commit to user 29
penetapan hanya berlaku untuk pemohon sendiri, untuk ahli warisnya dan untuk orang yang memperoleh hak daripadanya.
2. Tinjauan tentang Perkawinan
a. Pengertian Perkawinan
Perkawinan mempunyai beberapa pengertian baik menurut Perundang-undangan, maupun menurut Hukum Islam:
1 Perkawinan Menurut Perundang-undangan. Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor l Tahun 1974
dinyatakan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi Perkawinan menurut Undang-
Undang Nomor l Tahun 1974 tidak memandang perkawinan hanya sebagai ikatan perdata saja, akan tetapi juga merupakan perikatan
keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari tujuan perkawinan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor l Tahun 1974 ” bahwa perkawinan itu
bertujuan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Pengertian
perkawinan yang sah menurut Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan, perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya serta tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan dalam Pasal 26 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa “Undang-Undang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan-hubungan perdata”. Hal tersebut berarti KUHPerdata hanya mengakui perkawinan perdata yaitu perkawinan yang sah
adalah perkawinan yang memenuhi syarat sebagaimana ditentukan oleh KUH Perdata, sehingga terlepas dari peraturan-peraturan yang
diadakan oleh suatu agama tertentu.
commit to user 30
2 Perkawinan Menurut Hukum Islam. Perkawinan dalam Islam adalah akad yang menghalalkan
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami isteri yang
sah dengan memenuhi syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syara. Dalam Kompilasi Hukum Islam Buku I Hukum Perkawinan
pada Pasal 2 menyatakan bahwa perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon
ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah.
Arti perkawinan menurut hukum Islam dapat dilihat di dalam AlQuran, Surat Ar-Ruum ayat 21 yang berbunyi: “Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri- isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”.
Perkawinan dalam Islam tidaklah semata-mata sebagai hubungan atau ikatan keperdataan biasa, akan tetapi perkawinan
mempunyai nilai ibadah artinya sebagai akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah, untuk mendapatkan keturunan, untuk
mencegah maksiat, dan untuk membina keluarga yang damai dan melaksanakannya merupakan suatu ibadah http:eprints.undip.ac.id
168421BUDI_CAHYONO .
b. Tujuan Perkawinan
Tujuan Perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan
dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Syari’ah Soemiyati, S.H, 1982:12 .
commit to user 31
Didalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dikatakan bahwa yang menjadi tujuan perkawinan sebagai suami istri adalah
untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembentukan keluarga yang
bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan. Dengan demikian yang menjadi tujuan perkawinan menurut perundang-undangan adalah
untuk kebahagiaan suami istri, untuk mendapatkan keturunan dan menegakkan keagamaan Hilman Hadikusuma:1990,22 .
Selain itu adapula pendapat yang mengatakan bahwa ” Tujuan perkawinan ialah menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan
yang sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur serta untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani
manusia, dan sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya didunia ini juga
mencegah perzinahan agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat”
Mohd. Idris Ramulyo, 1996:26-27 .
c. Asas-asas Perkawinan
Beberapa asas yang berkenaan dengan perkawinan yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu antara lain:
1 Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
2 Sahnya perkawinan bilamana dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap-tiap
perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3 Undang-Undang Perkawinan ini menganut asas monogami, hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan
agama dari yang bersangkutan mengijinkannya, seorang suami dapat beristeri lebih dari satu.
commit to user 32
4 Calon suamiisteri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan
perkawinan secara baik. 5 Menganut prinsip untuk mempersulit perceraian.
6 Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami baik dalam pergaulan masyarakat maupun dalam
kehidupan rumah tangga. Menurut Hukum Islam, asas-asas dalam perkawinan adalah
sebagai berikut: 1 Harus ada persetujuan secara sukarela dari pihak-pihak yang akan
melaksanakan perkawinan. 2 Tidak semua wanita dapat dikawini oleh seorang laki-laki sebab ada
ketentuan larangan perkawinan antara laki-laki dan wanita yang harus diindahkan.
3 Perkawinan bertujuan membentuk satu keluarga atau rumah tangga yang tenteram, damai dan kekal selama-lamanya.
4 Perkawinan harus dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan tertentu, baik yang menyangkut kedua belah pihak maupun yang
berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan itu sendiri. 5 Hak dan kewajiban suami isteri adalah seimbang dalam rumah
tangga dimana tanggung jawab keluarga ada pada suami. 6 Asas perkawinan dalam hukum Islam adalah monogami namun
hukum Islam tidak menutup rapat kemungkinan untuk berpoligami sepanjang persyaratan keadilan diantara isteri dapat terpenuhi
dengan baik Penjelasan Umum Mengenai Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan .
