Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Pada hukum waris adat sebab –sebab adanya hak
kewarisan pada dasarnya timbul akibat hubungan perkawinan
14
. Begitupun pembagian harta waris dalam masyarakat hukum adat
Lampung Saibatin. Masyarakat hukum adat Lampung Saibatin pada dasarnya menggunakan sistem perkawinan Jojokh uang
adat sebagai permintaan si gadis sistem perkawinan semacam ini sama dengan perkawinan pada umumnya dimana sang suami
mengeluarkan sejumlah uang sebagai permintaan dari calon istri dan sistem waris yang digunakan dalam pernikahan ini adalah
sistem mayorat laki-laki. Namun dengan alasan tertentu maka ada sistem pernikahan lain yang digunakan yaitu sistem
pernikahan Semanda Cambokh Sumbay.
15
Sistem perkawinan semanda Cambohk Sumbay sebenarnya adalah bentuk perkawinan dimana calon suami tidak
mengeluarkan jojokh uang adat sebagai permintaan si gadis kepada pihak istri, sang pria setelah melaksanakan akad nikah
melepaskan hak dan tanggung jawab terhadap keluarganya sendiri dia bertanggung jawab dan berkewajiban mengurusi dan
melaksanakan tugas tugas dipihak istri atau dalam istilah lampung dikatakan ngusung jakhi puluh mulang jakhi puluh
datang dengan jari 10 dan pulang dengan jari 10 artinya dengan ketentuan adat bahwa jika terjadi perpisahan baik kerana
perceraian atau kematian maka suami tidak berhak atas harta waris dan harta gono gini.
16
Sistem perkawinan
semanda cambokh
sumbay semacam ini berlaku pada masyarakat Lampung khususnya
Lampung Saibatin dimana pernikahan ini masih banyak ditemukan pada beberapa pekon
– pekon di Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus. Adanya sistem pernikahan
Cambokh Sumbay pada masyarakat Lampung Saibatin, maka ini menjadi gambaran bagi kita bahwa masih ada masyarakat
hukum adat Lampung yang masih menjunjung tinggi nilai - nilai hukum adat daerahnya masing
– masing.
14
Ibid
15
Kiay Paksi Loc Cit h.67
16
Hilman Hadi Kusuma, Hukum Kekerabatan Adat, Jakarta: Fajar Agung, 1987, h.24
Namun demikian tidak semua nilai nilai hukum adat harus di junjung tinggi dan di lestarikan seperti dalam hukum adat yang
berlaku di masyarakat adat Lampung Saibatin yakni mengenai sistem pernikahan Cambokh Sumbay, dalam sistem pernikahan
ini suami tidak dapat harta bagian dari warisan dikarenakan suami mengikuti pihak si istri
17
. Hal semacam ini bertentangan dengan hukum Islam, dalam hukum Islam sistem perkawinan
tidak mempengaruhi dari pembagian waris selama perkawinan itu dipandang sah menurut hukum Islam maka atas dasar
hubungan perkawinan suami memiliki hak atas harta waris, dikatakan dalam QS. An Nisa 4 ayat 12, bahwa suami berhak
mendapat harta waris seperdua dari peninggalan si istri, dalam KHI pasal 174 poin b bahwa yang termasuk ahli waris adalah
suami duda jika terjadi kematian dari sang istri.
18
Mengamati kondisi yang saat ini terjadi di Gunung Alip Kabupaten tanggamus dengan beberapa kepala kelurga yang
melakukan pernikahan dengan sistem pernikahan Cambokh Sumbay maka perlu dilakukan penelitian terhadap pembagian
harta waris dalam pernikahan ini, jika dalam teori hukum adat Saibatin dikatakan bahwa suami tidak berhak atas harta bersama
dan harta waris ketika melakukan pernikahan dengan sistem Cambohk Sumbay dikarenakan sang suami yang mengikuti istri
dan tidak adanya pembayaran uang adat dari sang suami. Apakah keluarga suami yang melakukan pernikahan semenda
di Gunung Alip benar
– benar tidak mendapatkan hak atas harta bersama dari pernikahan mereka dan apakah karena sistem
pernikahan Cambokh
Sumbay yang
mereka lakukan
menyebabkan sang suami tidak mendapatkan harta waris lalu bagaimana dengan hak suami selama pernikahan terhadap harta
yang didapatnya yang sebenarnya ada hak suami atas harta bersama dalam pembagian harta waris.
Oleh sebab itu judul penelitian ini adalah : Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Harta Waris dalam
Pernikahan Cambokh Sumbay Masyarakat hukum Adat
17
. ibid
18
Zainudin Ali. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,2012, h.103
Lampung Saibatin Studi Pada Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus.