commit to user
40
tuntutan  hak  itu  oleh  pengadilan  guna  diperiksa  Sudikno  Mertokusumo,  2002  : 48-49.
c. Unsur-Unsur Kedudukan Hukum Legal Standing
Berdasarkan  ketentuan  Pasal  51  Ayat  1  Undang-Undang  Nomor  24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi bahwa,
“Pemohon  adalah  pihak  yang  menganggap  hak  dan  atau  kewenangan konstitusionalnya  dirugikan  oleh  berlakunya  Undang-Undang,  yaitu  a
perorangan  warga  negara  Indonesia;  b  kesatuan  masyarakat  hukum  adat sepanjang  masih  hidup  dan  sesuai  dengan  perkembangan  masyarakat  dan
prinsip  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  yang  diatur  dalam  UU;  c badan  hukum  publik  atau  privat;  atau  d  lembaga  negara.  Sedangkan  pada
Ayat  2  digariskan,  pemohon  wajib  menguraikan  dengan  jelas  dalam permohonannya  tentang  hak  danatau  kewenangan  konstitusionalnya
sebagaimana dimaksud pada Ayat 1.” Adapun penjelasan Pasal 51 Ayat 1 Undang-Undang ini mengemukakan,
yang  dimaksud  dengan  hak  konstitusional  adalah  hak-hak  yang  diatur  dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Merujuk  pada  Pasal  51  Ayat  1  Undang-Undang  Nomor  24  Tahun  2003 Tentang  Mahkamah  Konstitusi  akan  memetakan  beberapa  unsur  penting  dari
kedudukan hukum Legal Standing pemohon. a.
Pertama,  unsur  hak  dan  atau  kewenangan  konstitusional.  Hak  dan kewenangan  konstitusional  adalah  hak  dan  kewenangan  yang  diberikan  oleh
konstitusi  sehingga  harus  merupakan  hak  yang  diatur  dalam  Undang-Undang Dasar  1945.  Hal  ini  hampir  secara  aklamasi  diterima  oleh  setiap  pemikir
hukum.
b. Kedua,  unsur  kata  menganggap.  Kata  ini  melahirkan  dua  jenis  arti  yang
berangkat  dari  ranah  pemikiran  yang  juga  berbeda.  Dari  sisi  gramatikal,  kata ini  beraliran  subyektif.  Karena  itu,  tiap  orang  yang  menganggap  dirinya
dirugikan  merasa  berhak  mengajukan  permohonan  oleh  perasaan  yang dirugikan  itu  sehingga  dapat  mengajukan  permohonan.  Sementara  dari
penafsiran hukum, kata ini bukan diartikan dalam bingkai subyektivitas, tetapi include  di  dalamnya  keharusan  untuk  membuktikannya  sehingga  kata-kata
yang lebih tepat adalah mendalilkan.
c. Ketiga,  unsur  kata  dirugikan.  Ini  unsur  penting  karena  merasa  dirugikan,
subyek  hukum  merasa  berkepentingan.  zonder  belang,  het  is  geen rechtsingang.  Kepentingan  ini  lahir  karena  adanya  kerugian  tadi  sehingga  ia
commit to user
41
harus  merupakan  kerugian  yang  telah  aktual  dan  bukan  sekadar  potensial. Dengan kata lain, kita tidak dapat mengajukan permohonan perkara jika hanya
bersandarkan  pada  adanya  peluang  untuk  dirugikan.  Namun,  dari  hal  ini muncul  peluang  perbedaan  pendapat  tentang  batasan  peluang  dirugikan.  Ada
perbedaan dalam memahami manakah yang merupakan kerugian potensial dan manakah yang merupakan kerugian aktual.
d. Keempat, harus ada causal verband, hubungan sebab  akibat  yang jelas untuk
memperlihatkan  hubungan  antara  keberlakuan  Undang-Undang  dan  kerugian yang pemohon derita Arifin firmansyah, 2003 : 44.
Kemudian terlepas dari unsur-unsur tersebut diatas ketentuan dari Pasal 51 Ayat  1  Undang-Undang  Nomor  24  Tahun  2003  Tentang  Mahkamah  Konstitusi
bahwa,  pemohon  adalah  pihak  yang  menganggap  “hak  dan  atau  kewenangan” konstitusionalnya  dirugikan  oleh  berlakunya  suatu  Undang-Undang,  pemohon
yang menganggap “hak dan atau kewenangan” konstitusionalnya dirugikan maka dapat  mengajukan  permohonan  pengujian  Undang-Undang  terhadap  Undang-
Undang Dasar 1945 pada Mahkamah Konstitusi. Permasalahan  kemudian  adalah  pada  kalimat  “dan  atau”,  dimana  kalimat
ini  bermakna  komulatif  alternatif.  Artinya  seorang  pemohon  pemohon perorangan  apakah dalam kedudukan hukum sebagai pemohon perorangan  yang
berkulaitas  sebagai  subyek  hukum  yang  haknya  dirugikan  dengan  berlakunya suatu
Undang-Undang, ataukah
subyek hukum
yang kewenangan
konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya suatu Undang-Undang.  Hal inilah yang  mendasari  adanya  sebagian  dari  putusan  Mahkamah  Konstitusi  yang
menyatakan  suatu  permohonan  pemohon  perorangan  dalam  pengujian  Undang- Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan tidak dapat diterima NO
Niet  Ontvankelijke  Verklaard  yang  dikarenakan  subyek  hukum  tidak  mampu menguraikan  kedudukan  hukumnya  dalam  mengajukan  permohonan  pengujian
undang-undang  sebagaimana  yang  ditentukan  dalam  Pasal  51  Ayat  1  Undang- Undang  Nomor  24  Tahun  2003  Tentang  Mahkamah  Konstitusi.  Dari  pemaparan
diatas  dapat  dilihat  bahwa  permasalahan  pemenuhan  kedudukan  hukum merupakan hal yang sangat penting dalam mengantarakan seorang subyek hukum
untuk berperkara di Mahkamah Konstitusi.
commit to user
42
5. Tinjauan Umum Warga Negara Indonesia