,00
0,00 P8
0,00 0,00
Total 10,00 20,00 30,00
Rataan 1,11
2,22 1,67
Transformasi Data Arc Sin
√�
Perlakuan Ulangan Total
Rataan I
II P0
9,59 9,59
19,19 9,59
P1 9,59
9,59 19,19
9,59 P2
9,59 9,59
19,19 9,59
P3 9,59
18,43 28,03
14,01 P4
18,43 18,43
36,87 18,43
P5 9,59
9,59 19,19
9,59 P6
9,59 9,59
19,19 9,59
P7 9,59
9,59 19,19
9,59 P8
9,59 9,59
19,19 9,59
Total 95,19
104,03 199,22
Rataan 10,58
11,56 11,07
DAFTAR SIDIK RAGAM SK
Db JK
KT F hitung
0,05 0,01
Universitas Sumatera Utara
Perlakuan 8
156,32 19,54
4,50 3,23
5,47
Galat 9
39,08 4,34
Total 17
195,40 FK
2204,83 tn = tidak nyata
KK 0,33
= nyata = sangat nyata
Uji Jarak Duncan
SY 1,47 2,82
2,43 2,24 2,11 1,98 1,86 1,76
6,12 10,48
I 2,00
3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
9,00 10,00
SSR 0.01 4,60
4,86 4,99 5,08 5,17 5,25 5,32
5,36 5,4
LSR 0.01 6,78
7,16 7,35 7,49 7,62 7,74 7,84
7,90 7,96
Perlakuan P0
P1 P2
P5 P6
P7 P8
P3 P4
Rataan 9,59
9,59 9,59 9,59 9,59 9,59 9,59
14,01 18,43 A
B LAMPIRAN 3
Universitas Sumatera Utara
Data Mortalitas Larva
S. litura Pada 2 HSA