Pengertian dari monogami adalah suatu asas dalam Undang- Undang Perkawinan menurut Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor
l Tahun 1974 dikatakan bahwa: “ Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami ”.
commit to user 33
Kesimpulannya perkawinan menganut asas monogami tetapi Undang-Undang Perkawinan memberikan pengecualian kepada
mereka yang menurut agama dan hukumnya mengizinkan seseorang boleh beristeri lebih dari seorang. Undang-Undang
memberikan syarat yang cukup berat yaitu berupa pemenuhan dan syarat yang tertentu serta izin dari Pengadilan. Dapat dilihat
dalam Pasal 3 ayat 2 Undang- Undang Nomor l Tahun 1974 yang berbunyi:
“Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak
yang bersangkutan”. Dengan adanya pasal tersebut berarti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 menganut asas monogami terbuka karena tidak menganut kemungkinan dalam keadaan terpaksa seorang suami dapat melakukan
poligami dengan izin Pengadilan apabila ada alasan yang dapat dibenarkan dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Seperti yang ditegaskan dalam firman Allah dalam Surat An- Nisa ayat 3 yang berbunyi:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak- hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya,
maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil,
maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kami miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya ”.
d. Bentuk-Bentuk Putusnya Perkawinan Menurut Hukum Islam
Menurut Djamil Latief, putusnya perkawinan menurut hukum Islam disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Djamil latief, 1985:38
1 Kematian suami atau istri Kematian suami atau istri dalam arti hukum adalah putusnya
ikatan perkawinan. Jika istri yang meninggal dunia seorang suami boleh kawin lagi dengan segera, tetapi seorang janda yang kematian
suami, harus menunggu jangka lewatnya waktu tertentu sebelum dapat kawin lagi, jangka waktu ini disebut iddah.
2 Perceraian a Tindakan pihak suami
commit to user 34
1 Talak Perkataan talak berasal dari kata thallaqa, berarti
melepaskan umpama seekor burung dari sangkarnya atau melepaskan seekor binatang dari rantainya. Jadi menthalaq
istri berarti melepaskan istri atau membebaskannya dari ikatan perkawinan atau menceraikan istri.
2 Ila’
Mengila’ istrinya ialah seorang suami bersumpah tidak akan menyetubuhi istrinya. Dengan sumpah ini berarti
seorang istri telah ditalak oleh suami. 3
Dhihar Suatu talak yang jatuh karena ucapan atau sumpah
suami yang mempersamakan istrinya seperti ”punggung ibunya” yang artinya suami tidak akan lagi mengumpuli
istrinya. Apabila suami sebelum empat bulan mencabut
ucapannya dan kemudian rujuk maka suami tersebut diwajibkan membayar denda, sedangkan apabila melebihi
empat bulan tidak dicabut ucapannya maka jatuhlah talak. b Tindakan pihak istri
Dengan Tafwild yaitu pendelegasian kekuasaan kepada seseorang untuk menjatuhkan talaknya kepada istrinya. Seseorang
itu bisa orang lain dan bisa istrinya sendiri. Dalam hal ini terdapat kemungkinan terjadinya perceraian oleh tindakan pihak istri.
c Persetujuan kedua belah pihak 1 Khulu’
Sering diistilahkan talak tebus artinya talak yang terjadi karena inisiatif pihak istri dengan ketentuan istri harus
membayar ’iwald kepada suami. Terjadinya talak ini dan besarnya ’iwald harus berdasarkan kesepakatan dan kerelaan
suami istri.
commit to user 35
2 Mubara-ah
Perceraian yang terjadi dengan persetujuan kedua belah pihak dari suami istri yang sama-sama ingin memutuskan
ikatan perkawinan dan kedua belah pihak telah merasa puas hanya dengan kemungkinan terlepas dari ikatan masing-
masing. d Keputusan Hakim
1 Ta’lik talaq Ta’lik talaq ialah suatu talak yang digantungkan pada
suatu hal yang mungkin terjadi telah disebutkan dalam suatu perjanjian yang telah diperjanjikan sebelumnya.
2 Fasakh Yaitu rusak atau batalnya perkawinan atas permintaan
yang salah satu pihak kepada pengadilan agama karena ditemukan cela salah satu pihak yang merasa tertipu atas hal-
hal yang belum diketahui sebelum berlangsungnya
pernikahan. 3 Syiqaq
Yaitu talak yang terjadi karena perselisihan suami istri yang tidak dapat didamaikan oleh hakim yang ditunjuk dari
pihak suami dan dari pihak istri. 4 Li’an
Adalah putusnya perkawinan karena menuduh istri berbuat zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan
atau yang sudah lahir dari istrinya, sedangkan istri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut.
Berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan, suatu ikatan perkawinan dapat putus karena:
1 kematian; 2 perceraian,dan
3 atas keputusan pengadilan.
commit to user 36
3. Tinjauan tentang Poligami