Pelaksanaan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi Asas-Asas Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

commit to user 27 DPRD terhadap kepala daerah danatau wakil kepala daerah, tidak termasuk dalam kewenangan MK, melainkan menjadi kewenangan MA, sebagaimana tercantum dalam Pasal 24A ayat 1 UUD 1945 dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Abdul Mukhtie Fadjar, 2006:120.

d. Pelaksanaan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi

Pelaksanaan kewenangan konstitusional MK secara rinci adalah sebagai berikut: Pengujian undang-undang terhadap UUD 1945: a Diatur dalam Pasal 50 sampai dengan Pasal 60 UU MK dan telah dilengkapi dengan PMK Nomor 06PMK2005; b Subyek hukum yang dapat menjadi pemohon adalah: i perorangan WNI, termasuk kelompok orang yang mempunyai kepentingan sama; ii kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur dalam undang- undang; iii badan hukum publik atau privat; atau iv lembaga negara, yang menganggap hak danatau kewenangan konstitusionalnya dirugikan, yaitu hak kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945; c Obyek permohonan adalah konstitusionalitas sebuah undang-undang yang meliputi pengujian secara formil, yaitu pengujian mengenai apakah pembentukan dan bentuk undang-undang sesuai atau tidak dengan ketentuan UUD 1945, dan pengujian secara materiil, yaitu pengujian mengenai apakah materi muatan dalam ayat, pasal, danatau bagian undang-undang bertentangan dengan UUD 1945; Abdul Mukhtie Fadjar, 2006:120-121. Dalam kurun waktu dua tahun usia MK telah dilakukan pengujian tidak kurang dari 65 undang-undang, dengan putusan ada yang dikabulkan seluruhnya, dikabulkan sebagian, tidak diterima, dan ada yang ditolak.

e. Asas-Asas Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

Menurut mantan Hakim Konstitusi, Maruarar Siahaan, asas-asas dalam hukum acara Mahkamah Konstitusi itu ialah sebagai berikut: a Persidangan Terbuka untuk Umum Pasal 40 ayat 1 UU MK menentukan secara khusus bahwa sidang MK terbuka untuk umum, kecuali Rapat Permusyawaratan Hakim RPH. Keterbukaan sidang ini merupakan salah satu bentuk social control dan juga bentuk akuntabilitas hakim. commit to user 28 b Independen dan Imparsial Independensi atau kemandirian tersebut sangat berkaitan erat dengan sikap imparsial atau tidak memihak hakim baik dalam pemeriksaan maupun dalam pengambilan keputusan. c Peradilan Secara Cepat, Sederhana, dan Murah Pasal 4 ayat 2 UU Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Penjelasan atas ayat 2 tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan acara yang efisien dan efektif. Biaya perkara yang dibebankan pada pemohon atau termohon tidak dikenal dalam acara MK. Semua biaya yang menyangkut persidangan di MK dibebankan pada biaya negara. d Hak untuk Didengar Secara Seimbang Audi et Alteram Partem Dalam perkara yang diperiksa dan diadili di peradilan biasa, baik penggugat maupun tergugat, atau penuntut umum maupun terdakwa mempunyai hak yang sama untuk didengar keterangannya secara berimbang dan masing-masing pihak mempunyai kesempatan yang sama mengajukan pembuktian untuk mendukung dalil masing-masing. e Hakim Aktif dan Juga Pasif dalam Proses Persidangan Mekanisme constitutional control harus digerakkan pemohon dengan satu permohonan dan dalam hal demikian hakim bersikap pasif dan tidak boleh secara aktif melakukan inisiatif untuk menggerakkan mekanisme MK memeriksa tanpa diajukan dengan satu permohonan. f Ius Curia Novit Dengan kata lain bahwa pengadilan dianggap mengetahui hukum yang diperlukan untuk menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya sehingga pengadilan tidak boleh menolak perkara karena berpendapat hukumnya tidak jelas Maruarar Siahaan, 2006:63-78.

f. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang