2 Sistematizing Yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika
bahasan berdasarkan urutan masalah.
30
Yang di maksud dalam hal ini yaitu mengelompokkan data secara
sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda itu menurut klasifikasi dan urutan masalah.
7. Analisis Data
Setelah data terhimpun, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data desktiftif berupa kata –kata tulisan atau
lisan dari orang-orang yang dapat dimengerti.
31
Berdasarkan hasil tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan
jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan menggunakan cara berfikir deduktif. Cara berfikir
deduktif adalah metode analisis data dengan cara yang bermula dari data yang bersifat umum tersebut kemudian
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
32
Penulis akan menganalisis data yang bersifat umum berupa hukum waris dalam Islam lalu akan dilakukan
penarikan kesimpulan dari data yang yang bersifat khusus berupa hukum waris masyarakat hukum Adat Lampung
Saibatin dari sistem pernikahan Cambkh Sumbay.
30
Suharsimi Arikunto, Op. Cit. h.29.
31
Lexy L Moeloeng, Metodelogi Penelitian,Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, h.3
32
Ibid, h. 42
BAB II LANDASAN TEORI
A. HUKUM KEWARISAN ISLAM 1. Pengertian Warisan Islam
a. Pengertian dan Asas Hukum Waris Islam Mawaris secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata
tunggal Al -m ῑῑrᾱts adalah bentuk mashdar infinitif dari kata
waristsa- yaritsu – miiratsan. Makna menurut bahasa ialah
berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari satu kaum kepada kaum yang lain. Pengertian menurut bahasa
ini tidaklah terbatas hanya pada hal – hal yang berkaitan dengan
harta, tetapi mencakup harta benda dan non harta benda. Sedangkan makna Al -m
ῑῑrᾱts menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang
meninggal kepada ahli waris yang masih hidup baik yang ditinggalkan berupa harta uang, tanah, atau apa saja yang
berupa hak milik legal secara syar‟i
1
. Secara terminologi, Prof. T.M. Hasby As-Shiddiqi telah
memberikan pemahaman bahwa hukum waris adalah: “Ilmu
yang dengan dia dapat diketahui orang yang mewarisi, orang yang tidak dapat mewarisi, kadar yang diterima oleh masing-
masing ahli waris secara pengambilannya”. Selanjutnya menurut Wirjono Prodjodikoro, waris adalah
berbagai aturan tentang perpindahan hak milik seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya. Dalam istilah lain
Moh. Ri fa‟i Zuhri dan Solomo, mengatakan bahwa waris juga
disebut dengan fara’idh, yang artinya bagian tertentu yang
dibagi menurut agama Islam kepada semua yang berhak menerimanya.
2
Pada hukum Islam dikenal adanya ketentuan –ketentuan
tentang siapa yang termasuk ahli waris yang berhak menerima
1.
Muhammad Ali Ash Shabuni, Pembagian Harta Waris Menurut Islam, Jakarta: Gema
Insani Pers2001, h.33
2
Tengku Muhammad Habsi Ash-Shiddiqeqy, Fiqih Mawaris, Semarang: Pustaka Rizki Putra,2001, h.5